Parusa

Ya, aku Gati. Aku seorang remaja perempuan yang baru tersadar akan kelamnya rahasia keluarga yang selama ini seakan baik-baik saja tampaknya. Btw, aku bukan pemeran yang utama-utama banget dalam kisah ini. Bisa dibilang aku hanya perantara/saksi. Mungkin di keluarga kalian juga mengalami kisah yang sama seperti diriku atau bahkan lebih parah. Kalau begitu, semoga kisah ini dapat memberikan gambaran kepada kalian yang keluarganya baik-baik saja, tentunya kudoakan selalu agar keluarga kalian tidak memiliki kisah yang kelam tetapi dipoles secara indah seperti diriku dan untuk kalian yang memiliki kisah seperti ku atau bahkan lebih parah, tetap semangat karena kita kuat!   Kisah ini dimulai ketika aku masuk di bangku smp, dimana sebagai remaja awal kita sudah mengerti sedikit demi sedikit mengenai masalah orang dewasa. Apalagi, kita memiliki akses yang begitu luasnya di internet. Masalah-masalah sepele sampai masalah serius yang wow semuanya ada dan bahkan menjadi sesuatu yang biasa saja. Tetapi, akan berbeda jika ternyata hal itu terjadi dan kita rasakan.   Dapat aku katakan mereka sangat hebat sekali dalam menutup-nutupinya dariku. Walaupun begitu, mereka tidak tahu saja bahwa diriku sudah bisa mengerti apa makna tersirat dari perbincangan mereka. Perbincangan yang membuka gerbang akan gelapnya keluarga ku.   Aku memiliki seorang tante bernama Niyata, kisah hidupnya yang berlika-liku pertama kali ku ketahui karena tidak sengaja mendengar perbincangan nenek ku dengan salah satu om ku di teras. Ketika itu, nenek ku tidak menyebutkan secara jelas nama tante Niyata namun seiring berjalannya perbincangan tersebut akhirnya nenek ku menyebutkan nama Niyata. Dapat dikatakan bahwa tante Niyata bukanlah pribadi yang beruntung. Ketika tante Niyata masih kecil, ia seringkali diserang oleh berbagai penyakit yang sangat mengancam nyawanya. Bahkan nenek ku sudah putus asa sampai ia memutuskan untuk datang ke “orang pintar” padahal saat itu nenek ku sudah berada di Jakarta dan beliau orang yang religius. Untungnya, semakin tante Niyata besar, penyakit itu sembuh satu persatu.   Semakin seru ketika tante Niyata sudah beranjak dewasa dan mengenal cinta. Kala itu ia jatuh cinta kepada seorang pemuda, tepatnya pemuda berwajah oriental. Pemuda tersebut baru saja lulus kuliah dan sedang membangun usaha kecilnya. Wajar bukan, bila pemuda tersebut seringkali mengalami jatuh bangun dalam usahanya. Sampailah suatu ketika, tante Niyata dan pemuda berwajah oriental tersebut memberanikan diri untuk datang bertemu nenek, tetapi dengan tegasnya nenek langsung menolak ketika pemuda tersebut mengatakan bahwa dirinya baru merintis usaha kecil. Seperti yang kalian tebak, tante Niyata langsung menangis dan memohon kepada nenek untuk merestui mereka tetapi tetap saja nenek dengan tegas mengatakan kata tidak berulang-ulang kali. Pada saat itu juga pemuda berwajah oriental tersebut menenangkan tante Niyata dan menyuruh tante Niyata untuk mengikuti kata ibunya yaitu nenek ku. Pemuda tersebut pun berkata “Utamakanlah ibu mu,kamu memang pantas mendapatkan lelaki yang lebih mapan dan baik daripada diriku. Wanita baik dan sabar sepertimu tak layak dengan lelaki sepertiku. Terimakasih untuk segalanya,Niyata. Terimakasih juga untuk ibu yang sudah membesarkan dan mendidik Niyata sehingga ia menjadi wanita yang hebat. Banyak pelajaran yang kudapatkan darimu, Niyata ku yang tak lama lagi menjadi Niyata tanpa kata ku dibelakangnya.” Setelah mengucapkan kata tersebut, pemuda oriental tersebut tidak pernah lagi menampakkan dirinya sedikitpun. Tentunya, nenek merasa amat senang.Tetapi menurutku nenek egois, ia tidak memikirkan perasaan anaknya sendiri dan perasaan orang lain. Anehnya, ketika menceritakan bagian tersebut kepada om ku, nenek bisa-bisanya mengejek dan tertawa. Karena kejadian itulah tante Niyata seperti membuat jarak dengan nenek ku.   Nenek tidak kehabisan akal untuk mengatur hidup anak-anaknya. Nenek tidak memberikan sedikitpun waktu untuk tante Niyata menata hatinya. Nenek justru menyuruh tante Niyata untuk segera mencari pria lain yang lebih mapan,dengan nada yang penuh ancaman tentunya. Sungguh, tidak masuk akal sekali bagiku.   Selang beberapa bulan, tante Niyata mulai menerima kenyataan dan membuka hati lagi kepada seorang pria. Pria dari suku yang sama, lebih mapan, dan usia yang lebih tua beberapa tahun. Tante Niyata sudah meyakini bahwa kali ini nenek pasti akan senang dan menerima dengan sangat baik. Tante Niyata dengan percaya dirinya mengajak pria tersebut untuk bertemu nenek. Pada awalnya nenek bersikap baik, tetapi lama kelamaan nenek tidak bisa menahan tawanya ketika melihat cara berpakaian pria tersebut. Pria tersebut pun sakit hati dan langsung memutuskan tante Niyata di depan nenek yang masih belum bisa berhenti tertawa. Dalam perbincangannya dengan om ku itu, mereka berdua tertawa terbahak-bahak. Om ku pun itu malah menimpali dengan berkata “Niyata yang tak bisa melihat kenyataan, ia memang terlalu buta dalam hal percintaan.” Hatiku sedikit panas ketika mendengar perkataan tersebut. Walaupun mereka adalah nenek dan om ku tetapi aku dapat mengatakan bahwa mereka jahat. Itulah kesimpulanku pada saat itu.   Perbincangan mereka semakin membuatku penasaran ketika nenek berkata “Karma itu memang ada.” Mengapa? Karena ternyata pria tersebut adalah anak sahabat kakek. Mengapa nenek tidak mengenali wajah pria tersebut? Karena nenek memang tidak pernah bertemu anak dari sahabat kakek yang satu itu. Beberapa hari setelah nenek menertawakan gaya berpakaian pria tersebut, sahabat kakek langsung mendatangi kakek dan nenek dirumah, tak lupa memutuskan tali persahabatan mereka yang sudah terjalin lama. Tentunya Kakek sangat marah kepada nenek. Nenek pun hanya bisa mematung menyesali kesalahannya.   Ternyata karma tak berhenti sampai disitu. Ketika nenek dan kakek sudah memilihkan calon suami untuk tante Niyata dan tante Niyata sudah jatuh cinta sejatuh-jatuhnya, calon suaminya malah meninggalkan tante Niyata seminggu sebelum menikah karena calon suaminya harus bertanggung jawab atas kehamilan adik sepupu tante Niyata, ya kalian tidak salah. Calon suami tante Niyata menghamili adik sepupu tante Niyata yang dimana perempuan tersebut adalah keponakan nenek ku dan pastinya tanteku juga. Hebatnya, tante Niyata tidak membenci adik sepupunya. Tante Niyata memilih untuk mengampuni dan tetap menganggap adik sepupunya sebagai bagian dari keluarga. Dilain sisi, nenek ku justru membenci dan selalu mengeluarkan kata-kata pedas ketika tak sengaja bertemu keponakannya tersebut. Sedangkan kakek, ia memilih untuk diam. Semakin lama kakek menjadi pribadi yang tertutup dan memendam semuanya sendiri. Ia memaksakan dirinya untuk menerima kenyataan, tetapi karena semua hal yang ia lakukan tersebut malah memicu serangan jantungnya.   Semenjak kejadian tersebut, tante Niyata bersumpah untuk tidak membuka hatinya kepada siapapun. Ia selalu merasa membawa sial kedalam keluarganya karena kisah kasihnya. Kisah kasih yang seharusnya indah malah menjadi sesuatu yang sial baginya. Sebelum mengakhiri perbincangan tersebut nenek hanya dapat berkata “Bagaimanapun,aku harus menerimanya. Menerima semua akibat yang telah kuperbuat dan menerima nasib anakku yang belum menikah sampai saat ini usianya 50 tahun.” Om ku pun hanya bisa memberikan senyuman dan pelukan hangat kepada nenek. Tentunya, aku segera berlari dan memikirkan banyak hal di kepalaku. Aku mulai menjadi pribadi yang curigaan dengan semua keluargaku. Mengapa? Karena aku yakin masih banyak cerita di keluarga ini yang belum terungkap. Ini merupakan sesuatu yang seru dan menantang bagiku.