Aria dan Louis sedang berjalan di tepi pantai, matahari sudah mulai tenggelam. Tepatnya saat ini sudah pukul 5 sore. Aria berjalan sambil memegang kedua sisi jas Louis yang bertengger di bahunya.
Setelah beberapa saat kesunyian mendominasi kini Aria berinisiatif untuk memulai percakapan dengan Louis, banyak pertanyaan yang sudah berada di kepalanya sejak tadi.
"Jadi-- kau si pria sempurna itu?" Aria bertanya sambil menundukkan kepalanya, dia merasa canggung untuk melihat Louis apalagi dengan status ekonominya yang berada jauh dibawah Louis.
Louis tersenyum, "ya, dan pria sempurna ini menyukai mu." jawab Louis terdengar begitu tulus.
Saat itu juga wajah Aria memerah dan jantungnya yang berdebar begitu cepat, Aria semakin menundukkan wajahnya.
"Jangan bercanda, bagaimana mungkin kau menyukaiku. Bahkan kita baru dua kali bertemu"
Louis menatap Aria, "Kalau begitu mau menghabiskan waktumu denganku agar aku bisa memastikan rasa sukaku ini?"
Aria tertawa, kenapa setiap kalimat yang di ucapkan Louis terdengar begitu manis dan tulus? Aria tidak ingin salah paham dengan Louis.
"Aku bukanlah wanita yang kau harapkan" kata Aria, membuat Louis mengernyit bingung.
"maksudku, aku tidak seperti yang kau bayangkan. Aku penuh kekurangan." jelas Aria lagi.
Louis semakin mengernyit bingung dengan ucapan Aria dan hal itu membuat Aria salah tingkah. "kau ini bicara apa?"
"Ehh??"
"memangnya aku harus segitunya menilai orang jika ingin berteman?" kata Louis sukses membuat wajah Aria memerah menahan malu. Jadi dia salah mengartikan ucapan Louis.
"Berteman?"
Raut wajah Louis yang bingung sedikit berubah menjadi seringaian. "Ya-- memang kau pikir apa?"
Aria sedikit kesal dengan Louis, kesal pada pria itu karena telah membuat dirinya malu dan salah tingkah dan menyebalkan nya lagi pria itu tidak salah, suka sebagai teman memang lumrah.
"TENTU SAJA BERTEMAN, JANGAN BERHARAP YANG TIDAK-TIDAK!"
Aria berjalan cepat, sementara Louis mengejarnya walaupun dia masih bingung dengan ucapan gadis itu.
Matahari mulai tenggelam, awan memancarkan warna kuning keemasan di tengah-tengah pemandangan itu mereka berdiri seakan diri mereka lebih layak dipandangi daripada matahari yang berada di belakang mereka.
"Hey--!" Louis menarik tangan Aria yang berakhir jatuh dalam pelukannya.
"i'm sorry. " walau Louis juga tidak tahu dimana letak kesalahannya, hanya saja terkadang pria harus mengalah dan mengucapkan kata maaf lebih dulu hanya untuk formalitas agar hubungan bisa berjalan dengan baik.
"Jangan ulangi oke!" dan sialnya Aria benar-benar berfikir jika Louis yang salah, benar-benar wanita egois.
Louis tersenyum, tangannya yang sudah terlepas dari tubuh Aria kini kembali terulur untuk mengajak gadis itu, "Dansa?"
Aria tersenyum, sampai-sampai pipinya memerah semerah tomat, untung saja hal itu tertutupi dengan silaunya sinar matahari.
Dia menganggukan kepalanya kemudian menerima uluran tangan Louis, tiba-tiba saja suara musik EVERYTHING - Michael Bubble mengiringi dansa mereka.
Senyum Aria semakin lebar, bibirnya tak pernah berhenti tersenyum dan tertawa saat Louis dengan sengaja bertingkah sedikit konyol di tengah dansa mereka.
Mulai dari bertingkah konyol seperti mendramatisasi seakan dialah yang bernyanyi dengan tangannya yang dijadikan mic dan tangan satunya bergerak tidak jelas.
Sampai melompat-lompat tidak jelas, hilang sudah nuansa romantis mereka sebelumnya digantikan dengan suasana hangat dan nyaman.
Dan berciuman.
***
Kini mereka berada disebuah tempat makan bernuansa elegan dan berkelas
"Jadi.. Sampai kapan kau berada disini?" Louis bertanya ringan disela-sela kegiatan makan mereka.
"Mungkin malam ini."
Mata Louis terbelalak, "kenapa begitu cepat?"
Aria tertawa kecil sambil memakan pastanya, setelah pasta itu tertelan dengan sempurna baru dia menjawab pertanyaan Louis. "Aku tidak punya uang untuk kembali ke Boston. Mau tidak mau aku harus mengikuti Angeline, lagipula disana ada pekerjaan yang tidak bisa aku tinggalkan begitu saja."
Louis mengangguk-anggukan kepalanya dengan raut wajah kecewa, tapi tak lama wajahnya kembali berbinar. Sebuah ide terlintas di kepala nya.
"Bagaimana jika kau kembali ke Boston bersamaku, mungkin kita bisa berkeliling Miami lebih lama."
Tawaran yang menarik bagi Aria jika saja seorang wanita dengan pakaian yang elegan tidak datang dan membuatnya cukup merasa minder, apalagi saat tiba-tiba wanita itu datang kearah mejanya dan Louis.
Wanita cantik itu menghampiri Louis, dan Louis berdiri menyambut kedatangan wanita itu. Mereka berpelukan beberapa lama.
"Kenapa kau kesini?" tanya Louis pada wanita yang baru datang barusan. Sementara Aria disana hanya terduduk diam membisu menonton adegan mesra mereka.
"Aku merindukan mu Elo.." kata wanita itu dengan manja.
"kau seharusnya tidak perlu repot datang kemari, biar aku yang menghampirimu."
Wanita itu tersenyum sambil menggeleng, kemudian kembali memeluk Louis. "Aku merasa bosan di Hotel."
'Apa Hotel?!' batin Aria.
Louis mengelus kepala wanita itu dengan lembut kemudian mencium dahinya. "Maafkan aku terlalu lama, kau lapar?"
Saat itu juga wanita tadi melirik kearah Aria dengan sedikit sinis, "Tidak, aku tidak lapar. Aku lelah Elo, ayo kita keluar dari sini." dia menarik tangan Elo agar mengikutinya.
Elo yang tidak bisa menolak wanita itupun mau tidak mau mengikuti langkah wanita itu, badannya berbalik menghadap Aria. Ingin mengucapkan sesuatu tetapi mereka sudah lebih dulu sampai pintu keluar.
Aria masih menatap pemandangan itu walaupun Louis dan wanita tadi sudah tidak berada disana, entah kenapa hatinya sakit.
Satu persatu air matanya pun jatuh dari tempatnya. Segera ia hapus.
Dia berdiri dari mejanya kemudian keluar dari restoran itu jika saja dia tidak dicegah untuk pergi oleh salah seorang staf disana.
"Ya?" tanya Aria saat tangannya dicekal oleh seorang yang tidak ia kenal.
"Maaf nyonya, anda harus membayar hidangan dulu sebelum pergi."
"APA?! apa pria tadi belum membayarnya?" kata Aria nyaris berteriak.
"Belum nyonya." katanya
"Berapa?"
"totalnya US$ 436"
"WHAT?!!!"
TBC