Buto Ijo??
Bayu menghentikan makanannya. Ia tahu sesuatu tentang Buto Ijo, tapi tak mungkin ia mendiskusikan ini pada Dimas.
Menarik nafas, Bayu memutuskan untuk tidak melanjutkan makananya, ia beranjak dan duduk di sofa di depan TV. Menonton film yang tayang. Ia tersenyum ketika melihat Hulk dan Thor beradu dalam film tersebut.
"Bos, saya boleh pulang?" Tanya Dimas.
Bayu menoleh, ia mengangguk pelan. Melihat itu Dimas agak sedikit heran, karena sangat tidak biasa Bosnya itu seperti begini.
"Saya urus Liz dulu, Bos, baru saya pulang, biar Bos gak ribet nantinya. Kalau boleh, besok pagi juga saya ke sini." Ucap Dimas.
Lagi-lagi Bayu hanya mengangguk, kali ini bahkan tak melirik Dimas sedikitpun, matanya sudah terfokus ke layar televisi di hadapannya.
Sekali lagi pamit, Dimas beralih, mencari Elizabeth yang entah sembunyi ke ruangan mana.
**
Selesai mengurus Elizabeth, Dimas langsung turun ke parkiran, ia sudah tidak sabar bertemu dengan Kakeknya, ingin sekali dia menanyakan sesuatu yang mengganjal di kepalanya. Hari ini, sejak ditemukannya Elizabeth, Bos Bayu benar-benar berubah.
Menyetir dengan kecepatan standar, Dimas sampai di rumah tua yang mewah milik kakeknya yang tinggal sendirian. Rumah ini katanya sih warisan, Dimas menghabiskan masa kecilnya di rumah ini bersama orang tuanya, tapi semejak Ayah dan Ibunya meninggal, Dimas memutuskan untuk menyewa tempat sendiri.
"Kek? Kakek??!" Seru Dimas ketika ia sudah masuk ke bagian dalam rumah.
Sejujurnya, Dimas sangat enggan berada di sini, rumah ini tak hanya penampakannya yang angker, tapi juga suasananya. Dimas tak mengerti apa yang membuat kakeknya betah berada di rumah ini.
"Mas? Dimas?" Mendengar suara serak kakeknya dari bagian belakang, Dimas langsung bergegas.
"Kakek lagi apa?" Tanyanya ketika melihat Kakeknya membawa senampan besar sesajen.
"Tugas!" Jawab kakeknya.
Dimas menggeleng, ia sendiri sebenarnya tak paham apa yang mengikat keluarganya untuk melakukan hal-hal ini. Kerjaannya hari ini pun dirasanya sebagai sebuah tanggungan yang tidak jelas tujuannya.
"Kakek udah makan?"
"Udah, kamu?" Dimas menjawab pertanyaan kakeknya dengan anggukan.
"Sini Kek, aku bawain!"
Dimas mengambil nampan besar tersebut, lalu sebelah tangannya memapah Kakek untuk masuk ke rumah lewat pintu dapur.
Meletakkan nampan di meja, Dimas mengajak kakeknya ke ruang keluarga.
"Aku mau tanya-tanya Kek, sama Kakek." Ucap Dimas.
"Berapa umur kamu sekarang?"
"26 Kek, kenapa?"
"Berarti kamu sekarang sudah bisa tahu semuanya. Kamu mau tanya apa tadi?"
"Bos Bayu aneh Kek hari ini!" Ucap Dimas menceritakan keluhannya.
"Aneh kenapa? Dia sakit? Bayu baik-baik aja kan??" Kakek Yadi terlihat khawatir, dari suaranya Dimas bahkan bisa tahu kalau Kakek sangat menyayangi Bayu.
"Gak sakit, cuma ya itu. Biasanya kan gak mau ada orang yang dateng ke tempatnya. Nah tadi aku disuruh bawa cewek ke apartmennya, terus malem ini, aku disuruh makan bareng, bertiga. Aku, bos Bayu sama Cewek itu."
"Cewek?? Oh jadi sekarang targetnya cewek."
"Hah? Engga Kek! Bos Bayu gak naksir cewek ini, cewek ini mau dijual kok, aku udah pasang iklan." Ucap Dimas, merasa penjelasannya belum lengkap terhadap Kakek.
Saat Kakeknya akan menyauti ucapan Dimas, terdengar ketukan di pintu depan, dan detik berikutnya, terdengar suara Bayu.
"Kek?! Kakek Yadi??!"
"Kamu naik ke kamarmu, Mas! Kakek ketemu Bayu dulu ya! Jangan keluar sebelum Kakek samperin kamu!" Titah Kakek, membuat Dimas langsung mengangguk, ia beranjak dari sofa dan naik tangga ke lantai dua, ke kamarnya.
Kamar Dimas tidak berubah sejak ia meninggalkannya, tetap bersih dan nyaman. Jadi, langsung saja Dimas merebahkan badannya di kasur.
Menatap langit-langit, Dimas mengedarkan pandangannya ke sekeliling kamarnya dan terkejut ketika melihat salah satu gambarannya saat kecil dulu yang tertempel di dinding dekat meja belajar. Bangkit, Dimas melepas gambaran tersebut lalu meneliti gambarannya.
Kenapa gambaranku saat kecil ini mirip dengan Liz??
Penasaran, Dimas mengendap-endap keluar dari kamarnya, ingin mencuri dengar apa yang dibicarakan oleh Bos Bayu dan Kakeknya.
"Kamu bener dia bilang buto ijo?"
"Iya, Kek. Bener! Tanya Dimas deh kalo gak percaya."
"Mungkin dia cuma lagi bahas dongeng cerita anak-anak." Ujar Kakek terdengar menenangkan.
Wajah Bayu masih terlihat kalut. Kakek pun mengusap bahunya pelan-pelan. Terlihat sekali Kakek sangat peduli pada Bayu.
"Gak mungkin, gak ada portal di kota. Kamu tenang aja."
"Ya aku lebih tau soal itu kek." Ucap Bayu tegas.
Dimas makin bingung, apa yang dibicarakan oleh dua orang ini.
"Tapi tadi pagi gak ada anomali apapun."
"Yaudah, aku cuma mau bilang itu Kek. Aku pulang ya!"
Terlihat Kakek mengangguk, saat Dimas akan kembali ke kamarnya, ia melihat keanehan lain. Tadi Bayu bilang pulang, tapi kenapa ia berjalan ke arah dapur? Bukankah tadi dia masuk lewat pintu depan??
Dimas makin tak mengerti, ia langsung berbalik ke kamar sebelum Kakeknya tahu ia menguping sedikit pembicaraan tadi.
Tak berapa lama, terdengar langkah kaki mendekat, bersiap-siap, Dimas langsung tersenyum ketika kakeknya berdiri di ambang pintu.
"Bos Bayu cerita apa sama Kakek?" Tanya Dimas.
Kakek Yadi mendekat, ia menarik kursi belajar Dimas lalu duduk menghadap cucu sematawayangnya itu.
"Umur kamu 26?" Tanya Kakek pelan.
"Iya, Kek! Kenapa?"
"Kakek mau cerita soal Bayu!"
"Iya Kek, boleh!"
"Apa yang kamu tahu soal keluarga kita dan Bayu?" Tanya Kakek.
"Yang aku tau, Kakekknya Kakek udah kerja sama dia, dari dulu, rumah ini, rumah warisan yang harus dijaga. Rumah ini dari Bayu. Dan, dari aku masih kecil, sampai aku sekarang sebesar ini, Bayu gak pernah berubah, gak tambah tua. Itu yang bikin aku heran, Kek!" Ucap Dimas mengatakan semua hal yang ia ketahui tentang Bayu.
Kakek tersenyum, ia menerawang sebentar sebelum menyahuti ucapan memandang cucunya tersebut.
"Bayu itu bukan manusia, dia ditemukan oleh leluhur kita, di pohon besar di belakang rumah ini. Waktu itu dia masih bayi, keluarga kita merawatnya karena dulu, leluhur kita gak punya anak. Saat bayu beranjak besar, leluhur kita tau kalau ada yang aneh dengan bayu. Setiap beberapa kali dalam satu tahun, Bayu harus ditinggal di pohon besar, kalau tidak, dia akan sakit dan berpengaruh juga dengan alam sekitar.
"Bayu punya keistimewaan, dia bisa mengabulkan apapun yang kita mau. Dulu, leluhur kita minta anak, lalu Bayu bilang kalau ia bersedia mengabulkannya dengan satu syarat. Bayu ingin tidak ada perbedaan antara dirinya dan anak kandung nanti. Leluhur kita setuju, dan tak lama, nenek buyut hamil dan mereka pun punya anak.
"Sejak saat itu Bayu makin dianggap menjadi bagian dari keluarga. Memenuhi kebutuhan yang tidak bisa kita dapatkan. Dulu rumah ini hanya gubug, tapi Bayu mengubahnya menjadi istana."
Kakek berhenti sebentar dari ceritanya sementara Dimas dibuat bingung. Entah pikirannya meledak menjadi berapa pecahan saat ini.
Dunia yang ia anggap nyata selama ini ternyata sudah berubah menjadi negeri dongeng. Dan sosok yang bisa mengabulkan semua hal bukan berwujud ibu peri. Melainkan Pria muda yang sangat berbahaya.
"Bayu gak pernah tua?" Tanya Dimas.
"Pertumbuhannya terhenti di umur 30 tahun. Dia gak bisa menua."
Dimas menghela nafas, ia bingung Bayu ini sebenarnya apa. Manusia kah? Vampire-kah? Atau apa? Jenis makhluk mistis yang mana kah Bayu itu?
"Bayu itu manusia?" Tanya Dimas.
"Nanti kamu tau sendiri! Sekarang tidur, pasang alarm jam setengah 4 pagi. Kakek tunggu di bawah pohon besar yak!"
Dimas mengangguk, kakeknya tersenyum kemudian meninggalkannya sendirian.
Merasa tidak punya tenaga untuk berfikir, Dimas pun memasang alarm seperti yang diperintahkan oleh kakeknya. Ia hanya mempersiapkan diri untuk kejutan yang didapatkannya pagi nanti, namun dirinya tidak bisa terlelap meskipun sudah memejamkan mata.
Bangkit kembali, Dimas menyambar sebuah kertas gambar dari meja. Melihat gambaran tersebut, Dimas bingung sendiri. Kenapa sewaktu kecil Dimas menggambar seorang gadis sendirian di tengah hutan? Dan kenapa wajah gadis dalam gambarnya ini terlihat mirip sekali dengan Elizabeth?
Berusaha tidak menggabungkan keduanya, Dimas meletakkan kembali gambar tersebut di meja. Ia lalu merebahkan diri lagi di atas kasurnya. Kali ini berusaha sekuat mungkin untuk terlelap, ia harus mempersiapkan diri dengan apa yang akan dihadapinya pagi nanti.
Kakek Yadi tadi sudah bilang, bahwa Bayu bukan lah manusia. Jadi, pagi nanti mungkin ia akan melihat hal-hal aneh yang tidak biasa.
Dimas yakin akan hal itu.
*****
TBC