Di dusun Serbahese, Mbok Yem hanya bisa menangis. Tidak ada tanda-tanda Elizabeth kembali. Mbok Yem sedih, anak satu-satunya itu hilang.
"Mbok, sabar yaa, dah kamu nanem timun lagi aja, kali gitu, tumbuh anak lagi. Buat gantiin si Euis." Ujar Mbok Sri menghibur.
"Iya Mbok, dah jangan sedih, aku juga sedih nih sekarang gak bisa e*k bareng si Euis lagi." Kata Jubaedah, teman mainnya Elizabeth.
"Elu ya Dah, yang dipikirin t*i mulu! Gue paling sedih nih, Elizabeth kan calon jodoh gue!" Seru Mail.
"Eeh apaan lu anak sompret, maen ngaku-ngaku aja! Elizabeth tuh harus nikah sama orang kaya! Bukan orang kismin kaya elu yaaa tuyul!" Mbok Yem yang sedang bersedih mendadak murka. Mail si anak ingusan maen nyerobot aja buat jadi jodohnya Elizabeth.
"Ya Mbok, di dusun ini kan aku yang paling tampan dan rupawan." Ujar Mail malu-malu.
"Astaga dragon, kalo tampan seukur elu mah atuh buriknya macem mana Il?" Ujar Mbok Sri.
"Mbok jangan gitu dong, kata mamah, akutu ganteng!"
"Ya iya, emak lo yang ngomong, Tong. Pan kaga mungkin emak lo bilang muka lo kaya daki iguana!" Seru Jubaedah.
"Daki iguana kaya apaan monyeng, lu sembarangan aja ngatain gue. Muka lu aja kaya s**********n kuda!" Mail balas meledek, tak terima wajah tampannya itu diledek oleh orang yang parasnya juga tidak good-good amat.
Ketika dua anak itu saling bersahutan, Mbok Yem kembali menangis. Ia takut Elizabeth sudah dijadikan santapan oleh Buto Ijo, dan semua perbekalan yang diberikan Mbok Yem pada Elizabeth tidak berguna.
"Kita cari ke hutan yuk! Ini sudah siang, Buto Ijo pasti juga sudah capek ngejar Elizabeth." Pak RT yang baru datang ke gubug milik Mbok Yem tiba-tiba menawarkan solusi.
"Warga yang lain ikut gak pak? Atut akutu kalo masuk hutan sendiri, gimana kalo si Buto masih laper terus aku dimakan juga?" Tanya Jubaedah.
Mendengar itu, Mbok Yem menangis kembali, ia bersedih, takut jika Elizabeth benar-benar dimakan oleh Buto Ijo.
"Iya, tenang aja, warga lain disuruh Pak Kades ikut cari juga. Mereka lagi siapin tombak sama bambu runcing, biar ada s*****a gitu kalo harus lawan si Buto."
Karena penjelasan Pak RT, semua yang ada di gubug tenang. Mereka lalu keluar dari gubug derita milik Mbok Yem, berjalan beriringan menuju balai warga tempat semua rakyat Dusun Serbahese berkumpul.
"Oke! Kita semua tidak bisa membiarkan Euis diculik raksasa pandan itu!" Seru Pak Kades.
"Kok raksasa pandan sih Pak?" Tanya salah satu warga.
"Ya kan warnanya ijo! Kalo merah stroberi! Kalo ungu ya anggur!" Jawab Pak Kades lantang dan penuh percaya diri.
"Tapi kan merah bisa juga rasa semangka pak. Terus ijo, kalo rasa melon gimana?" Warga lainnya ikut menyahuti.
"Halah! Yaudah deh terserah, mau raksasa pandan, raksasa melon, raksasa matcha juga sebodo amat! Yang penting kan intinya si Buto Ijo!" Ujar Pak Kades, terdengar nada suaranya kesal karena diprotes oleh beberapa warga soal penyesuaian warna Buto Ijo dengan macam-macam rasa.
"Baik Pak Kades!" Semua warga berseru.
"Kita bagi jadi tiga kelompok ya! Kelompok pertama dipimpin saya, kita masuk lewat jalur Barat. Lalu, kelompok dua dipimpin oleh Pak RW lewat jalur tengah, jalur Utara. Dan pak RT akan masuk hutan melalui jalur Timur. Nanti, kita bertemu di tengah dan saling melaporkan apa yang kita dapatkan!"
"Baik Pak Kades!" Para warga kembali berseru.
Sesuai dengan kelompok yang sudah dibagi oleh pak Kades, tiga regu ini pun berpencar. Masing-masing kelompok berjalan beriringan untuk memasuki hutan dari sudut yang sudah ditentukan.
Ekspedisi mencari Elizabeth pun dimulai.
*****
Di dalam mimpi, Dimas merasa seperti berada di hutan yang gelap dan dingin. Dimas tak tahu ia harus melangkah ke mana.
Matanya mengedar melihat sekeping hutan. Di atas sana, terdengar suara petir menyambar yang menunjukan bahwa sebentar lagi akan turun hujan.
Mencoba mencari tempat berteduh, Dimas berlari ke sana kemari sampai akhirnya ia menemukan sebuah lubang pohon yang besar. Cukup untuknya bila ingin berlindung dark hujan.
Suara petir terdengar menyambar lagi, membuat Dimas tanpa ragu masuk ke dalam lubang pohon tersebut.
Di dalam lubang pohon, Dimas terkejut, ia melihat sebuah air terjun pelangi. Ketika terpesona dengan air terjun pelangi itu, tiba-tiba wajah Elizabeth muncul dari tengah-tengah.
"Mas Dim? Tolongin aku dong!" Ucapnya memelas. Ketika akan membalas ucapan Elizabeth, Dimas merasa dirinya seperti ditarik maju oleh sesuatu yang tak terlihat.
Dimas terbangun karena alarm di ponselnya berdering nyaring. Ia melompat dari kasur, bergegas menuju kamar mandi untuk mencuci mukanya.
Di kamar mandi, Dimas memikirkan mimpinya. Mungkinkah Elizabeth meminta pertolonganya agar tidak dijual oleh Bos Bayu? Batin Dimas
Setelah selesai di kamar mandi, Dimas langsung turun ke bawah, melihat kakek Yadi sudah bangun dan sedang menyiapkan sesajen.
"Kek? Sini Dimas bantu." Ujar Dimas, ia lalu menggantikan tugas kakeknya tersebut.
"Bawa ke pohon belakang ya, Mas." Ujar kakeknya lembut, lalu berjalan terlebih dahulu ke arah belakang rumah.
Dimas mengangguk, ia kemudian membawa tampah berisi sesajen itu, berjalan pelan mengikuti kakeknya ke pohon besar di belakang rumah.
Pohon ini, entah apa jenisnya, yang pasti pohon keramat ini memiliki lubang di tengahnya. Anehnya, lubang di tengah pohon itu tidak memperlihatkan sisi lain halaman belakang, tapi menampilkan pelangi.
Kakek Yadi berlutut di depan pohon tersebut, Dimas langsung mengikutinya, ia meletakkan sesajen itu di depan pohon sesuai dengan intruksi dari Kakek.
Tak berapa lama, entah bagaimana caranya, lubang di dalam pohon itu melebar, dan dari sana keluar sesosok raksasa menyeramkan berwarna hijau.
Dimas ketakutan, ia berniat lari namun Kakek Yadi menahannya. Entah apa yang dirapalkan kakek Yadi, yang pasti, raksasa itu berlutut di depannya, mengambil asal sesajen yang ada lalu dimasukan ke dalam mulutnya untuk di makan.
Dimas ngeri sendiri melihat itu. Namun, matanya terbelalak saat pelan-pelan, raksasa hijau itu berubah menjadi sosok yang ia kenal.
Raksasa itu berubah menjadi Bayu.
Mata Dimas seolah tidak bisa berkedip, ia seperti ingin menyaksikan kalau yang dilihatnya itu nyata.
"Dimas, welcome to the family!" Ujar Bayu kalem.
Dimas sendiri masih ternganga dengan apa yang barusan terjadi di depan matanya.
"Bo-bos, Bayu?" Ujar Dimas terbata.
"Yeah, it's me, Bro!"
Dimas menggeleng, ia masih tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Namun Kakek Yadi hanya tersenyum, lalu menepuk bahu Dimas beberapa kali seolah memberikan anak muda itu semangat.
"Hari ini kita gak usah kerja, kalau lo mau tanya, silahkan tanya apapun." Ujar Bayu santai.
"E-eeee, Elizabeth gimana Bos?" Tanya Dimas. Ya, di tengah kekagetannya akan sosok menyeramkan si Bos Bayu, Dimas teringat Elizabeth yang ditinggal sendiri di apartemen milik Bayu. Apalagi, Dimas baru saja memimpikan gadis muda yang cantik itu.
"Yuk! Kita ke sana sekarang!" Ujar Bayu.
Pamit pada Kakek Yadi, mereka berdua langsung meninggalkan rumah tua nan mewah itu. Dimas mengarahkan mobilnya menuju apartment Bayu yang berada di pusat kota.
Di sepanjang perjalanan Dimas hanya bisa diam. Sebenarnya ada banyak tanda tanya di kepalanya, namun ia tak berani mengutarakan semua. Lagi pula, untuk saat ini Dimas hanya ingin memastikan Elizabeth baik-baik saja.
"Dim?" Panggil Bayu dari jok penumpang belakang. Dimas refleks langsung melirik ke arah Bayu lewat kaca spion tengah.
"Ya Boss?"
"Lo gak mau nanya apa-apa gitu?"
Terlihat Dimas menarik napas panjang, ia belum siap dengan semua keanehan ini. Itu sebabnya ia belum melontarkan satu pertanyaan pun tentang sosok asli Bayu yang mengerikan.
"Nanti, Bos. Kita urus Elizabeth aja dulu."
"Mulai ribetin ya dia! Nanti lo bawa aja yaa dia ke si Tini, minta dia rawat anak kampung ini."
"Baik, Boss!" Sahut Dimas patuh, seperti biasa.
Sekian menit di perjalanan, mereka sampai di lobby apartment Bayu, tapi entah kenapa Bayu tidak langsung turun seperti biasa.
"Kenapa Bos?" Tanya Dimas heran.
"Langsung basement aja, kita bareng ke atas."
Alis Dimas sedikit terangkat mendengar itu. Sikap bosnya jadi makin aneh, tidak seperti biasanya.
Tak berani protes atau apapun, Dimas langsung mengarahkan mobil menuju basement, mencari spot kosong untuk memarkirkan mobil.
Begitu mobil sudah terparkir sempurna, Bayu dan Dimas turun berbarengan, mereka berjalan bersisian menuju lift yang akan membawanya ke unit apartment Bayu.
Jika orang luar melihat mereka, pasti Bayu dan Dimas akan disangka kakak-adik. Keduanya sama-sama memiliki wajah tampan dan bertubuh tegap, meskipun Bayu tampak lebih tinggi dan agak sedikit menyeramkan. Sedangkan Dimas, terlihat lembut. Tapi, keduanya memiliki garis muka yang sama.
Ketika mereka sampai di depan unit apartment, Bayu mengeluarkan keycard miliknya dan pintu pun terbuka.
Dimas mengikuti Bayu yang sudah berjalan duluan. Jika Bayu mengarah ke dapur, Dimas langsung berjalan ke kamar ke dua yang ada di apartment mewah ini, mengetuk pintunya dari luar.
"Liz? Buka pintunya Liz, ini Dimas!" Seru Dimas di depan pintu kamar, tapi tak ada jawaban dari dalam.
Dimas melangkah menuju dapur, menghampiri Bayu yang sedang sarapan dengan roti tawar yang sudah ditaburi meses di atasnya.
"Sarapan, Dim?"
"Bos, Liz gak menyahut, bos ada kunci duplikat kamar ke dua?" Tanya Dimas.
"Dobrak aja, gampang nanti ganti pintu baru." Jawab Bayu santai.
Dimas mengangguk, lalu berbalik kembali menuju kamar yang ditempati Elizabeth.
Begitu di depan pintu kamar, Dimas mengumpulkan seluruh tenaganya, memusatkannya ke kaki kirinya, karena Dimas memang terlahir kidal. Lalu dengan kuat, Dimas menendang pintu kamar dan langsung terbuka.
"Aaaaaaakkkk!" Terdengar jeritan dari dalam ketika Dimas berhasil membuka paksa pintu tersebut.
"Ehh? Liz? Kamu lagi di dalem?" Dimas yang panik langsung berbalik. Ia sempat melihat Elizabeth ada di dalam bath-up, karena pintu kamar mandinya terbuka.
"Om Dimas ngapain?" Tanya Elizabeth. Entah ada angin dari mana sampai Dimas dipanggil Om oleh Elizabeth.
"Kamu dipangil-panggil kenapa gak nyaut?" Dimas balik bertanya.
"Akutu lagi kebingungan Om Dim." Ujar Elizabeth, nada suaranya juga terdengar bingung. Dimas ingin berbalik untuk mengetahui apa yang terjadi, tapi niatnya ia urungkan. Mengingat tadi dia sempat melihat Elizabeth tidak memakai baju.
"Kamu beresin mandinya, cari baju di lemari. Oke? Aku sama Bos Bayu nunggu kamu di luar!" Ujar Dimas.
Lalu, Dimas berjalan keluar, menutup pintu yang ada di belakangnya.
Jantung Dimas berdetak tak karuan, ya... Dimas yang belum siap dengan keadaan Bayu, kini juga harus meladeni kelakuan ajaib Elizabeth.
Dimas mendadak ingin mengambil cuti seumur hidup~
****
TBC
Thank you for reading