" Thanks ya Des.. ,udah nganterin gue balik nyampe rumah dengan selamat " kata Camelia sambil memberikan helm kepada Desi.
" Ya elah kayak sama siapa aja lo, santai aja kali. Lagiankan rumah kita gak jauh - jauh amat. " jawab Desi dengan tersenyum lebar.
" Dah ah gue balik, gue mau marathon nonton drakor " jawab Desi sambil menghidupkan mesin motornya.
" Bye Lia " ucap Desi yang di balas lambaian tangan oleh Camelia.
Camelia memasuki rumahnya dengan badan capek dan lengket. Sayup - sayup ia mendengar tawa beberapa orang dari dalam rumah, yang seperti tak asing dengan telinganya.
" Assalamualaikum.. " salam Camelia ketika masuk kedalam rumah.
" Waalaikumsalam " balas beberapa suara yang menjawab dalamnya. Pandangan Camelia tertuju pada sosok dua orang yang tak asing yang sedang berbincang dengan ayah dan bundanya . Sosok yang sangat malas Camelia jumpai.
" Lia kok berdiri di situ, sayang " panggilan sang ayah mengalihkan pandangan mata Camelia dari sosok pria yang melukai hatinya itu.
Camelia lalu mengambil tangan sang ayah bergantian dengan sang bunda untuk di cium. Tanpa menghiraukan kehadiran dua sosok yang ada di depannya.
Beni yang merasa ada yang aneh dengan anak - anaknya mencoba untuk mencairkan suasana yang terasa canggung.
" Lia itu Rama sudah menunggu kamu dari tadi ? kasian lho dah lama nunggu kamu.. " Beni memberi tahu Camelia tentang Rama yang menunggunya.
Camelia melihat kearah Rama lalu kemudian ia menatap sang kakak, sambil berkata,
" Ayah salah kali, Rama bukan datang untuk Lia tapi Rama datang untuk menemui kak Siska " jawab Camelia dengan tersenyum memandang wajah Rama dan kakaknya.
Semua orang terkejut dengan perkataan Camelia yang terdengar sangat sinis. Apalagi Rama dan Siska mulai merasa agak panik.
" Kamu ngomong apa sih Lia , bunda gak ngerti? " tanya sang bunda dengan tatapan bingung.
" Bunda belum tahu? kalau sekarang Rama jadi pacar kak Siska,? " tanya Camelia dengan santai, walau pun di dalam hatinya ia sangat sakit mengatakannya.
Beni dan Hana terkejut dengan kata - kata yang keluar dari bibir sang putri, begitu pun dengan Rama dan Siska tidak menyangka Camelia akan mengatakan yang sebenarnya apa yang terjadi.
" Maksud kamu gimana Lia, ayah gak faham? " Beni masih berusaha memahami apa yang di ucapkan putri bungsunya.
Camelia menarik nafas panjang kemudian membuangnya dengan kasar.
" Rama dan kak Siska punya hubungan di belakang Lia selama ini.." ucap Camelia dengan tangan yang di genggam erat supaya busa mengurangi rasa sakit hatinya.
DEG..
" Mereka pacaran sekarang udah mau dua bulan kalau gak salah kan Ram, kak Siska betul tidak " ucapan Camelia membuat semua yang ada diam.
DEG DEG
Bagai di tusuk sembilu rasa sakit yang menyayat hati melihat wajah kecewa sang putri terluka.
" B******k apa yang kau lakukan pada putri ku hah.. " marah Beni sambil menarik baju bagian atas Rama dengan keras.
" Lia .. " hanya itu yang mampu Hana katakan sambil memeluk tubuh putri bungsunya dengan iba, Camelia yang mendapat perlukan dari sang bunda langsung meneteskan air mata yang sejak tadi ia tahan.
Bugh
" Ayah ... " teriak Siska yang melihat Beni memukul wajah Rama dengan keras hingga terjatuh ke lantai.
Siska yang melihat itu langsung menghampiri sang kekasih yang memegangi pipinya yang baru saja di pukul sang ayah.
Sedangkan Camelia dan Hana yang melihat itu hanya menatap tanpa melakukan apa - apa .
" Mas, hentikan .." larang Hana ketika melihat Beni akan kembali memukul Rama.
" Pergi kamu dari sini , jangan pernah menginjakkan kaki lagi di rumah ini. Dan juga jauhi Lia jangan pernah mengganggu dia lagi " marah Beni pada Rama.
Rama yang mendengar perkataan Beni langsung bangun dan berusaha meraih tangan Beni.
" Jangan begitu om.. Saya mengakui saya salah , tapi izin kan saya untuk bertemu lagi dengan Lia om. Sya mohon.. " mohon Rama dengan berusaha memegang tangan Beni, tapi langsung di tepis oleh Beni.
" Tidak akan pernah saya izin kan, kamu dengar hah.. " emosi Beni berusaha memukul Rama kembali, tapi berhasil di cegah Hana sang istri.
" Mas lebih baik kita bicarakan baik - baik mas, jangan pakai emosi " bujuk Hana pada sang suami sambil menarik tangannya untuk kembali duduk di kaifa yang tadi ia duduki .
Rama di bantu Siska untuk kembali duduk juga , supaya tidak di pukul sang ayah kembali. Siska sebenarnya agak takut karena selama ini ayahnya tidak pernah marah seperti sekarang ini.
Camelia yang sudah tidak tahan akhirnya berlari meninggalkan ke empat orang itu dengan air mata yang masih mengalir di pipinya.
" Lia.. " panggil Hana lirih melihat sang putri menangis sedih. Hana paham Camelia pasti merasakan sakit yang sangat, karena di hianati oleh orang - orang yang ia sayang dan percaya, terlebih itu adalah kekasih dan kakak kandungnya sendiri.
Siska berinisiatif berbicara lebih dulu.
" Maafkan kakak bun, ayah.. Kakak dan Rama saling mencintai. Jadi gak salah kan kalau kami pacaran " entah apa yang di pikirkan Siska hingga ia memilih kalimat itu yang keluar lebih dulu dari pada mengeluarkan kalimat yang lain.
Hana dan Beni sangat terkejut dengan kalimat yang keluar dari bibir sang sulung, bahkan bukan hanya Hana dan Beni saja Rama pun tak kalah kaget.
" Kakak sadar apa yang kakak katakan barusan " tanya sang ayah tak percaya mendengar kalimat dari putri sulungnya.
" Saling cinta tak salah tapi yang jadi masalah Rama adalah pacarnya Lia kakak, pacar Lia adikmu sendiri " ucap Hana dengan menekankan kata adikmu pada Siska supaya sadar.
" Tapi Rama juga cinta sama Siska bun, iya kan Ram ?" tanya siska menyadarkan Rama dari keterkejutannya. Rama yang di tanya seperti itu bingung karena sebenarnya ai juga sangat mencintai Camelia tapi juga menyukai Siska.
Melihat Rama yang hanya diam membuat Siska jadi resah.
" Ram.. " siska menggoyangkan tangan Rama supaya menjawab pertanyaan dari ia barusan.
Setelah menarik nafas dan menghembuskan Rama menjawab.
" Sya menyukai Siska om, tante.. Tapi saya juga sangat mencintai Camelia " ucap Rama dengan nada yang lirih di akhir kalimatnya.
" B*****k... B****n , jangan pernah injakan kaki lagi di sini " maki Beni sambil menarik tangan Rama untuk keluar dari rumahnya.
Brak ...
Beni menutup pintu dengan keras menyalurkan kemarahan yang saatnya ini di rasakanya .
"Jangan biarkan dia memasuki rumah ini lagi, dan kamu Siska ayah sangat kecewa dengan kamu sekarang. " setelah mengatakan itu Beni meninggalkan anak dan istrinya, ia butuh mendinginkan hatinya dulu sekarang.
Siska yang melihat sang bunda berniat meninggalkan dirinya, " Bunda " lirih siska dengan mata yang berkaca - kaca.
" Bunda kecewa ..." hanya kata itu yang keluar dari mulut sang ibu ,tapi Siska merasakan rasa sakit yang sangat dalam.
" Maafkan kakak bunda.. " tangis siska tak tertahan lagi, kenapa semua menjadi seperti ini." Apa ia salah berusaha mendapatkan orang yang kita cintai " bisik batinnya.
by cha88.