5. Pelajaran Dimulai!

1534 Kata
Setelah semua duduk, Zohrah memulai pelajarannya dengan mengucapkan salam, “ assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuhu.” Para aktor dan aktris itu pun menjawabnya kecuali Alex justru sedang memperhatikan ponselnya,” waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuhu.” Zohrah mengetahui itu. Namun sengaja dia tidak ingin menegurnya. Karena kalau dirinya lakukan itu, berarti tujuan Alex membuat dirinya emosi berhasil. “Sebelum pelajaran dimulai mari kita berdoa lebih dahulu. Silakan ikuti saya. A’udzu billahi minasy syaithonir rajim. Bismillahir rahmanir rahim,” ucap Zohrah memulainya dengan bacaan ta’awudz dan basmalah. Zohrah melirik ke arah Alex lagi. Suaminya itu malah asyik menyentuh layar ponselnya. Zohrah lalu melanjutkan dengan doa yang biasa dibaca sebelum belajar, “Radhitu billahi rabba, wa bil islami dina, wa bi Muhammadin shallallahu ‘alaihi wa sallama nabiyyan wa rasula.” “Selanjutnya mari kita saling memperkenalkan diri. Yang pertama dimulai dari saya dulu ya,” ajak Zohrah seraya tersenyum menunjuk dirinya. “Silakan Ustadzah,” sahut Reyhan terlihat paling antusias. Kemudian menaruh kedua telapak tangannya di bawah dagu menatap Zohrah teka berkedip. “Wah... Wah... Reyhan. Kelihatan banget nih semangatnya,“ ucap Nessa menggoda. “Eh, kok tau sih kamu, Ness?” tanya Reyhan pura-pura genit “Ih, norak tau. Tuh, lihat. Ustadzah kita jadi malu. Hayo, tanggungjawab kamu, Rey!” balas Nessa melirik ke arah Zohrah sebentar lalu mengalihkan pandangan pada Reyhan. “Wah, dengan senang hati dong,” Reyhan menjawabnya dengan kedua tangan terbuka. “Benar nggak teman-teman?” tanya Reyhan sambil sedikit memutar tubuh ke sampaing kanan, kiri, juga agak ke belakang. “Lho, kenapa tanya kami sih? Kalau berani tanya dong pada Ustadzah kita langsung,” sahut murid wanita. “Hayo, berani nggak?” tanya murid pria lainnya. “Hayo! Hayo! Hayo!” Nessa justru semakin membuat riuh suasana. Dia kobarkan semangat untuk Reyhan. Sementara Reyhan kemudian pelan-pelan memutar badan menundukkan kepalanya malu. Diliriknya Zohrah yang tersenyum tenang sambil menggelengkan kepala penuh wibawa. Namun sebenarnya itu tidak sepenuhnya benar. Dalam hati, Zohrah merasa malu juga. Kalau diamati pipinya pasti ada semu kemerahan. Jantung Zohrah juga berdetak sangat kencang. Ini pengalaman pertamanya mengajar pria dewasa yang menyandang status aktor dan aktris. “Sudah ya bercandanya. Kita lanjutkan perkenalan kita lagi,” ucap Zohrah tenang dan santai. “Wanita salehah memang beda ya kalau nanggepin godaan. Tenang dan kalem,” sahut bang Ben. “Karena beliau sudah tau. Kita-kita adalah syaiton hahaha.... “ celetuk pria seusia Reyhan dan Alex dengan rambut agak gondrong. “Eh, itu kamu ya! Bukan aku. Jangan hancurkan reputasiku dengan asal bicara, Bim!” protes Reyhan tak terima. Mendengar itu Alex hanya tersenyum sinis dengan masih menatap ponselnya. Dia merasa muak dengan sikap Reyhan berlebihan menunjukkan perasaannya pada Zohrah dan juga mati-matian menjaga citranya. Padahal Alex tahu benar. Sebelum menempuh jalan hijrah, Reyhan adalah pria yang tak pernah tidur di malam hari. Hobinya hanya mengunjungi nightclub satu ke nightclub lainnya. Dari tempat karaoke satu ke tepat karoke lainnya bersama gadis-gadis cantik. Zohrah memejamkan mata dan menarik napas sebentar. Kemudian dia berbicara dengan suara lebih keras seraya memukulkan satu tongkat ke meja satu kali. “Kapan nih, pelajaran dimulai kalau kita bercanda terus?” Seketika satu ruangan menjadi hening. Tak ada yang berani bersuara lagi. Bahkan bernapas pun kini mereka tidak berani keras-keras. “Baiklah. Kita mulai lagi ya. Nama saya Zohrah. Panggil saja, saya Zohrah. Kalian tidak perlu panggil saya Ustadzah atau bu Guru. Cukup panggil saya Zohrah saja,” perintah Zohrah. “Kenapa Ustadzah? Anda memang guru kami. Rasanya tidak sopan memanggil nama Anda begitu saja,” protes Reyhan. “Kamu betul Reyhan,” sahut Bima. Lalu mengalihkan pandangannya pada Zohrah. “Anda adalah guru kami. Sudah sewajarnya kami panggil Anda Ustadzah Zohrah,” lanjutnya lagi. “Maaf, saya tidak akan mematuhi perintah Anda. Pokoknya saya akan panggil Anda Ustadzah Zohrah atau bu guru Zohrah,” tegas pria itu lagi. “Setuju, Bim. Aku juga akan tetap panggil beliau Ustadzah,” sahut Reyhan. Lalu yang lain bersahutan setuju dengan Reyhan dan Bima. Zohrah hanya bisa menggelengkan kepala pasrah menatap para muridnya. Sementara Alex lagi-lagi hanya tersenyum sinis. Dia tahu mengapa Zohrah membuat kelonggaran itu. Istri rahasianya itu tidak ingin membebani dirinya dengan panggilan itu. Ia ingin dirinya bisa belajar dengan tenang. Namun, sayang sikap tidak diterima baik oleh Alex. Kerendahan hati Zohrah telah disalahsangkakan. “Tidak ada yang alergi dengan panggilan itu, Ustadzah. Aku juga sangat senang memanggil Anda Ustadzah. Justru aneh rasanya kalau kita seperti teman. Karena sepertinya sampai kapan pun kita semua tidak akan pernah cocok jadi teman Anda. Dunia kami sangat berbeda dengan dunia Anda yang menapaki jalan kesalehan,” sahut Alex sangat tajam membuat teman-temannya menoleh padanya. Menyayangkan ucapan Alex yang memandang sinis niat baik dan kerendahan hati Zohrah. “Alex! Apa yang kamu ucapkan itu? Guru kita hanya ingin kita merasa nyaman dalam belajar. Jangan salah sangka. Kamu berpikir terlalu jauh,” sahut Reyhan. “Tidak apa-apa. Apa yang dikatakan mas Alex sangatlah benar. Kita tidak perlu berbasa-basi lagi. Tolong sebut nama kalian. Saya akan menulisnya dengan cepat di buku absen ini. Lalu kita mulai pelajarannya,” balas Zohrah sambil memegang pulpen dan membuka buku absennya. “Dimulai dari Anda mas Alex,” tunjuk Zohrah. “Sudah kubilang jangan panggil aku, Mas!” tegas Alex. Zohrah dan yang lain terkejut mendengar bentakan itu. “Hei dia baru menyebut sekali. Mengapa kamu membentaknya seperti itu?” protes Reyhan. Alex seperti tersadar ketika semua orang memperhatikannya. “Maaf. Aku hanya tidak menyukai panggilan itu. Cukup panggil saya Alex saja.” “Saya juga minta maaf. Saya hanya ingin menghargai kalian sebagaimana kalian menghargai saya,” jelas Zohrah. “Kami memahami itu, Ustadzah. Tolong jangan diambil hati sikap Alex tadi. Hari ini sepertinya dia salah makan atau banyak didatangi debt collectors,” sahut Bima, disisipi canda yang langsung disambut tawa teman-temannya menertawakan Alex. “Oke. Tolong sebutkan nama Anda dari sisi kiri terus ke samping. Lalu ke belakang kemudian ke samping,” ucap Zohrah sudah siap dengan buku absennya. “Apa aku perlu menyebut namaku lagi?” tanya Alex saat menatap Zohrah dingin. “Tidak perlu. Anda baru saja jadi murid paling banyak disebut di sini,” jawab Zohrah cuek sambil menulis pada buku absen. Setelah selesai dia alihkan pandangan pada Nessa. “Apa orang seperti Anda biasa melihat sinetron atau film? Anda sudah tahu nama belakang Alex itu siapa?” tanya Nessa penuh selidik. Alex terganggu dengan pertanyaan itu. Dia segera menoleh pada Nessa di sampingnya. “Maaf, saya meminta Anda menyebut nama. Bukan bertanya hal yang lain,” ucap Zohrah menatap Nessa tenang tapi terkesan dingin. Nessa merasa kurang senang dengan sikap Zohrah. Namun dia segera meminta pada guru ngaji perempuannya itu. “Maaf, saya hanya merasa aneh saja. Orang seperti Anda mengenal Alex.” Zohrah menatap Nessa menunggu jawabannya. “Nama saya, Nessa Salama, Ustadzah,” jawab Nessa kemudian. “Saya memang tidak pernah melihat sinetron atau pun film milik tuan Alex. Tapi saya sering melihat murid-murid saya di MTs atau pun SMP selalu meng-elukan dia. Mengidolakan dia. Bahkan mereka tak segan-segan menempelkan setiker atau foto tuan Alex di peralatan sekolahnya. Termasuk dalam galeri telepon genggam mereka. Saya akui, tuan Alex memang sangat terkenal di kalangan anak SMP dan sederajat. Itu jawaban saya. Semoga memuaskan hati Anda nona Nessa,” jelas Zohrah. Semua murid kecuali Alex langsung cekikikan menahan tawa termasuk Nessa. Bahkan sebagian dari mereka berusaha menutup mulut dengan tangan agar tidak terdengar Alex. Namun tetap saja usaha itu gagal. Alex tahu teman-temannya menertawakannya. Mukanya yang putih berubah seperti kepiting rebus karena menahan marah. Bagaimana tidak. Rasanya muka Alex seperti ditonjok Zohrah dengan sangat keras. Namun, sayang dia tidak bisa berbuat apa pun untuk membalasnya. Selain memalingkan muka ke arah tembok dengan gigi gemeretak. Nessa yang masih diselipi ganjalan bingung harus berkata apa. Ia tak bisa berucap terima kasih pada Zohrah. Tapi dia juga sungkan pada Zohrah jika meminta maaf pada Alex. Sementara itu Zohrah seolah tidak peduli dengan situasi. Dia melihat ke arah buku absennya. Dan setelah situasinya reda. Zohra melanjutkan mencatat nama muridnya sampai selesai. Zohrah berdiri dari tempat duduknya. Lalu berjalan menuju papan tulis. “Tolong dengarkan saya sebentar. Saya ditugaskan mengajar kalian dalam cara membaca Al Quran dengan baik dan benar. Itu saja. Jadi jangan salah paham jika saya memulai pelajaran ini dari awal. Karena saya perlu tau, sampai di mana kemampuan cara membaca kalian. Sudah benar atau masih ada yang kurang benar.” “Iya, Ustadzah. Kami sudah diberitahu oleh sutradara. Silakan dimulai,” jawab seorang murid wanita. “Terima kasih Kak Meta,” jawab Zohrah. “Oke. Sekarang saya akan menjelaskan apa itu huruf hijaiyah. Kira-kira diantara kalian sudah ada yang tau artinya?” tanya Zohrah. “Huruf hijaiyah adalah sejenis alfabet bahasa Arab. Huruf hijaiyah bisa digunakan untuk penulisan dalam Al Quran. Mohon dikoreksi kalau salah,” jawab Reyhan. “Ya, itu sudah tepat, mas Reyhan. Tapi, maaf saya tidak akan memuji Anda. Karena ini pelajaran anak TK. Jadi kalau tidak bisa, keterlaluan juga ya,” ucap Zohrah bergurau. “tuan Alex,” sebut Zohrah. “Panggil Alex,” pinta Alex ketus. “Alex. Sekarang, tolong sebutkan huruf hijaiyah itu!” perintah Zohrah. Alex menarik napas lalu menatap Zohrah. “Maaf aku tidak tau.” Zohrah terbengong-bengong. Sungguh rasanya sulit percaya dengan jawaban Alex. Sementara yang lain saling pandang.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN