Chapter 08

1660 Kata
Pagi itu Yi Tan berada di sekitar kediaman bangsawan Kim. Karena tidak memungkinkan untuk kembali ke Hanyang kemarin, Yi Seok menyarankan agar mereka menetap selama satu malam di sana. Dan pagi itu keduanya berencana untuk kembali ke Hanyang. Sembari menuntun kuda miliknya, Yi Tan berjalan melewati jalan di depan kediaman bangsawan Kim. Memiliki sedikit harapan bahwa dia bisa melihat Kim Si Hyeon sebelum kembali ke Hanyang. Dan seperti Dewa yang berada di pihak Yi Tan. Saat Yi Tan hendak melintas di gerbang rumah bangsawan Park, saat itu pintu terbuka dan memperlihatkan sang nona muda yang hendak meninggalkan rumah seorang diri. Langkah Yi Tan terhenti, begitupun dengan langkah Si Hyeon begitu pandangan keduanya saling bertemu. Sempat terdiam, Si Hyeon menunduk sekilas sebelum mengambil langkah ke arah Yi Tan, hendak pergi ke arah yang berlawanan dengan sang Pangeran. "Tunggu sebentar, Nona." Yi Tan tak menyangka bahwa dia akan benar-benar menghentikan langkah gadis itu. Si Hyeon menghentikan langkahnya dan berbalik, begitupun dengan Yi Tan. Si Hyeon kemudian menegur. "Ada keperluan apa Tuan Muda memanggilku." "Aku sedang tersesat, mungkinkah Nona tahu jalan menuju Hanyang?" Sungguh alasan sederhana yang masuk akal. Sang Pangeran bukanlah orang yang pandai berbohong. "Tuan Muda bisa mengikuti jalan ini. Tuan Muda akan menemukan jalan keluar desa ini. Aku hanya bisa membantu Tuan Muda sampai di sini." "Kalau begitu, aku ucapkan terima kasih." Yi Tan terlihat ragu ketika ia kembali berbicara. "Aku merasa senang bisa bertemu dengan Nona di sini ... aku permisi." Yi Tan kemudian menuntun kudanya meninggalkan Si Hyeon. Sementara gadis muda itu tetap berdiri di tempatnya dan memperhatikan Yi Tan yang semakin menjauhi tempatnya. Si Hyeon kemudian berkata, "aku tidak pernah melihatnya sebelumnya. Siapa Tuan Muda itu sebenarnya?" "Mau aku beri tahu, Kakak ipar?" Si Hyeon sedikit terlonjak ketika tiba-tiba mendengar suara seorang pria tepat di sampingnya. Si Hyeon segera menoleh ke sumber suara dan memandang Yi Seok yang dengan lancang memanggilnya dengan tatapan terkejut. Yi Seok justru tersenyum lebar setelah melihat keterkejutan di wajah Si Hyeon. "Aku minta maaf, sepertinya aku sudah membuatmu terkejut." "Siapa Tuan Muda ini?" Kalimat Si Hyeon terucap dengan lebih tegas. Hal itu dikarenakan sikap Yi Seok yang dengan sembarangan memanggilnya dengan sebutan kakak ipar. "Suatu kehormatan bisa memperkenalkan diri di depan Nona. Namaku Yi Seok, senang bisa bertemu dengan Kakak ipar di sini." "Tuan Muda, apa maksud Tuan Muda dengan memanggilku seperti itu?" Si Hyeon tampak tak terima. Yi Seok berbicara sembari tersenyum. "Aku mendengar kabar bahwa putri dari bangsawan Kim akan dipersunting oleh Pangeran ke tujuh. Jika aku tidak salah, bukankah gadis yang beruntung itu adalah Nona Kim Si Hyeon sendiri." Si Hyeon memandang penuh selidik. "Lalu apa alasanmu memanggilku dengan sebutan itu? Betapa lancangnya sikapmu." Yi Seok justru tersenyum lebar. "Aku meminta maaf dengan tulus atas sikap kurang ajar yang aku tunjukkan pada pertemuan pertama kita. Mungkin aku terlalu senang bertemu dengan calon istri dari kakakku." Si Hyeon terlihat bingung. "Maksud Tuan Muda?" "Benar, aku adalah Yi Seok. Orang-orang sering menyebutku sebagai Pangeran ke delapan, dan aku adalah adik dari Pangeran Yi Tan—calon suami Nona." Si Hyeon terperangah, menatap tak percaya. Namun saat itu Yi Seok justru menaiki kudanya. "Aku akan menunggu kedatangan Nona di istana. Jangan katakan pada siapapun bahwa kalian sudah pernah bertemu sebelumnya." Yi Seok langsung menunggangi kudanya untuk menyusul Yi Tan. Namun Si Hyeon justru makin tidak mengerti dengan kalimat terakhir yang diucapkan oleh Yi Seok. "Yi Tan Hyeongnim, tunggu aku ..." Kedua netra Si Hyeon langsung melebar ketika ia mendengar seruan dari Yi Seok. Segera Si Hyeon memandang kedua pemuda yang sudah jauh dari tempatnya itu. Dan karena seruan Yi Seok barusan, gadis itu tahu bahwa laki-laki yang sebelumnya menanyakan arah padanya adalah Pangeran Yi Tan—calon suaminya. Satu tangan Si Hyeon menyentuh dadanya. Detak jantungnya menjadi tidak karuan. Mengingat kembali ucapan Yi Tan padanya sebelum pergi, Si Hyeon berpikir bahwa Yi Tan pun sudah mengetahui siapa dirinya. "Kenapa dia datang kemari?" ucap Si Hyeon. Terdapat kekhawatiran dalam nada bicaranya. "Nona Si Hyeon ..." Terdengar suara seorang wanita dari halaman rumah. Si Hyeon kembali memandang ke ujung jalan yang sudah kosong dan lekas kembali ke halaman ketika kepergiannya telah diketahui oleh orang rumah. Sebelumnya dia hendak pergi secara diam-diam, tapi niatnya gagal karena pertemuannya dengan Yi Tan yang justru membuatnya merasa gelisah tanpa sebab. THE PRECIOUS KING AND THE NINE TAILED// Menjelang sore hari Yi Tan dan Yi Seok baru saja sampai di Hanyang. Keduanya langsung berpisah karena arah rumah Yi Seok yang berbeda. Menuntun kudanya, Yi Tan berjalan di antara aktivitas para penduduk di area pasar yang masih sangat ramai meski hari sudah sore. Yi Tan sudah tampak akrab dengan kehidupan para penduduk di Ibu Kota. Beberapa orang yang mengenali Yi Tan pun sejenak membungkukkan badan guna memberikan salam. Dan dari arah berlawanan, si Gumiho datang dengan membawa sebuah buku di tangannya. Sepertinya dia tengah dalam perjalanan pulang ke Baekdusan. Hanya dalam hitungan detik keduanya kembali berpapasan tanpa mempedulikan kehadiran satu sama lain. Namun tepat ketika keduanya berpapasan, sebuah benang berwarna hitam mengikat jari kelingking keduanya dan saling terhubung satu sama lain. Sebuah ikatan yang tak disadari oleh siapapun bahkan oleh kedua orang yang bersangkutan. Langkah keduanya semakin menjauh. Berjalan ke tempat tujuan masing-masing tanpa memiliki keinginan untuk berbalik. Namun saat itu seorang pria berhasil menemukan benang hitam yang masih menghubungkan kedua pemuda tersebut. Pakaian serba hitam dan sebuah gat yang menyamarkan wajahnya serta sebuah pedang di tangan kiri. Pria itu bukanlah manusia, melainkan Jeoseung Saja—si Dewa Kematian yang juga bisa dikatakan sebagai pemutus takdir manusia di dunia. Pria itu memandang ke dua arah yang berbeda secara bergantian sebelum pandangannya kembali tertuju pada benang hitam di hadapannya. Tatapan yang selalu terlihat dingin itu sedikit menunjukkan keprihatinan. Dia kemudian berucap, "Roh Gunung pasti akan sedih jika melihat ini." Si Jeoseung Saja menyentuh benang hitam yang kemudian memudar itu. Menyamarkan diri sehingga tidak akan ada yang tahu takdir siapa yang akan ia hubungkan. Dan dengan begitu si Jeoseung Saja lantas menghilang. THE PRECIOUS KING AND THE NINE TAILED// Yi Tan sampai di jalanan dekat kediamannya. Namun langkah Yi Tan terhenti ketika ia melihat Putra Mahkota Yi Geum baru saja keluar dari rumahnya. Langkah Yi Geum pun turut berhenti ketika ia menemukan Yi Tan. Dan saat itulah Yi Tan kembali melanjutkan langkahnya, berjalan menghampiri Yi Geum. "Oh! Pangeran," seru pria bernam Seon Dol yang langsung berlari menghampiri Yi Tan dan mengambil alih kuda milik Yi Tan. "Pangeran sudah kembali?" "Tolong beri dia makan." "Baik, Pangeran." Seon Dol lantas membawa kuda milik Yi Tan memasuki halaman rumah. Sementara itu Yi Tan menghentikan langkahnya di hadapan Yi Geum dan sekilas menundukkan kepalanya. Yi Geum kemudian tersenyum. "Aku tidak tahu jika Pangeran pergi bersama Pangeran Yi Seok. Hampir saja aku tidak bisa melihat