Part 1.a: Scars of Past

988 Kata
Waktu memang memulihkan luka perih. Berdiri kembali membangun keberanian selama sepuluh tahun, cukup lama untuk sebuah luka. Tragedi di senja sunyi merobek keangkuhanku, kini terulang kembali. Namun kali ini aku tak tahu harus berdiri atau bersembunyi, tenggelam dalam bayang hitam seperti kala itu.   Ryou sudah berada di dalam gua di mana ia yakin targetnya berada di dalam. Berjalan penuh keberanian, Ryou tak peduli sudah sejauh mana ia menelusuri gua mistis yang berada di pegunungan Hulao. Ryou melangkahkan kakinya di bebatuan lembap nan tajam dengan mantap tidak tergelincir sedikit pun. Di telapak tangan kirinya, api menyala untuk menerangi dinding-dinding hitam berhiaskan mineral. Ryou sampai di sebuah lingkaran putih misterius dengan aura hitam yang menyerap cahaya di tengahnya. “Jawaban misteri itu kini sudah di depan mata.” Ryou mengenakan topeng merah pemberian ayahnya untuk membuka portal menuju kegelapan. Api di telapak tangan kirinya tiba-tiba menyala tak terkendali, Ryou merasakan sesuatu datang dari dalam aura kegelapan itu. “Keluarlah!” sahut Ryou. Suara langkah kaki semakin terdengar, berketuk di telinga kiri dan kanan bergantian. “Aku tahu kau menginginkan topeng ini!” tantang Ryou. Aura hitam di lingkaran putih itu semakin kental, perlahan menelan Ryou masuk ke dalam kegelapan total. “Aku tidak takut padamu!” mata Ryou melirik ke kiri dan ke kanan di balik topeng merahnya. Kuda-kuda sudah terpasang, tangan kanannya siap mengantisipasi pergerakan dari mana pun. Dari dalam kegelapan tangan besar menerkam kepala Ryou lalu menjatuhkannya. Ryou kaget, kecepatannya bukan main. “Kudengar kau tidak takut padaku?” suara makhluk itu sangat keras, getaran di gua itu terasa oleh Ryou hanya karena gema dari kata-katanya. Ryou menyemburkan api dari tinju kanannya, makhluk itu menangkisnya dengan mudah dengan tangan kirinya. “Untuk apa aku menginginkan kekuatan mainan yang tak seberapa itu?” makhluk itu bertanya di balik bayang-bayang. Dengan seluruh tenaga Ryou membanting dirinya agar bisa terlepas dari cengkeraman makhluk itu. “Kau mau aku menunjukkan diriku? Akan kukabulkan ketika kesadaran angkuhmu itu terlepas dari jiwa lembekmu!.” Tenaga makhluk itu sangat besar, dengan satu tangan ia mengangkat Ryou. Perlahan ia cengkeram kepala Ryou kuat, ia ingin topeng dan kepala Ryou remuk. Ryou berteriak, spirit yang bersemayam di dalam topengnya keluar. Seekor burung garuda raksasa dari api membakar tangan makhluk itu. Ryou terlepas dari cengkeramannya. “Burung bodoh!” makhluk itu geram. Api dari sayap burung itu begitu terang, mampu menerangi gelapnya aura mistis dari dalam lingkaran putih. Ryou dapat melihat makhluk itu sekarang, namun pandangannya kabur akibat menahan cengkeraman keras. Ia hanya melihat bayangan seorang yang amat kekar bertelanjang d**a. Tingginya sekitar 2,5 meter dengan kepala botak dan jubah hitam diikatkan di pinggang. “Hibur aku, Peepsquek!” makhluk itu menantang garuda yang berada di samping Ryou. Burung itu masuk kembali ke dalam topeng Ryou, menyalurkan bara api ke inti tubuhnya dengan maksimal. Tinju api dari kiri dan kanan menyambar. Mahluk itu membalas dengan pukulan keras. Keduanya masih berdiri tapi salah satu dari mereka terlalu tangguh. “Siapa kau?” tanya Ryou dari balik topengnya bercucur darah. "Hanya segitu kemampuan mainanmu?” "Diam!” bentak Ryou, “jawab atau akan kuhanguskan seluruh inti tubuhmu!.” Mahluk itu menyeringai, “Mereka menyebutku ‘The Apocalypse – 2, Conquest’.” “Kedua?!.” “Heh jantungmu berhenti berdetak dua kali,” Conquest tertawa kecil. “Jika kau mengira dirimu menemukan pembantai keluargamu, oh kau salah besar.” “Bohong!” “Terserah, kuberitahu saja kalau sebenarnya War pelakunya. Cahaya putih itu, dia pelakunya. Dia ‘The Apocalypse – 1, War’.” “Di mana dia!” “Kurasa kau bertanya padaku, itu artinya kau tak tahu apa-apa. Berhentilah berlagak kuat, aku mulai jijik!” sesekali Conquest menghela nafas. “Aku bisa dengan mudah membakarmu!” Ryou menyemburkan api ke tanah. “i***t! War saja tak mungkin bisa mengalahkanku, apalagi Peepsquek sepertimu.” “Omong kosong!” Ryou terus mengelak. “Aku bisa saja membunuhmu detik ini, namun Death pasti akan melindungimu. Bisa jadi dia sedang mengawasi kita saat ini.” “Siapa Death?” “The Apocalypse – 4, ‘kepala’ yang begitu bodoh mau mengikuti rencana membosankan War.” “Di mana War!” “Sedang menggali makam ayahmu haha! Dia ingin berkata padanya kalau kau adalah Peepsquek i***t!.” “Jangan main-main!” tangan Ryou mengepal kencang. “Bagaimana kalau kita lanjutkan permainan kita, mungkin aku bisa membunuhmu sebelum Death datang...,”Conquest melesat tanpa aba-aba. Tinjunya meluncurkan Ryou kencang. Dengan sekejap Conquest berada di sisi berlainan untuk kembali meninju Ryou yang masih melayang. Ryou membalas dengan pukulan api berputar, membakar hangus Conquest. Tetapi Conquest masih utuh, dia keluar dari kobaran api lalu dengan sikunya dia menundukkan Ryou dengan mudah. “i***t! Kau pikir kau siapa? Hah!” Conquest meledak emosinya. Dia siap menghancurkan topeng beserta kepala Ryou. Aura gua itu semakin hitam, pukulan super keras Conquest berhenti membentur kristal es yang muncul secara mengejutkan di depan kepala Ryou. “Berhenti, Conquest!” sahut Death datang menyelamatkan Ryou. “Oh sial, suatu saat kau akan melihat bahwa akulah yang benar!” Conquest langsung pergi menghilang di dalam kegelapan. “Jangan kau hancurkan dia sekarang atau ritual kita akan gagal,” Death menasihati Conquest yang pergi dengan kesal.   Aku tak tahu, entah kapan mereka akan kembali. Luka ini menjadi semakin buruk.... Aku bahkan tak tahu kapan aku bisa membuka mataku kembali. Panca indraku hilang, aku tak merasakan apa pun.... Apakah ini kematian...             Apakah selembut ini...                                     Sehangat ini...                                                 Sehening ini...                                                             Kesendirian ini... Begitu hampa hingga aku tenggelam dalam ketakutan. Aku Ryou Rouza, penerus dari Astaman Rouza. Seorang agen rahasia muda yang andal dan terampil. Dididik sejak dini untuk tidak takut pada apa pun. Dilatih tanpa henti untuk menjadi paling mematikan. Disembunyikan dari siapa pun hingga tak ada seorang pun yang tahu. ... Aku takut... tidak mematikan... dan kini sendiri tanpa seorang pun... ... ... ... ... ... tidak... aku masih hidup... ... atau.... Tapi kenapa aku tak merasakan apa pun mulai detik ini.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN