7
Bagaimana bisa saya jatuh dilubang yang sama dengan luka yang sama pula.
;
Alesha berlari kecil kearah rombongan kelasnya dengan senyum yang mengembang "Dapet nomor 8 lawan kita kelas sepuluh ipa 2." ucap Alesha lalu kembali duduk di samping Adel.
"Syukur deh lawan pertama bukan senior." ucap Fitri.
Mereka kembali sibuk berbincang. setelah undian putri di bagikan kini giliran undian putrs. Alesha sibuk berbincang dengan adel dari membicarakan hewan peliharaan hingga menggosip tentang artis.
Ponsel Alesha bergetar, gadis itu mengambilnya kembali "Siapa?" tanya Adel.
Alesha menggeleng "Gak tau."
"Angkat aja siapa tau penting."
Alesha menggeser fitur telfon hijau di ponselnya, menempelkan ponselnya di telinganya "Hallo, siapa?"
tak ada jawaban, hanya ada suara riuh. Alesha mengkerutkan keningnya bingung "Gak ada jawaban Del."
"Matiin aja, orang iseng kali." ucap Adel tak mau ambil pusing.
Alesha kembali menurut. Hanya selang ima detik, ponselnya kembali berdering, nomor yang sama menghubungi Alesha kembali "Nelfon lagi Del."
"Angkat aja, kalo gak jawab langsung blok aja." timpal Adel.
"Hallo, siapa."
Tak ada jawaban, Alesha menghela nafasnya kasar "Kalo mau ngerjain jang-"
"Kenapa duit gue di balikin."
Alesha sedikit terkejut saat suara bas memotong ucapannya. Gadis berambut sebahu itu langsung mematikan sambungan telefon miliknya. Tak peduli siap atadi yang menghubunginya.
"Siapa?" tanya Adel.
Gadis berambut sebahu itu menggeleng lalu memilih mematikan ponselnya "Gak tau."
Tak lama, ponselnya kembali bergetar "Blok aja Al kalo ganggu."
Alesha memilih mematikan daya ponselnya "Habis dari Wati anter gue beli kartu ya Del."
Adel mengangguk. Alesha memasukkan kembali ponselnya. Ia tahu siapa yang menelfonnya tadi, lagipula Alesha bukan gadis bodoh yang mudah melupakan sesuatu yang baru ia alami.
Setelah undian putra di bagi, nomor undian pertama langsung mempersiapkan kelompoknya untung saja Alesha mendapatkan undian nomor 8 jadi mereka masih bisa tenang.
Nomor 1 sudah mulai turun lapangan. Lomba terlihat sangat meriah dengan suara sorakan menyemangati kelas mesing-masing.
Alesha yang duduk di paling pinggir juga tampak menikmati suasana lomba hingga tak sadar ada seorang yang duduk di sampingnya "Kenapa di matiin telfon gue?"
Jantung Alesha berhenti berdetak sejenak, bulu kuduknya langsung berdiri "Gue yakin lo kenal gu-"
"Maaf ka gue gak kenal, gue juga gak mau kenal juga." ucapnya cepat sekidit berteriak hingga beberapa pasang mata menatapnya.
Alain tersenyum tipis "Gak usah gugup git-"
"Del gue kebelet, anter gue ke-"
Baru saja Alesha hendak bangkit, pendaknya di tahan oleh cowk di sampingnya "Gue belum selesai ngomong."
Alesha meremas telapak tangan Adel "Del, gue takut." lirih Alesha sedikit berbisik kearah Adel.
suasana kelompok kelas Alesha juga tampak hening seperdetik saat Alain tiba "Gue juga bego."
"Ikut gue." ucap Alain sembari menarik pergelangan tangan Alesha.
Alesha menatap Alain yang juga menatapnya. Mata elang itu seperti menusuk mata sendu Alesha. Dunia seakan berhenti sejenak, suara riuh seakan menghening, Alesha terpaku dengan mata tajam milik Alain.
Tampak dingin dengan menyakitkan saat menatapnya lebih dalam seakan ia menyimpan banyak luka "Gue Alain." lamunan Alesha buyar.
Alesha semakin meremas jari-jari Adel "Ikut gue dengan tenang atau gue gendong?"
"Gue mau ikut lomba ka." bohong Alesha.
"Undian delapan masih lama, mau gue gendong paksa?" tanya Alain menampilkan semriknya.
Alesha menatap Adel meminta bantuan "Gue gak bisa bantu Al, ikut aja." ucap Adel tanpa menimbulkan suara. Alesha mengigit bibirnya lalu memilih melepaskan genggamannya dari tangan Adel "Lepasin tangan gue dulu Ka, gue risih."
"Gue enggak." ucapnya lalu menyeret Alesha meninggalkan rombongan kelasnya ke arah gedung kelas.
Dalam hati Alesha sudah melafalkan doa sebisa yang ia bisa. Mimpi apa ia semalam hingga ia berurusan iblis seperti Alain?
Alain menghentikan langkahnya begitupun Alesha. Alesha menghirup aroma obat yang khas membuatnya sedikit pusing. Alain melepaskan genggaman tangannya "Semua yang ada di ruangan ini keluar!" ucapnya membuat gadis yang berada di belakangnya langsung merinding.
Hening tak ada pergerakan, beberapa anggota PMR dan murid yang mungkin memang sengaja bersembunyi di UKS untuk menghindari lomba "Gue bilang keluar anjing!" bentakn Alain membuat semua manusia yang berada di UKS langsung beranjak.
Alesha diam di tempat memilih menundukan kepalanya. Jujur, ia takut.
Setelah hanya ada Alesha dan dirinya yang berada di ruang UKS, Alain langsung menutup pintu lalu berdiri tepat di depan pintu UKS "Maaf ka, gue salah apa ya?" tanya Alesha mmeberanikan diri tanpa menatap sang empu.
"Lo ngomong sama lantai?"
suara detik jam terdengar menggema, Alesha mengepalkan tangannya hingga buku kukunya memutih. ia memberanikan dirinya untuk menatap Alain "Gue salah apa sama lo?" tanyanya menyembunyikan rasa gugup yang luar biasa.
"Salah lo karena mirip seseorang."
Alesha diam, ia bingung harus menjawab apa. Alain meraup wajahnya guasr, ingin sekali ia memeluk gadis mungil di depannya itu "Kak, gue mau ikut lomba. Kita bisa ngomongin masalah nanti pulang sekolah."
"Gak ada jaminan lo bakal nurut sama gue."
Ternyata benar, Alain cowok pintar seperti gosip yang beredar jika cowok itu memiliki otak yang cukup pandai dan tak bisa di bohongi "Gue janji ka."
Alain memajukan langkahnya, pun Alesha yang memundukan tubunya seirama dengan langkah Alain yang mendekat. Cowok itu meraih telapak tangan Alesha lalu melepaskan sebuah cincin berinisial A yang Alesha pakai di jarinya.
"Kak it-"
"Balik sekolah ke kelas gue atau cincin lo ilang." ucapnya lalu memasukkan cincin milik Alesha kedalam saku celana trening yang ia pakai.
Alesha mengigit bibir bawahnya, ia meremas semakin keras tangannya. mengumpulkan keberaniannya lalu menatap Alain tajam "Kak, kalo lo mau nyari masalah jangan sama gue. Lo kira gue gak tau kalo lo yang nabrak gue kemarin? gue udah maafin masalah itu, jangan ganggu gue." pinta Alesha.
"Dimana letak gue ganggu lo?"
"Lo gak sadar yang lo lakuin sekarang ini buat gue ke ganggu?"
"Gue cuma pengen kenalan sama lo."
Alesha terkekeh "Gue emang takut sama lo, gue juga menghormati elo sebagai senior gue. Jadi gue mohon jangan ganggu gue ka entah cuma kenalan atau apapun yang ada di pikiran elo itu buat gue keganggu. Balikin cincin gue."
Alain tersenyum tipis lalu memasukkan kedua tangannya kedalam saku celana trening miliknya, menatap Alesha lebih dalam. Seperti yang ia duga, Alesha adalah gadis yang ia cari sedari dulu "Kalo lo mau cincin lo balik, dateng ke kelas gue nanti balik sekolah atau sahabat lo jadi target gue selanjutnya."
Kalimat terakhir Alain membuat darah Alesha mendidih, gadis itu memajukan langkahnya lalu menatap Alain tajam "Jangan sentuh sahabat gue anjing."
Alain mengelus kepala Alesha lalu menyelipkan rambut Alesha kebelakang telinganya "Menarik. Gue suka sama lo."
Jujur saja, Alesha bukan tipikal gadis pemberani. sekarang ini ia tengah menyembunyikan rasa takutnya "Gu etau lo takut sama gue, jadi gak usah pura-pura berani. bikin gue gemes." kekehnya lalu memilih pergi meninggalkan Alesha di dalam UKS.
____
see you next part
salman
sellaselly12