"Papi, lihat deh mami sama siapa?"
Pandangan papi yang dari Jendelan kita menatap ke arah pintu masuk, dan nampak lah Wenda beserta anak putri kesayangan nya dan laki-laki yang tidak ia kenal.
"Jena!" Seru Cahyo ketika putri nya melangkah menuju cahyo tidur, dan jangan lupakan laki-laki yang berada di belakang.
"Itu siapa Na? Pacar kamu? Kenalin dong sama papi."
"Salam kenal om, saya Kadeva Xio Runawan, teman SMP Jena sekaligus direktur di tempat Jena magang."
"Anak nya pak Runawan? Oh! Kamu teman nya Jena yang suka beli permen kaki itu? Kok saya baru tahu kamu anak nya pak Runawan."
Deva terkekeh, ia tersenyum menanggapi nya. "Pak Dev, katanya perusahaan keluarga kita musuh?"
"Nggak, udah baikan dari lama Jen, sana kasih salam ke-papi kamu," Jena kini memasang wajah yang sinis.
'Untung temen, untung bos,' begitulah pikiran Jena. Kembali ke Jena, gadis itu mengucapkan salam dengan ketus ke ayahnya.
"Kok gitu salam nya? Yang bener, sama orang tua itu senyum, cepet!" Jena kembali menatap Deva dengan tatapan garang nya, sedangkan Deva hanya menahan tawa nya.
"Halo pi, semoga cepat sembuh, ayo Pak Dev, antarin pulang."
"Gak, Ikut mami dulu, nak Deva disini dulu ya sama papi, tunggu Leon datang."
Wenda mendorong-dorong Jen untuk pergi keluar, "apasih mi!" Deva hanya terkekeh melihat Jena yang asik mendumal saat di dorong mami nya.
"Nak Deva, keliatan nya udah deket banget sama Jena,"
"Kebetulan aja om, kita aja baru ketemu tadi, karena 'kan pas pertama ketemu kira dalam status bos sama anak buah,"
"Hebat kalau gitu, kalau kita udah lama gak pernah ketemu teman, pasti ada saja rasa canggung, tapi nak Deva bisa atasi. Saya tahu yang nyari topik pasti kamu, Jena mana bisa dia kayak gitu."
Ucap Cahyo dengan senyuman pilu nya. "Jena itu dari kecil bawa banyak beban di pundak nya, jadi om harap Nak Deva bisa jaga Jena dengan baik, om percayain sama kamu,"
"Terima kasih om, saya bakal berusaha buat jaga Jena."
Pintu ruangan kembali terbuka, dan nampaklah Leon disana yang tengah berdiri, Leon pun melangkahkan kaki nya masuk sambil mengucapkan salam.
"Assalamu'alaikum,"
"Waalaikumsalam."
"Leon, sini, kenalan sama teman nya mbak sini."
Leon tersenyum lalu melangkah mendekati Deva dan juga Papi Cahyo. "Halo mas, saya Leon adik nya mbak Jena," Kata Leon sambil memberikan tangan nya untuk di jabat.
"Halo Leon, saya Kadeva. Panggil Deva saja, saya teman SMP sekaligus bos nya di tempat magang. Salam kenal juga," Mereka berdua pun berjabat tangan. Setelah itu terlepas saat, Leon tersenyum.
"Papi, ini Leon bawakan buah, semoga cepat sembuh pi, tadi nya Leon mau lama. Tapi lusa udah mulai UAS jadi harus balik lagi," Cahyo menggeleng sambil tersenyum.
Suara berisik terdengar hingga luar, siapakah mereka? Mereka ibu dan anak Aditama, benar. Wenda dan Jena.
"PAPI---loh, sejak kapan Leon?"
"Assalamu'alaikum mami, Mbak Jena."
"Waalaikumssalam," Jawab keduanya.
"Oh iya, sekalian, Leon mau pamit mi, mbak Jena, mau balik lagi kesana. Lusa udah mulai UAS," Kata Leon.
###
Jena sekarang sedang di perjalanan menuju rumah, iya, Deva membawa nya pulang. Tapi Jena meraung mau di ajak pergi makan, alasan nya sih lapar.
"Ok, McD?"
"Iya pak," Kata Jena.
"Kalau di luar kantor jangan panggil Pak, gak enak di dengar, udah seangkatan, beda berapa bulan, di panggil pak," Jena hanya tertawa mendengar curhatan Deva.
"Yasudah Kadep,"
Karena sudah sampai di McD, Jena sudah bersiap-siap turun, tapi ternyata, Deva malah mengajak nya drive thru, bukan nya makan disini. baiklah, Jena hanya menurut saja.
"Mau pesan apa?" Setelah di tanya Deva, Jena pun memberitahukan segala pesanan nya.
Setelah memesan, akhirnya mereka pergi untuk mengambil pesanan itu. Sesudah mengambil pesanan itu, Deva menancapkan gas nya menuju rumah Jena.
Jena baru ingat, Deva tuh paling gak suka keluar-keluar, dia lebih baik apa-apa di rumah, kalau mau makan tuh di rumah. Hari ini agak kesambet sih karena mau ngajak Jena pergi ke pantai. Walau gak jadi.
Deva tuh, bukan nya ansos, tapi mirip-mirip lah. Berbanding terbalik sama Jena yang suka sekali pergi keluar. Jena malah gak bedah lama-lama di rumah.
"Itu semua yang saya kamu pesan, langsung di bawa ke rumah ya. Makan di rumah, tadi saya juga mesan tambahan, buat kamu."
"Hah? Banyak banget. Ini siapa yang mau habisin?" Tanya Jena yang terkejut saat melihat banyaknya yang di pesan oleh Deva.
"Kamu bisa makan bareng orang rumah entar, santai saja Jen."
Jena memang lapar, buktinya sedari Deva berbicara, dia sedang memakan kentang. Mau makan ayam nya disini, tapi takut tumpah.
"Ada noda Jen, di pipi."
Jena menelusuri pipi nya untuk mencari noda, tapi noda nya malah menambah banyak, karena tangan nya kotor dengan saus. Deva terkekeh, lalu mengambil tisu dan membersihkan pipi Jena yang ada noda.
"Gue bisa sendiri kok!" Jena mengambil alih tisu nya dari tangan Deva lalu membersihkan noda nya yang ada di pipi nya sendiri.
"Gue masih pengen hidup, nyetir yang bener."
Deva benar-benar tidak tahan menahan tawa nya. Tapi Deva kalau ketawa benar-benar tipis, sampai Geram sendiri. Belum ada yang pernah lihat Deva tertawa sambil berguling-guling seperti Jena.
"Kadep, yang waktu itu ke perusahaan beneran adik lo?" Tanya Jena ragu-ragu. Deva pun mengangguk.
"Sejak kapan? Kok pas SMP gak pernah cerita? Jahat lo ah dep!" Seru Jena sambil mengembangkan pipi nya karena makanan yang penuh di mulut.
"Saya sudah pernah cerita Jen, kamu lupa? Pas kamu bahas Jendral, saya ngenalin dia. Kalina Bei Runawan. Namanya, dia menetap tinggal di China, jadi pulang ke sini jarang."
"Owalah gitu... Eh, lo kalau di China di panggil apa?"
"Dipanggil Deva, kadang di panggil Xio."
"Bangus tuh Cio, lucu. Hahaha,"
"Di China, saya gak pakai Runawan jadi cuman Xio Kadeva, Bei Kalina."
"Kok marga kalian beda?"
"Oh itu... Gak tau juga sih ayah saya emang suka aneh, di China tuh kampung lam mama saya, maka nya ayah saya masih kurang tau banyak tentang China." Kata Deva.
"Ih, mau dong kapan-kapan ke China. Siapa tau ketemu cowok cakep, terus bawa pulang deh, ajak nikah."
"Cari yang seiman dan seamin Jen, di China banyak yang ganteng, tapi nyari yang bisa di jadiin imam itu juga susah Jen," Kata-kata dari Deva membuatnya galau.
Deva itu dulu adalah mantan Crush Jena, sudah lama dia menjadikan Deva sebagai gebetan nya, bahkan sampai SMA. Jena ke halang perasaan, ke halang restu, ke halang agama. Kurang Jena buat Deva.
"Ga asik lo Dep, biarin aja gue menghalu. Hkskkskskskks,"
"Sadar Jen, bangun jangan halu mulu, tuh deadline banyak dari kantor," Deva selalu dari dulu tidak bisa membuat Jena bahagia ya.
Jena sedari tadi asik mengomeli Deva dari dalam hati. "Jangan ngedumel di dalam hati,"
"Jangan coba-coba nyetel lagu galau, besok harus berangkat pagi." Kata Deva.
"Pas di China lo ada belajar baca pikiran 'kan? Ngaku Dep, nanti gue rahasiain dari orang-orang."
"Hahahaha,"
###
Sesampai nya di rumah, Jena bertemu dengan Leon di dalam rumah. Tadi selepas berpamitan dengan Deva, Jena langsung masuk kedalam rumah, dan dia mendapati Leon yang sedang menemasi barang-barang nya, Jena tidak sengaja melihat Leon membawa Diary nya.
"Mau pergi sekarang?"
"Eh, mbak Jena, iyanih, Leon pergi nanti, sekitar sore," Kata Leon sambil membenahi barang-barang nya.
"Gue bawa McD, lo harus ikut makan."
"E-eh?"
###
Thank you buat para readers! Sambil baca jangan lupa cerita nya di masukkin ke perpustakaan yaa, biar tau kapan aku uptade! Dan jangan lupa buat follow akun ini. See you! ?