Malam ini tepat jam sebelas di pos polisi Batul Barat udara dingin berhembus. Memperlama beberapa detik proses pembusukan mayat-mayat yang baru saja dibantai hantu. Mahluk tak terlihat itu bisa berinteraksi dengan manusia setelah mereka menemukan tubuh yang sesuai dengan kemauannya. Terkadang mereka masuk ke dalam hewan, atau tumbuhan. Mereka masuk ke semua makhluk hidup.
Pria bertopeng merah kembali datang malam itu. Terlambat untuk menyelamatkan namun masih punya banyak waktu untuk menghentikan monster pembunuh bertanduk kerbau. “Oh ini si topeng merah misterius itu?” tanya si kerbau. Pria bertopeng merah tak meladeni perkataan si monster. Dengan segera pukulan demi pukulan melayang di d**a monster kerbau. Tiap tinjunya memercikkan api membara, membakar tubuh monster itu dari dalam. Pria bertopeng merah melangkah mundur tiga langkah lalu meledaklah monster itu dalam kobaran api.
Pria bertopeng merah hendak pergi, namun satu monster dari atas langit melesat menerjangnya. Kali ini mosternya berbentuk manusia berkepala anjing. Monster itu berkata, “Ku dengar namamu adalah Flanagan.” Pria bertopeng merah hanya diam, tak berkata sepatah kata pun. Dia memantapkan posisinya untuk melesat kan tinju penuh bara api. Monster itu menerkamnya, namun api kembali berkobar. “Bos… rencana kita berhasil…,” ucap monster anjing mengucapkan kata terakhirnya.
Muncul sesosok makhluk menyerupai manusia. Kulitnya kering berwarna abu-abu, wajahnya keriput, giginya timbul ke luar, dan kuku tangannya panjang. “Haha terjebak kau!.” Seorang zombi tertawa karena rencananya menjebak Flanagan berhasil. “Luar biasa! Kau memang tidak kenal ampun terhadap makhluk seperti kami. Tapi apakah kau mampu mengalahkan yang ini?” ucap zombi itu. Tak lama kemudian tubuh zombi itu mengubah fisiknya menjadi layaknya manusia normal.
"Jangan bergerak!.” Para polisi tiba-tiba datang menyergap Flanagan. Zombi yang kini terlihat seperti manusia berlari ke arah polisi, “Monster bertopeng itu… dia yang melakukannya…,” ucapnya memfitnah.
"Tch!.” Flanagan sadar dirinya dijebak.
“Angkat tangan!” polisi menodongkan senjata mereka ke arah Flanagan. “Sudah lebih dari ratusan kasus masuk ke dalam laporan kematian karena dirimu, menyerahlah!.”
Flanagan mengangkat kedua tangannya. Si zombi tersenyum senang melihat rencananya berhasil. Flanagan dengan cepat menurunkan tangannya lalu mengangkatnya lagi. Tembok api muncul memisahkan dirinya dari para polisi. “Haaahh!” zombi itu kaget Flanagan masih memiliki cara untuk lari. Zombi itu tertawa cekikikan sambil bersembunyi di jalan gelap. Dia tua ada monster lebih kuat akan datang. Monster berbadan besar dan berkulit keras melempar sebuah ban mobil ke arah Flanagan. Ban itu mendarat keras di punggungnya. Flanagan mental hingga membentur tembok.
“Ryou....” Suara bisik halus membelai lembut.
Suara kereta lagi-lagi membangunkan Ryou. Mimpi heroiknya terpaksa terhenti karena kereta pagi telah berangkat. “Tch! Huuft…,” keluhnya harus kembali terbangun. Dia duduk sebentar sambil mengusap-usap rambut panjang sebahu hitamnya. Mengenakan jaket jeans birunya yang ia jadikan bantal kemudian pergi dari lorong kereta bawah tanah menuju permukaan.
Matahari bersinar, namun hangatnya tak begitu terasa di kota Batul karena terlalu banyak asap meredupkan kilaunya. Orang-orang hilir mudik di pagi itu, terlihat begitu sibuk dengan urusannya masing-masing. Tak ada yang bertegur sapa, mereka berjalan cepat sambil merunduk menghindari kontak mata. Ryou melihat sekelilingnya, menatap beberapa detik patung seorang pahlawan revolusi negara Kuzech. Tangan kanan patung itu mengangkat sebuah obor. Tangan kirinya sudah ada di tanah. Badan dan kakinya penuh corat-coret. Papan namanya hilang dan diganti dengan tulisan, “Babi Hefei.” Tatapan Ryou sedikit turun, ia melihat seorang mengencingi patung itu kemudian mengacungkan jari tengahnya, “f**k orang Hefei!.”
Ryou melanjutkan langkahnya sambil mengenakan masker, sama seperti orang-orang. “Restu kau sudah di pabrik?” tanyanya lewat ponsel. Dalam perjalanannya menuju ke sebuah pabrik cat, Ryou mendengar sebuah percakapan antara penjual dan pembeli di warung kecil.
“Kau tahu, seseorang di Batul Utara menemukan mayat Tony! Mayatnya dikubur nanti siang,” bisik ibu pembeli.
“Apakah tubuhnya terbakar?” tanya ibu penjual.
Ibu pembeli mengangguk, “Kasusnya masih sama dengan kriminal-kriminal lainnya.”
“Hih pasti Flanagan!” bulu leher Ibu penjual berdiri.
Ibu pembeli menaikkan dahi, “Memangnya siapa lagi, Aku senang kriminal berkurang.”
“Hih!” ibu penjual menepuk tangan si pembeli.
“Kenapaaa?” Ibu pembeli menarik tangannya kemudian mengambil uang dari dompetnya.
Ibu penjual berbisik, “Semalam putri ibu Carol dibakar!” katanya melotot.
“Masa?” tanya ibu pembeli terkejut.
“Sumpah, dia itu sudah gila! Kalau saya sih amit-amit ketemu sama dia, Hih!.”
Sambil memberikan uang, ibu pembeli berbisik, “Katanya dia itu hantu!.”
“Hiiihh...,” mulut ibu penjual melengkung ke bawah “Jangan ngomong aneh-aneh.”
Ryou datang mengintervensi percakapan keduanya, “Bu, ada cola?”
“20 BP!” kata ibu penjual.
Ryou memberikan koin 1 BP.
“Husssh! Kalau gembel jangan beli di sini!.” Ibu itu melempar 1 BP Ryou ke jalan.
Ryou memungut 1 BPnya lalu pergi.
Ibu pembeli tadi kembali berbisik, mengomentari sikap Ibu penjual, “Awas bala!.”
Selang beberapa waktu Ryou sampai di sebuah pabrik cat. Pekerja di sana meneriakinya karena Ryou tidak memakai Helm. “Untuk apa, aku bukan pekerja,” jawab Ryou acuh.
“Ryou!” Restu berlari menghampiri dan hinggap di punggung Ryou.
“Hoooy turunlah, berat!” siku kiri Ryou menjatuhkan Restu. Ryou mengusap-usap punggungnya.
“Heleh masih muda kok sudah seperti nenek,” keluh Restu sambil membersihkan celananya yang kotor.
“Aku sakit punggung, mungkin salah tidur tadi malam,” Ryou cengar-cengir.