chapter enam

1083 Kata
Galih POV Mata ku mengerjab, menyipit kala pasokan cahaya berlomba-lomba memasuki penglihatanku. 'Kenapa aku bisa disini?' Tangan ku terulur memijit pelipisku yang terasa berdenyut. Memandang heran ke sekeliling, kenapa aku bisa tidur di kamar ini. Bukan kah tadi aku sedang bertemu orang gila itu? Ahh, iya. Kak Reyhan. Aku mengulas senyum, untung kak Reyhan datang tepat waktu. Saking asiknya mengurut pelipis, tak sadar tanganku menyenggol sesuatu di dahi. Kain basah, "Aku kenapa? Siapa yang menaruhnya di sini? Kak Rey? Tak mungkin," ucap ku mengoceh sendiri. Aku sudah seperti orang tak waras dengan bertanya dan menjawabnya sendiri. Aku pun mencoba duduk dengan bersandar di headbord. Seketika pening langsung menghantam saat aku mencoba mengangkat kepala. Meletakkan kain handuk kecil yang sudah mengering di atas nakas. "Lampu sudah menyala, berarti ini sudah malam," monolog ku. Aku melihat gorden jendela sudah tertutup rapih dan lampu kamar yang sudah dihidupkan. Segitu lama nya kah aku tertidur? "Ahh, kalau saja aku tak ambruk, pasti aku sudah menolong taeh__ ahhh ... Genta!" sentak ku membelalak kaget. Bagaimana bisa aku melupakan keadaan kembaranku? Bahkan aku belum menjenguknya. "Aku harus melihatnya," putus ku bulat. Aku pun bergegas meninggalkan kasur, tapi_ Ceklek~ Krieeetttt~ Seketika mata ku membola saat melihat kepala yang menyembul dari balik pintu. "Kau mau menemuiku? Tak perlu, aku sudah sangat bersedia untuk mengunjungimu duluan," ucap seseorang yang muncup dari balik pintu. Aku mengepalkan tangan sambil duduk di kasur. "b******k! Mau apa kau?" Galih POV End. "Hah, kau masih bertanya?" Ceklek~ Klik! Suara pintu yang sengaja di kunci membuat tubuh Galih kaku dan panas secara bersamaan. Mata nya menatap tajam sosok laki-laki yang tengah tersenyum dengan jaket hitam berhodie, kepalan tangan Galih semakin mengeras seiring suara langkah seseorang mendekat ke arah nya. "Jangan mendekat, bodoh!" ujar Galih sinis. Mata sipit nya menatap tajam namja yang sudah berdiri tepat di hadapannya. "Kasar sekali kau. Begitu ucapan kerinduanmu padaku? Ayoolah, kita sudah berpisah sedari 2 minggu yang lalu. Kau tak merindukan tangan halusku ini, eoh?" ujar laki-laki itu dengan nada penuh evil mengerikan. Galih membuang muka kala tangan kekar laki-laki itu sudah menyentuh pipi mulus Galih menggunakan kuku panjang jari telunjuk kanan nya. Menyentuh pelan dari bawah mata hingga dagu mulus Galih. Plak! "KU BILANG MENJAUH!" pekik Galih tepat di wajah laki-laki itu. Memukul tangan yang mengganggu wajahnya. Yang di teriaki hanya tersenyum smirk dengan kekehan pemancing emosi. Bukannya menjauh, dia malah beralih menyentuh rambut lebat Galih dan mengusaknya pelan. "Jangan teriak, nanti kedua orang tua mu tau bagaimana? Nanti jika kau di hukum lagi oleh ayah mu karna mengganggu istirahat kembaran spesialmu itu bagaimana? Jangan pancing aku untuk melakukan ini lagi." Srek~ "Ssshhh .... " Galih mendongak, meringis kala usapan di kepala yang awalnya lembut berubah menjadi jambakan kasar seiring dengan kata akhir yang sangat dingin dan tajam. Mata Galih bertemu dengan mata sipit laki-laki itu, mata yang penuh dengan nafsu ingin menghabisi nya. "Lep-paskan, bodoh!" ucap Galih dingin sambil sesekali meringis menahan tarikan kuat yang membuat kepalanya tambah pusing. Kedua tangannya sudah terulur untuk menghalau jambakan itu. "Hahaha, bodoh? Kau mengataiku bodoh? Jika aku bodoh, lalu apa kabar dengan dirimu yang memilih diam saat di asingkan? Bukannya berontak, kau malah memilih curhat denganku yang bodoh ini kan? Cihhh .... " Brugh! Galih segera memijit kepala nya saat namja itu menghempaskan nya kuat ke atas kasur, membuat tubuh Galih ikut terhempas bersama. "Itu dulu, saat kau memakai topeng malaikatmu. Dan bodohnya aku, aku baru tau kalau wajah sebenar mu itu adalah iblis," bentak Yoongi. Bukannya takut, Galih malah semakin menantang dengan kata-kata tajam nya. "Oh, begitu? Tapi kau nyaman dengan topeng ku kan? Ah, aku jadi terharu," ujar laki-laki itu sambil terus tersenyum lebar dengan wajah mengerikan. "Sudahlah, aku tak mau berbasa-basi lagi. Tanganku sudah sangat gatal sejak 2 minggu yang lalu ingin melukis. Bantu aku ya, sahabatku," ucap laki-laki itu dengan lembut. Ia lalu mulai merogoh saku jaket nya dan mengeluarkan satu benda berlipat. Ctak! Mata Galih membulat saat melihat benda mengkilat yang tengah di pegang dan di perhatikan oleh laki-laki itu. 'Tidak, jangan lagi," batin Galih. Galih mulai memundurkan tubuh hingga bertubrukan dengan headbord. Menatap sengit laki-laki yang tengah menjilat benda mengkilap itu dengan lidah panjangnya. "Ughh, kenapa menjauh. Kau tak rindu benda ini juga? Ayolaah, aku ingin melukis sekarang," ujar laki-laki itu. Galih pun menggeleng kuat. "Jangan bodoh, Lintang. Jauhkan benda itu," ucap Galih dengan dingin. "Kenapa di jauhkan? Dia bilang rindu padamu," cetus laki-laki itu santai dan mulai duduk di kasur Galih. "Tidak, cukup Lintang! Menjauh, kumohon," ucap Galih dengan nada bergetar. Ia sudah menutup kedua mata sipitnya, melihat benda itu membuat sesuatu kembali membuncah di fikirannya, hasrat ingin melukai diri dan menikmati rasa sakit membuat Galih frustasi. 'Tidak, jangan lagi. Aku bahkan baru melakukannya,' batin Galih. "Buka mata mu, Galih. Kata nya kita sahabat, tapi kenapa tak mau membantuku? Aku ingin melukis," rengek laki-laki itu seolah mereka sudah sangat dekat. Galih mengernyit tertahan saat pipi nya merasakan dinginnya pisau lipat menyentuh permukaan kulit putih pipi nya. Hatinya sudah membuncah. "J-jauhkan Lin, k-kumohon," pinta Galih dengan nada bergetar. Laki-laki itu tersenyum puas saat mendengar suara Galih. "Satu goresan saja yah! Disini bagus, ahh tidak! Disini juga bagus, disini juga. Ahhhh, bagaimana kalau semuanya, pelan-pelan saja," sorak laki-laki itu kegirangan. Galih mengepalkan tangan saat merasa bagian leher dan pipi nya di raba sedari tadi. 'Psychopath gila. Argghhh, aku tak tahan,' batinnya. Gresssss~ Bunyi gesekan antara mata pisau dan kulit putih Galih membuat senyum laki-laki itu merekah. Ia sengaja memperlambat laju pisau itu agar bisa menikmati wajah kesakitan Galih. Mata Galih pun seketika terbuka, melihat laki-laki itu sudah duduk di sampingnya dengan senyuman lebar. Tangannya terulur meraba wajah nya. "Hahaha, bukan disitu. Aku tak bodoh melukis di area yang bisa di lihat dengan jelas. Ahhh, kau rupanya sudah melukis duluan, eoh? Ini kurang panjang, Galih," ucap laki-laki itu sambil meraba luka Galih yang baru saja di obati itu. Mata pun Galih beralih menatap siku kanan yang menjadi korban sayatan laki-laki gila itu. Melihat tangan laki-laki itu yang sudah menyingkap tangan baju kaos yang di kenakan nya, menimbulkan luka sayatan sebelumnya terekspos dengan jelas. "Ughh, ini kurang bagus. Bagaimana kalau ku tambah biar semakin panjang," ucap laki-laki itu girang saat meraba luka Galih yang sebelumnya. Galih sudah menggeram di tempat. Setelahnya, laki-laki itu mulai mendekatkan pisau mengkilat itu di dekat luka Galih. Tapi sebelum pisau itu menyentuh target, Galih dengan cepat merampas nya. "Biar aku yang melakukannya." Tbc....
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN