LIMA

1207 Kata
"AKU MELIHATMU BERLARI, GADIS KECIL!!" Seruan itu membuat bulu kuduk Elizabeth meremang. Dengan napas yang tinggal separo, ia terus berlari, mencoba mencari persembunyian di dalam hutan. "Atulah? Kumaha ieu?? Akutu gak tau-tauan tiba-tiba mau dimakan raksasa aja, gimana sih ini teh??!" Elizabeth mengoceh sambil berlari, membuatnya jadi super kelelahan. Berhenti sejenak, Elizabeth terbungkuk-bungkuk dengan kedua lengan di lutut sambil menarik nafas yang hanya setengah ini. "LO LAGI SOLAT YAAA??!!" Terdengar lagi seruan si Buto membuat Elizabeth berhenti istirahat dan melanjutkan larinya. Mengeluarkan perbekalan dari Simbok yang dibungkus, Elizabeth bingung, kata Simbok ini s*****a? Tapi gimana cara gunainnya? Selama ini ia hanya tau tombak yang diajarkan oleh Mail untuk menusuk ikan di pinggir sungai, gak pernah tuh tau s*****a wujudnya terasi, duri, sama biji timun. Pusing aku tu!! Jerit Elizabeth dalam hati. Mengumpulkan tenaga lagi, Elizabeth lanjut berlari, masuk ke dalam hutan yang gelap. Beberapa kali menabrak pohon karena tidak ada cahaya sedikit pun, Elizabeth memutuskan berjalan sambil meraba-raba pohon di sekitarnya. Di belakangnya, suara Buto Ijo terdengar semakin menjauh, membuat Elizabeth yakin ia bisa terhindar dari raksasa yang akan memakannya itu. Meraba sebuah pohon besar, Elizabeth yakin kalau ada lubang pohon ini yang cukup besar untuk ia jadikan tempat persembunyian. Tanpa nyala flash dari ponsel, apalagi lampu petromak, Elizabeth hanya mengandalkan cahaya bulan yang menyusup sedikit dari celah kanopi hutan, ia pun masuk ke dalam lubang pohon itu. Terduduk di dalamnya, Elizabeth memeluk lututnya, mencoba untuk tidak membuat suara karena ia bisa mendengar jejak kaki Boto yang kian mendekat. "Oyyy? Anak manisss? Di mana kau berada?" Suara Buto kembali menggema. Membuat Elizabeth menundukkan wajahnya. Ia takut. "Ayo manis, sini ketemu aku sayaang!" Terdengar rayuan Buto Ijo dengan suara yang menyeramkan. Boro-boro tergoda, Elizabeth malah pengin ngompol saking takutnya denger suara si Buto yang kaya om-om hidung belang. Duh Gusti, aku ndak mau mati muda. Ndak mau dimakan Buto Ijo. Tolong hamba, ya Lord!! Elizabeth berdoa dalam hati. "Cantik, ayo sini dong keluar? Kamu jangan sembunyi, gak sakit kok!" Lagi-lagi terdengar suara rayuan Buto Ijo. Elizabeth makin erat memeluk lututnya, sambil menahan pipis supaya dia gak beneran ngompol. Duh, Gusti Pangeran, ayo dongs tolong aku, bawa aku pergi dari sini. Aku ndak mau dimakan sama Buto Ijo. Lagi-lagi Elizabeth berdoa dalam hati. Suasana hutan mendadak sepi, Elizabeth tersenyum, doanya seperti sudah dikabulkan oleh Sang Gusti Pangeran. Meski begitu, Elizabeth tidak langsung keluar dari tempat persembunyiannya. Ia takut karena di luar sangat gelap dan ia tidak tahu kondisi hutan seperti apa. Salah-salah, entar aku diterkam macan! Ujar Elizabeth. Ya, sepertinya tidak lucu jika selamat dari Buto Ijo tapi malah mati diterkam binatang buas. Karena seumur hidupnya, Elizabeth tidak pernah masuk ke dalam hutan ini. Hari ini adalah pertama kalinya Elizabeth masuk ke hutan. Bersembunyi dari raksasa hijau yang ingin menyantapnya. Memutuskan menginap di hutan, Elizabeth meluruskan kakinya agar ia bisa santai di dalam lubang pohon ini. "Aku ta ya tidur dulu, besok pagi, baru aku balik ke dusun!" Ucap Elizabeth sebelum ia memejamkan matanya. *** Pagi hari, suasana hutan ramai karena kicauan burung yang saling bersaut-sautan. Elizabeth terbangun, ia senang karena bisa selamat dari kejaran si Raksasa jelek berwarna hijau itu. Gak sabar dia tu mau buka kado ulang tahun dari temen-temen di kampungnya. Mana kadonya banyak banget lagi. Elizabeth berharap di antara kado-kado itu ada satu yang berisi sisir, karena sisir lamanya Elizabeth giginya banyak bolong karena dipake Mbok Yem. Makanya, akhir-akhir ini Elizabeth rambutnya berantakan. Gara-gara simbok pokoknya. Saat akan keluar dari lubang pohon, Elizabeth berhenti karena bayangan pelangi yang ada di dalam lubang pohon. Cahaya berwarna-warni yang sangat cantik dan menarik perhatian. Penasaran, Elizabeth mengulurkan tangannya dan ia merasakan kesejukkan yang luar biasa. Tangannya seperti masuk ke dalam air terjun yang terbuat oleh cahaya yang berwarna-warni. Jiwa muda Elizabeth yang haus akan hal-hal baru membuatnya tertarik untuk tahu apa yang ada di balik cahaya pelangi ini. Dengan rasa keingintahuan yang memuncak, melangkahlah ia ke dalam bayangan pelangi tersebut. Seluruh tubuhnya terasa disiram oleh air, tapi ia tetap kering. Dan saat berada di sisi lain dari cahaya pelangi tadi, Elizabeth takjub dengan apa yang ia lihat. Elizabeth belum pernah mengetahui ada tempat seperti ini. Banyak bangunan menyerupai rumah yang terlihat kokoh. Tanpa atap dari daun kelapa, tanpa tembok dari bilik bambu. Dan tentu saja, bangunan itu tinggi menjulang. Ternganga dengan apa yang ia lihat, Elizabeth mengucek matanya, memastikan kalau ia sudah bangun dari tidurnya. "Wow!" Elizabeth kagum dengan dunia penuh cahaya ini. Meskipun panas, tidak sejuk seperti di kampungnya, tempat ini tetap terlihat menakjubkan. Melangkahkan kaki dengan berani, Elizabeth berjalan memasuki dunia baru ini. Berjalan di antara bangunan yang tinggi menjulang, berusaha mencari pemandangan yang lebih spektakuler untuk melihat keseluruhan tempat ini. Ketika Elizabeth sampai di ujung jalan. Ia berhenti, kaget dengan benda asing yang melaju cepat di sebuah jalur yang sepertinya memang diperuntukan untuk benda itu. "Hebat! Roda dua, roda empat, roda enam! Semuanya ada!" Ucap Elizabeth. Untunglah Elizabeth sempat bersekolah walaupun hanya sampai PAUD, yaa minimal Elizabeth bisa berhitung satu sampai sepuluh dan sudah mengenal abjad dari A sampai Z. Berjalan di jalur yang tidak dilewati benda asing itu, Elizabeth masih mengamati sekitarnya. Mencoba menerka sedang berada di mana ia sekarang. Panas matahari yang sangat terik membakar kulitnya, Elizabeth berlindung di bayangan bangunan, berjalan pelan sambil mencari tempat untuk beristirahat. Ia lelah berjalan. Melewati sebuah lorong kecil, Elizabeth berbalik dan masuk ke g**g yang terlihat teduh itu. lorong kecil ini ramai, bukan oleh benda asing yang tak ia kenali melainkan oleh manusia. Tak sabar, Elizabeth berlari menghampiri kumpulan orang itu. Ia tak sabar bertanya tentang semuanya. "Permisi, numpang tanya boleh?" Ucap Elizabeth ramah. "Lo siapa dah?" Ucap salah satu dari mereka. Nadanya tak ramah, karena melihat tampilan Elizabeth yang aneh dan tidak sesuai zaman. Di dunia yang baru ini, Elizabeth terlihat seperti pembantu dari desa yang berwajah cantik. Namun, dekil, kaki dan tangannya banyak dipenuhi tanah. Juga kain yang menutupi tubuhnya. "Siti! Siti Elizabeth!" Jawaban ramah masih keluar dari Elizabeth, ia memang terkenal sopan di dusunnya dulu. "Orang baru?" Tanya seseorang. "Ajak ketemu mamih aja!" Sahut yang lainnya. "Kayanya dia bisa dijual!" Elizabeth tak mengerti apa yang diucapkan oleh orang-orang ini. "Aku boleh tanya?" Elizabeth mengulang ucapannya, tetap sopan meskipun lawan bicaranya terlihat tidak ramah. "Nanya apa lo?" "Nama tempat ini apa? Jauh gak dari Dusun Serbahese?" Tanya Elizabeth. Ya, sekalipun tempat ini menakjubkan, Elizabeth tetap ingin pulang. Aku mau ketemu Mbok, aku mau buka kado juga ya ampun, Gusti, masa aku ulang tahun tapi gak buka kado? Rengek Elizabeth dalam hati. "Hah?" "Lo ngomong apa dah?" "Anak kampung nih kayanya, udah kita bawa ke mamih aja." Lawan bicara Elizabeth saling bersahutan mengucapkan kalimat yang tak ia pahami. Tapi, Elizabeth tetap diam, dengan sopan ia mendengarkan semuanya. "Ini Jakarta, gue gak tau dusun yang lo sebutin di mana! Ikut kita mau gak lo?" Tanya salah satu dari mereka. Seorang wanita yang tampak lebih tua sedikit bila dibanding Elizabeth. "Ke mana?" Tanya Elizabeth. "Ikut aja!" "Yaudah!" Elizabeth menurut. Ia tidak tahu apa-apa mengenai tempat ini, dan sepertinya orang-orang ini baik. Jadi, daripada ia menyasar tak jelas di tempat baru ini. Elizabeth pun memutuskan untuk mengikuti orang-orang yang ia kenal ini. Sambil mensyukuri satu hal. Untungnya, tidak ada Buto Ijo yang ingin memakannya di sini. ***** TBC Thanks for reading See you in the next chapter xoxo
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN