Martapura. Agra kembali bekerja seperti biasa. Bahkan, seperti sebelum ia ada masalah. Kini, ia sedang duduk di kantor sambil menandatangi beberapa berkas. Tidak ada lagi masalah menghadangnya di depan. Ia akan menghabiskan sisa hidupnya bersama Ammah. Suara ketukan pintu terdengar dari luar. “Masuk,” kata Agra tanpa mendongak. Ia tetap fokus pada pekerjaannya. Ammah menyembulkan kepalanya sembari tersenyum. Ia masuk dan menutup pintunya kembali. Dirinya membawa bekal makan siang untuk Agra. “Hei, Sayang.” Agra langsung berdiri dan menghampiri Ammah. Ia meraih pinggang Ammah dan mengecup bibir calon istrinya sekilas, membuat Ammah malu. “Aku bawakan makan siang, Abang.” Agra tertawa pelan. Ia membantu Ammah duduk. “Uh, bagaimana kabar anak Papah? Oh ya, nanti pulang dari sini kita