Pangeran." "Ada keperluan apa sehingga Putra Mahkota datang kemari?" Sambutan yang lebih dingin. Tampaknya hanya Yi Seok yang mendapatkan sambutan hangat dari Yi Tan. "Hanya ingin melihatmu, dan juga ... untuk berpamitan." Yi Tan menatap penuh tanya. "Putra Mahkota ingin pergi ke suatu tempat?" Yi Geum mengangguk. "Aku ingin mengunjungi kampung halaman ibuku dan menetap di sana selama beberapa hari." Yi Geum kemudian mengambil tiga langkah mendekati Yi Tan dan langsung memeluk sang Pangeran. Yi Tan yang mendapatkan perlakuan tiba-tiba tentu saja sedikit terkejut dan merasa tidak nyaman. Yi Geum kemudian berbicara, "pikirkanlah baik-baik, masa depan Joseon tergantung pada pilihanmu. Begitu Pangeran Yi Hwon tahu tentang hal ini, dia akan segera meninggalkan dinasti Qing ... kau tahu apa maksudku, Pangeran Yi Tan. Aku berharap kau bisa mengambil keputusan yang tepat." Yi Geum melepaskan pelukannya dan mundur satu langkah. Wajah yang terlihat sedih itu kembali tersenyum lembut. "Aku akan kembali sebelum pernikahanmu. Jika sesuai rencana, Baginda Raja akan mengirim seseorang untuk membawamu kembali ke istana malam ini. Tinggallah di sana dan pikirkan baik-baik. Waktunya hanya sampai hari pernikahanmu. Kalau begitu ... sudah saatnya aku untuk pergi. Jaga dirimu baik-baik." Yi Geum kembali mengulas senyumnya dan berjalan melewati Yi Tan. Sementara Yi Tan sejenak tampak mempertimbangkan sesuatu dengan sangat serius sebelum berbalik dan memutuskan untuk menegur Yi Geum. "Tidak bisakah Hyeongnim melakukan sesuatu?" Langkah Yi Geum kembali terhenti. Perlahan sang Putra Mahkota berbalik. Dan lagi-lagi seulas senyum itu terukir dengan lembut di wajahnya. "Apa yang harus aku lakukan? Kau ingin aku melakukan apa?" "Jangan pergi ... Putra Mahkota bisa mengangkat seorang putra sebagai penerus takhta." "Itu bisa saja terjadi jika aku membunuh semua saudaraku. Sekarang aku akan bertanya padamu. Jika aku tetap mempertahankan posisi ini ... bisakah kau membunuh saudara-saudara kita untuk kakakmu ini?" Yi Tan menatap ragu. "Ini tidak benar. Setengah bangsawan tidak akan pernah bisa menentukan masa depan Joseon. Berhentilah mengambil jalan yang sulit." "Kau tidak akan mengatakannya jika kau masih mengingat seperti apa watak Pangeran Yi Hwon. Mulai dari sekarang kau yang menentukan. Berjuang untuk rakyat Joseon atau justru mengabaikan mereka. Ini nasehat terakhirku sebagai seorang Putra Mahkota. Saat aku kembali ... aku ingin kau menganggapku sebagai seorang kakak, Yi Tae Hyung." Yi Geum tersenyum untuk kali terakhir sebelum meninggalkan Yi Tan. Dan ketika Yi Geum tak lagi bisa dijangkau oleh pandangan Yi Tan, awan hitam berbondong-bondong datang menutupi langit biru di atas Joseon. Satu persatu air jatuh dari langit. Namun hal itu tak membuat Yi Tan beranjak dari tempatnya. Masih berdiri di sana hingga butiran-butiran air itu berubah menjadi hujan. Sebuah perasaan khawatir yang ditujukan untuk masa yang akan ia hadapi setelah ini berhasil menahan langkahnya untuk sesaat. "Aigoo! Pangeran ..." Seon Dol berlari menghampiri Yi Tan dengan membawa sebuah payung. "Apa yang sedang Pangeran lalukan di sini? Putra Mahkota sudah pergi, kenapa Pangeran tetap berdiri di sini? Mari kita masuk, bagaimana jika Pangeran terserang flu?" Seon Dol sedikit menarik lengan Yi Tan, sedikit memaksa sang Pangeran untuk segera masuk ke kediamannya. THE PRECIOUS KING AND THE NINE TAILED// Note : Untuk para pembaca sekalian, jangan lupa untuk vote dan tinggalkan komentar, ya. Agar akun ini tidak sepi? Dan tenang saja, Secrettownofficial masih ikut ambil bagian dalam proses penulisan cerita ini. Jadi tidak akan ada yang berubah dari cerita ini??
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN