Ali memijit sedikit tengkuknya untuk sekedar menghilangkan rasa pegalnya. Tangannya yang lain mengambil salah satu ponselnya yang sedari tadi pagi hanya terletak di tas managernya. Karena terlalu fokus dengan minikonsernya di Surabaya untuk memberikan yang terbaik pada fansnya yang sudah sangat menunggu kehadirannya membuat Ali tak sempat untuk memegang ponselnya. Padahal biasanya ponselnya tak pernah lepas dari genggamannya.
"Li, yuk pesawat udah mau take off." Suara managernya itu mengalihkan Ali yang hendak memainkan ponselnya. Sesaat kemudian Ali memasukkan ponselnya kedalam tas kemudian mengikuti rekan-rekannya yang sudah terlebih dahulu menuju pesawat untuk kembali ke Jakarta.
Bagi Ali dimanapun ia menemui fansnya, selalu ada kepuasana tersendiri saat melihat orang-orang yang selalu mendukungnya itu terlihat bahagia bertemu dengannya. Walaupun hanya di mall dan berdesak-desakan namun semangat mereka tak pernah surut. Hal itulah yang menjadi salah satu semangat Ali. Ali begitu bahagia dan bangga. Bahkan jika bisa ingin rasanya berkomunikasi dengan mereka lebih dekat dan lebih lama.
Disepanjang perjalanan menuju Jakarta hanya Ali habiskan dengan tidur melepas lelahnya.
***
Ali menghempaskan tubuhnya disofa rumahnya. Dipejamkannya matanya sesaat. Namun sesaat kemudian Ali teringat sesuatu. Ali langsung mengeluarkan ponselnya dari dalam sakunya.
Mata Ali menyipit melihat begitu banyak pesan yang masuk dari berbagai media sosial maupun aplikasi chatingnya. Namun yang paling menarik bagi Ali dan mampu membuat ujung bibirnya tertarik membentuk sebuah senyuman adalah pesan dari gadisnya.
Ali kamu besok habis konser langsung pulang? Konser kamu udah mulai? Kamu jam berapa balik ke Jakarta? Kok gak ada yang dibalas? Nyebelin lo!
Kalau gue gak bales chat lo aja bisa marah berhari-hari. Lah gue dicuekin. Ngeselin
lo -,-
Ali terkekeh membaca pesan dari Prilly. Dan yang dapat Ali simpulkan sekarang adalah bahwa gadisnya sedang marah. Wajar saja, terakhir Ali mengabari Prilly saat Ali baru sampai di Surabaya. Setelah itu ia sudah disibukkan dengan aktivitasnya. Ali mulai mengetik balasan untuk Prilly.
Maaf sayang. Sibuk banget seriusan. Ini baru sempat cek hp Bodo amat! Ali lagi-lagi terkekeh membaca balasan ketus Prilly. Ali merasa sangat rindu melihat wajar merajuk Prilly yang sangat menggemaskan.
Tanpa berbikir panjang Ali langsung berlari kekamarnya. Mengganti bajunya dengan hanya menggunakan kaos hitam polos dan celana jeans hitam lalu segera mencari kunci mobil.
"Li mau kemana?" Tanya mama Resi yang melihat putranya tampak sedang ingin pergi. "Kerumah Prilly ma."
"Sendiri aja?" "Iya ma."
"Ya jangan dong nak. Kan baru sampai. Sama supir deh ya." Saran mama Resi. Ali berfikir sejenak kemudian mengangguk setuju.
"Salam buat Prilly sama mamanya ya." Ucap mama Resi lagi sebelum Ali pergi. Ali mengancungkan jempolnya sembari tersenyum.
***
Prilly tak berhentinya menggerutu tak jelas sembari menghabiskan potongan apel dengan selai kacang kesukaannya. Walaupun mulutnya mengunyah sambil menggerutu, namun matanya tetap fokus pada TV dihadapannya.
"Kalau gue aja yang gak ada kabar, pasti ngambeknya minta ampun. Ngeselin banget." Ucap Prilly pelan.
Tiba-tiba Prilly mendengar suara pintu kamarnya terbuka. Prilly menoleh ke arah pintu memperlihatkan mamanya yang sedang ada di ambang pintu.
"Prill ada Ali tuh." Ucapan mama Uli itu berhasil membuat Prilly terbelalak. "Mama apaan sih becandanya. Ali kan lagi di Surabaya."
"Lah becanda apaan. Seriusan itu ada Ali. Buruan temui." Ucap Mama Uli kemudian berlalu dari Prilly.
Prilly yang masih tampak bingung beranjak dari sofa di kamarnya kemudian bergegas menemui Ali. Walaupun ia merasa tak yakin jika Ali memang ada dirumahnya.
Prilly berjalan menuju ruang tamu rumahnya. Benar saja disana ada Ali yang sedang memainkan ponselnya.
"Ali."
Ali yang sedang memainkan ponselnya mendongakkan wajahnya menatap Prilly sembari tersenyum.
"Hai."
"Kok kamu ada disini?" "Gak boleh?"
"Ya boleh. Tapi bukannya di Surabaya?" Tanya Prilly heran. Pasalnya Prilly belum mendapatkan kabar bahwa Ali sudah pulang. Sedari tadi ia juga tak membuka media sosial yang biasanya selalu memberitahunya apapun tentang Ali.
"Duduk dulu dong." Ali menarik lembut tangan Prilly agar duduk disampingnya. "Aku baru pulang dari Surabaya. Langsung kesini." Jelas Ali.
"Nih Li di minum." Kedatangan mama Uli menghentikan Prilly yang ingin bertanya kembali pada Ali.
"Makasih Ma." Balas Ali sembari tersenyum.
"Mama mau keluar bentar ya. Ntar deh kita ngobrolnya ya Li."
"Iya ma. Ali tungguin sampai pulang deh." Balas Ali diiringi tawanya yang membuat mama Uli dan Prilly ikut tertawa.
Mama Ulipun berlalu dari Ali dan Prilly.
Sepeninggalannya mama Uli, Ali dan Prilly sama-sama terdiam. Prilly menekuk mukanya sembari menyilangkan tangannya didepan d**a. Ali tersenyum gemas menggigit bibir bawahnya melihat Prilly. Tangannya terulur mencubit pipi Prilly mengapitnya kuat-kuat gemas membuat Prilly terpekik.
"Sakit Ali!"
"Gemesin sih. Jangan ngambek-ngambek dong. Maaf ya. Aku bener-bener sibuk sayang.
Ini aja baru pulang."
Prilly menatap Ali melihat wajah lelaki tampan yang terlihat lelah itu membuat perlahan perasaannya meluluh. Perlahan disandarkannya kepalanya didada Ali membuat tangan Ali dengan sendirinya mengelus rambut Prilly. Sudah lama rasanya Prilly tak bermanja-manja seperti ini pada Ali.
"Kamu bukannya istirahat malah kesini." Ucap Prilly. "Kan kangen."
"Aku juga kangen." Ali tersenyum mendengar balasan Prilly.
"Eh pindah yuk." Prilly bangkit dari duduknya kemudian mengajak Ali ke ruang santai.
Prilly mengajak Ali duduk disofa yang cukup besar. Dinyalakannya TV yang entah memperlihatkan tayangan apa hanya untuk membuat suasana tak begitu sepi.
"Kamu gak reading film?" Tanya Ali.
"Enggak, readingnya besok." Balas Prilly membuat Ali mengangguk paham.
"Eh jalan-jalan yuk." Ajak Ali melirik jam di ponselnya yang masih tampak sore. "Kamu mau bikin heboh?" Tanya Prilly membuat Ali mengerinyirkan dahinya heran. "Heboh kenapa?"
"Kalau orang tau kamu kerumah aku aja pasti udah heboh. Apalagi kalau kita jalan bareng."
Ali menatap Prilly sembari menggelengkan kepalanya pelan.
"Kenapa sih kita harus selalu mikirin respon orang sama apapun yang kita lakukan?
Kenapa juga kita harus batasi ruang gerak kita?" Tanya Ali yang tampak serius.
"Li bukannya gitu. Tapi ada perasaan yang harus kita jaga yang bikin kita gak bisa bergerak bebas. Kamu paham kan gak semua orang yang suka kita." Ali menghela nafas berat mendengar ucapan Prilly. Bagi Ali Prilly terlalu memikirkan perasaan orang lain.
"Kenapa kita harus jaga perasaan orang yang bahkan gak ngertiin perasaan kita. Gak ada yang bisa larang aku buat bawa kamu kemanapun. Lagipula yang suka lebih banyak kan."
"Ada saatnya kita harus diam buat bikin keadaan baik-baik aja. Ada saatnya juga kita bertindak buat memperjelas semuanya."
"Oke. Tapi saat itu udah datang gak akan ada yang bisa larang aku buat tunjukin kesemua orang kalau kamu itu punya aku." Ucap Ali tegas membuat Prilly tersenyum senang.
"HP kamu mana?" Tanya Ali. Prilly mengeluarkan ponselnya dari sakunya kemudian memberikannya pada Ali.
Setelah mendapatkan ponsel Prilly, Ali langsung sibuk berkutat dengan ponsel itu. Prilly mencibir melihat sikap Ali yang sudah sangat biasa baginya itu. Prilly memilih untuk berbaring dan menjadikan paha Ali sebagai tempat kepalanya.
Prilly mengambil ponsel Ali yang tadi ada dimeja. Berbeda dengan Ali yang selalu mengecek segala macam aplikasi komunikasi milik Prilly saat memegang ponselnya, Prilly lebih memilih melihat galeri foto Ali. Mengingat Ali yang sangat hobi fotografi Prilly selalu penasaran melihat hasil foto Ali.
"Kamu udah lama punya kontak Bani?" Tanya Ali tiba-tiba. "Baru, waktu reading pertama kali."
"Bener? Bukan waktu shooting video clip?" Tanya Ali penuh nada curiga membuat Prilly terkekeh.
"Ya ampun gak percayaan banget sih pak." "Percaya sayang."
Merasa puas mengecek ponsel milik Prilly dan tak mendapatkan sesuatu yang mencurigakan, Ali meletakkan ponsel itu keatas meja kemudian fokus mengelus rambut Prilly dengan sayang.
"Fotonya keren-keren banget. Enak banget ya kayaknya ada di alam gitu. Pasti tenang." Ucap Prilly melihat foto-foto Ali saat ia sedang berlibur usai di opname saat itu.
"Tanggal 4 aku mau ke Bandung wisata alam lagi. Ikut yuk." Ajak Ali.
"Ikutttttt." Pekik Prilly. Ali tertawa gemas mendengar pekikan Prilly yang malah terdengar seperti anak kecil.
Namun sesaat kemudian Prilly terdiam saat mengingat sesuatu dan malah tampak murung.
"Tapi aku hari itu ada reading sama latihan akting." "Yah padahal kepengen banget liburan bareng kamu."
"Maaf ya sayang. Kapan-kapan deh aku kosongin jadwal buat liburan bareng kamu ya." Ucap Prilly. Alipun mengangguk setuju.
"Aku suka banget lihat foto kamu yang ini." Prilly memperlihatkan foto Ali yang sedang duduk di kokpit pesawat layaknya seorang pilot. Prilly sudah pernah melihat foto ini sebelumnya saat Ali upload di IG.
"Udah cocok belum kayak yang dicerita Captain, I Love You!?"
"Udah cocok sih tapi kurang seragamnya nih. Pasti makin keren Captain."
"Aaaaa Captain keren" Prilly memekik saat melihat foto Ali yang masih duduk dibangku pilot namun terlihat seolah-olah sedang serius menerbangkan pesawat dengan menekan tombol yang terlihat seperti sungguhan. Pasalnya foto yang itu tidak di upload Ali.
Ali tersenyum gemas melihat Prilly yang tampak begitu girang.
Prilly kembali melihat foto-foto Ali. Sesekali mereka bercerita apa saja yang mereka lakukan belakangan ini. Namun tiba-tiba saja tawa Prilly pecah saat melihat foto Ali yang terlihat sangat konyol. Ali yang melihatnya bukannya mengambil ponselnya malah ikut tertawa. Bagi Ali tak masalah foto aibnya dilihat oleh gadisnya itu.
Melihat tawa Prilly yang tidak ada hentinya membuat Ali menenggelamkan wajah Prilly pada perutnya yang sudah mulai mengeras karena ia sudah mulai rutin berolahraga.
"Papa kamu kemana" tanya Ali saat menyadari sedari tadi tak melihat papa Rizal. "Kekantor."
Prilly bangkit dari posisinya kemudian sedikit membenarkan rambutnya. "Kamu udah makan? Makan yuk." Ajak Prilly.
"Ntar deh masih kenyang."
"Kamu ngantuk ya? Matanya merah gitu?" Tanya Prilly mengelus mata Ali yang malah terkesan memainkan bulu mata Ali membuat Ali terpejam.
"Tidur gih di kamar tamu, atau dikamar Raja." Bukannya menjawab Ali malah menggenggam tangan Prilly yang sedari tadi memainkan bulu matanya kemudian mengecupnya berkali-kali sambil terpejam.
Prilly makin yakin kalau Ali kini sedang mengantuk. "Tidur dulu sebentar Li sebelum magrib."
"Tidur dikamar kamu aja gimana? Tapi temenin." Goda Ali menaik turunkan Alisnya.
"Apaan sih. Jangan macem-macem deh. Buruan sana. Kekamar Raja aja. Dia ada dikamar kok. Lagi main PS kayaknya."
"Raja lagi main PS? Ikutan ah buat hilangin ngantuk." Ali bangkit dari duduknya mengecup singkat dahi Prilly kemudian bergegas kekamar Raja.
"Ali aku nyuruh kamu buat istirahat bukannya main PS. Ali!!" Pekik Prilly. Namun Ali tak mendengarkan. Prilly menghela nafasnya kasar. Jika kedua lelaki itu sudah dipertemukan dengan PS, ia sudah tak bisa apa-apa lagi.
*** "Sering-sering main kesini ya Li." Pesan mama Uli.
"Pasti ma. Kalau Ali lagi gak ada kegiatan dan Prillynya juga free, nanti Ali kesini lagi.
Oh iya tadi mama titip salam."
"Salam balik ya buat mama kamu." Balas mama Uli. Alipun mengangguk sembari tersenyum.
"Kapan-kapan kita main PS lagi ya Ja." Ucap Ali pada Raja. "Sip bang. Ntar pasti gue bisa ngalahin lo."
"Oke kita lihat nanti bro."
Setelah berpamitan dengan mama Uli dan Raja, Prillypun mengantarkan Ali keluar.
"Ikut kerumah yuk. Masih kangen." Prilly tertawa geli mendengar ucapan Ali yang menurutnya aneh itu.
"Apaan sih kamu."
"Kalau lagi free kabarin aku ya. Ntar aku kesini atau kita jalan. Disaat kayak gini kita harus tetap jaga komunikasi kita." Ucap Ali. Prilly mengangguk sebagai balasan.
Ali membawa Prilly kedalam pelukannya.
"Aku sayang banget sama kamu." Bisik Ali pelan. "Aku juga."
"Kamu jangan dengerin apapun kata orang yang bikin kita makin jauh. Kamu cukup dengerin apapun yang keluar dari mulut aku." Ucap Ali mengingatkan.
Ali paham betul sifat Prilly yang terkadang terlalu memikirkan ucapan tak enak dari orang lain.
"Iya sayang. Makasih ya udah main kerumah. Padahal aku tau kamu lagi capek banget.
Belum lagi jarak rumah kita yang lumayan jauh. Gak pake bilang-bilang lagi."
"Laki-laki itu, lebih baik bicara sedikit tapi banyak bertindak. Dan aku lebih suka bertindak buat lihatin betapa cintanya aku sama kamu dari pada cuma ngomong buat dapat mengakuan dari orang lain."
Pipi Prilly langsung bersemu mendengar ucapan Ali. Perasaannya juga terasa menghangat.
"Yaudah aku pulang ya. Love you." Ali mencium dahi Prilly dalam-dalam membuat Prilly terpejam.
"I love you too. Hati-hati ya."
Ali mengangguk sembari tersenyum kemudian memasuki mobilnya. Prilly melambaikan tangannya saat mobil Ali sudah beranjak dari rumahnya. Senyum merekah menghiasi bibir Prilly. Ia kira setelah ggsr tamat hubungannya akan selesai begitu saja. Namun ternyata Ali mempunyai banyak cara untuk mempertahankan hubungan mereka begitu pula dengan Prilly.