Part 13

1747 Kata
"Aku menginginkan dirimu. Sebesar harapanku untuk bisa memilikimu seutuhnya."  ***** Pagi Atha terasa sedikit berbeda karena kedatangan gadis berumur lima belas  tahun. Yang kini berada di sebrang meja makan. Seorang gadis manja yang selalu saja minta dilayani oleh Mrs.Mira. Sudah sejak tadi Atha terus memperhatikan dia.  Tak pernah ada barang sedetik dia menghentikan teriakanya. Apa dia fikir disini hutan? Jadi dia dengan sesukanya berteriak seperti itu. Lagipula, dia terlihat sangat berpendidikan tapi bibirnya tidak di didik dengan benar sepertinya. Karena dia tidak ada sopan santun saat berbicara dengan Mrs.Mira. Seseorang yang jauh lebih tua darinya.  "Apa kau tidak bisa berjalan?"  "Ya?"  "Aku tanya, apa kau tidak bisa berjalan. Kakimu masih bisa berfungsi dengan benar kan? Kenapa tidak mengambilnya sendiri. Daripada berteriak sangat kencang seperti itu." Sindir Atha meletakan garpu yang tadi dia pegang. Karena sudah cukup dia dari tadi diam saja.  "Tentu saja bisa. Memang apa salahnya aku dilayani. Dia kan tugasnya memang untuk melayani disini." Balasnya tanpa dosa. Atha menaikan satu alisnya. "Iya, aku tahu. Tapi jaga ucapanmu. Kamu harus berkata lebih sopan pada Mrs.Mira, tidak perlu berteriak sampai terdengar ke penjuru rumah. Tahu bagaimana caranya kan? Menghormati yang lebih tua. Atau perlu aku ajari?" Sengit Atha. Menatap tajam ke arah Samantha. "Sudah nona, saya tidak apa - apa. Ini memang pekerjaan saya. Jadi tidak perlu bertengkar." Bujuk Mrs.Mira menengahi, beliau tidak ingin ada pertengkaran antara Atha dan Samantha. "Tapi__" "Saya tidak keberatan, Nona Atha." Sela Mrs.Mira memutus ucapan Atha. Hembusan nafas kasar di keluarkan Atha. Kemudian mengangguk mengerti, menatap tajam ke arah Samantha. Lalu berjalan pergi meninggalkan Ruang Makan.  Atha lebih memilih pergi ke kolam renang, setelah merasa kekesalannya sudah di ubun - ubun. Dia berpikir untuk berenang,  karena cuaca di luar juga sedang cerah. Dan untuk mendinginkan kepalanya yang memanas. Atha melangkahkan kakinya menuju kolam renang.  Dalam langkahnya, Atha memikirkan lagi cara untuk kabur. Dia tahu pria itu tidak akan melepaskan Atha begitu saja. Atha bisa merasakan bahwa di rumah ini terpasang cctv. Dia tidak sebodoh itu untuk di kelabui, mungkin orang biasa tak akan menyadarinya. Tapi Atha bisa tahu, dimana saja letak cctv itu di letakan.   Tapi Atha tidak akan kehabisan akal, pasti ada sedikit celah untuk dirinya kabur dari rumah ini. Biarpun hanya 0.1% sekalipun. Dia tidak akan pernah menyia-nyiakan kesempatan itu, tapi untuk sekarang dia ingin berenang.   Untuk membuat fikirannya lebih rileks.  Setelah sampai di tepi kolam, Atha bergegas melepas kaos dan celana pendeknya. Kini hanya tersisa bra berwarna biru senada dengan celana dalamnya.  Sejak awal Atha sudah berniat ingin berenang, jadi saat berada di dalam kamar ia sudah mengantinya dengan bikini yang dia temukan di dalam lemari. Lelaki dingin itu pasti sudah merencanakan sesuatu dengan pakaian-pakaian minim di dalam lemari kamar milik Atha.  Atha tidak suka tampil dengan hanya memakai bikini, tapi karena tidak ada tanda-tanda jika Dominick akan datang maka dari itu dia berani untuk memakai bikini.  Tapi dia tidak akan melakukannya jika berada di Indonesia. Pasti ayahnya akan membakar dia hidup-hidup saat tahu putrinya memakai pakaian yang tidak pantas.  "Apa aku boleh ikut berenang?" tanya seorang gadis yang membuat kegiatan Atha terhenti.  Niat Atha yang ingin langsung terjun dia urungkan karena suara dari belakang punggungnya, dan disana berdiri gadis muda itu. Samantha, jika tidak salah Atha mendengarnya tadi ketika Mrs.Mira memanggilnya. Atha menatapnya bingung, apa ucapanya tadi tidak salah? Mau ikut Atha berenang. Bukankah dia tadi sudah membuatnya kesal, dan sekarang dengan santainya bilang ingin berenang bersamanya. Tidak dapat di percaya. Apa dia seorang berkepribadian ganda? "Berenang? Denganku?" tanya Atha balik sambil menunjuk dirinya sendiri.  "Iya, boleh? Selama ini aku selalu berenang sendirian. Dan tidak ada yang mau berenang bersamaku, jadi boleh aku bergabung?" Jelasnya dengan sorot mata yang terlihat sedih.  Atha menatap wajah Samantha dalam. Dapat terlihat dari caranya berbicara, ada sesuatu yang tengah dia pendam sendiri.  "Apa kau tidak memiliki teman? Dan Dominick mungkin mau menemanimu?"  "Sejak kecil tidak ada yang mau berteman denganku, mereka bilang aku tidak cocok dengan mereka," tambahnya meremas kemeja bagian bawah yang ia kenakan. "Dan, Kakak selalu sibuk. Dia tidak pernah pulang kerumah."   Terangnya mulai menundukan kepalanya ke bawah.  Atha melihat sisi lain dari Samantha. Atha tahu sifat angkuh dan sombongnya tadi hanya dia jadikan sebagai topeng, agar orang-orang tidak tahu bahwa dia tengah merasakan kesepian.  "Baiklah, ganti pakaianmu. Dan ingat jangan menyuruh Mrs.Mira, lakukan sendiri kau mengerti?" Ucap Atha menghentikan Samantha, yang tadinya ingin memanggil MrsMira. Bukanya Atha mengatur, hanya saja Atha ingin dia mandiri dan tidak tergantung pada orang lain.  Atha ingin mengajarkan pada Samantha jika dia tidak boleh menggunakan kekuasaanya dengan sesuka hati, karena dia sudah remaja dan tidak baik terus bergantung pada orang lain. Samantha berlari ke dalam, sepertinya ingin berganti pakaian. Dan benar kurang dari enam menit dia sudah kembali dengan bikini berwarna peach yang sangat pas untuknya.  Tubuhnya sangat indah, dan juga membuat siapapun tidak akan percaya jika dia adalah remaja berusia lima belas tahun. Arhh! Ada apa dengan Atha. Kenapa dia jadi perduli terhadap gaya pakaian Samantha.  Tanpa menunggu lama mereka berdua langsung terjun ke dalam kolam renang, membuat tubuh mereka basah dan terasa sangat segar. Mereka berdua muncul ke permukaan setelah beberapa menit menyelam kedalam, Atha ingin sedikit jail dengan mencipratkan air kolam ke arah Samntha. Dan berhasil, hal itu membuat Samntha memekik kesal, namun akhirnya dia malah balas menyipratkan air juga.  Dan dapat terlihat tawa bahagia yang dia perlihatkan, kali ini tawa yang lepas dan juga tulus. Entah, rasanya Atha juga ikut merasa senang melihat tawanya. Setidaknya, untuk saat ini dia menjadi hiburan untuk Atha. Hal ini membuat Atha sedikit melupakan kejadian itu, tentang Dominick. Tapi,apa Dominick sudah tidak akan kembali? Jika benar Atha bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk kabur dari tempat asing yang dia tempati sekarang.  Apa benar dia bisa kabur dari sana dengan mudah??   Itu sangat mustahil bukan.  ***** Tak terasa kegelapan telah menelan sinar terang dari matahari, dan malampun kini bertugas untuk menyelimuti sebagian sisi bumi. Karena tugas matahari kini beralih pada sisi yang lainya. Hari ini sangat menyenangkan, sejak datangnya Samantha Atha tak henti-hentinya tertawa.  Dia gadis yang sangat mengemaskan, selain pintar dia juga memiliki hobi yang sama dengan Atha yaitu soal bunga. Samantha sangat senang saat Atha memberitahukan padanya, bahwa di negara asal Atha yaitu di Indonesia, dia memiliki toko bunga.  Samantha ingin sekali datang dan melihat berapa banyak koleksi bunga di toko milik Atha, setelah sekian lama akhirnya Atha menemukan seseorang yang memiliki hobi yang sama dengannya. Selama ini, orang-orang selalu menganggap dia aneh. Disaat semuanya membangun restaurant, ataupun gedung Atha justru memilih untuk membangun sebuah toko kecil yang  dia beri nama 'The Fairy's'. Terlepas dari pandangan orang lain terhadapnya, Atha tetap menjalankan hobinya itu. Dan tanpa mereka semua duga, toko bunga milik Atha juga berkembang. Atha sangat bahagia akan hal itu. Dia menunjukan pada semua orang bahwa apa yang dia sukai bukanlah hal yang aneh.  Atha menolehkan kepalanya, dan memandang ke arah Samantha. Ya, gadis itu tengah tertidur di ranjang miliknya. Dia terlihat sangat pulas, dia pasti sangat kecapean. Wajahnya sangat mirip dengan lelaki itu jika dalam keadaan tertidur. Atha tidak marah jika dia tidur disana, itu bisa menjadi alasan agar Dominick tidak menyentuhnya jika memang malam ini pria itu akan kembali.  "Semoga dia tidak pulang lagi malam ini."  gumam Atha lirih.  Atha kembali memandang ke arah luar langit kini sedang terhiasi oleh bintang. Udara cukup dingin malam ini. Sepertinya coffe panas akan membuat Atha sedikit merasa hangat, dia memutuskan untik turun ke bawah. Sebelum itu dia membenarkan letak selimut Samantha, dan setelah selesai dia berjalan ke arah pintu, membukanya dan keluar kamarnya tanpa menimbulkan suara sedikitpun.  Atha berjalan secara perlahan, dan mulai menuruni tangga. Setelah sampai di dapur, dia mulai membuat coffe. Tidak perlu susah-susah, karena di sana ada mesin pembuat coffe otomatis. Memudahkannya untuk membuatnya dalam waktu singkat.  Dia juga sudah meminta di ajari oleh Mrs.Mira tadi. Jadi dia tahu bagaimana cara menggunakannya.  Dan benar hanya lima menit coffe yang Atha buat sudah jadi, dia lalu meraih gelas dan mulai menuangkan cairan hitam itu ke dalam gelas. Meniupnya perlahan dan meminumnya, ah! Sangat enak.  "Apa yang sedang kau lakukan?"  tanya seseorang di balik punggung Atha.  Deg!  Suara ini?!  Mungkinkah?!  Tubuh Atha langsung membeku seketika, matanya membulat dengan sempurna. Ketika dia menyadari suara milik siapa yang baru saja dia dengar, dan jantung Atha mulai  berdetak tidak karuan.  Dia pulang.  Lelaki yang merenggut kesuciannya telah kembali.  Dominick pulang malam ini.  "Apa yang harus kulakukan?! Tuhan!" runtuk Atha dalam hati.  Disaat Atha memikirkan hal apa yang harus dia lakukan, Atha bisa merasakan sebuah tangan tengah merambat dari paha kirinya menuju p****t. Bodoh! Atha meruntuki dirinya sendiri, dia baru ingat, jika sekarang dia hanya memakai kaos dan celana pendek berwarna putih. Karena Atha mengira Dominick tidak akan kesana malam ini. Bagaimana dia bisa lupa akan hal itu!  "Kau belum menjawab pertanyaanku, Atha." Dominick berbicara lagi, namun kali ini nada suaranya berbisik. Tepat di telinga Atha.  Belum sempat Atha menjawab dia merasakan sebuah benda lunak menyusuri lehernya, lidah Dominick telah bekerja lebih cepat.  "Hmh.."  Atha mengigit bibir bawahnya, menahan suara yang tadi ingin keluar. Atha tidak berniat menjawab apapun pertanyaan yang dilontarkan oleh Dominick , karena tubuhnya seakan terkunci disini. Atha ingin berlari dan menutup rapat pintu kamarnya.  Tapi apa yang terjadi sekarang justru kakinya menancap dengan sempurna di lantai dapur ini. Dia takut Dominick akan melakukan hal menyakitkan itu lagi padanya.  Tangan kiri Dominick mulai bergerak, mengelus p****t Atha dan sesekali meremasnya dengan gemas. Memberikan sengatan aneh pada tubuh Atha, ini sangat berbeda dengan sebelumnya. Kali ini Dominick seperti ingin bermain lembut dengan Agha, tapi tidak! Atha kau harus melawan.  Atha mencoba untuk mengerakan tubuhnya, namun sialnya Dominick menguncinya. Tangan kanan Dominick yang sedari tadi bebas, kini mulai melingkari perut Atha. Mengelus secara memutar, dan membuat tubuh Atha semakin meremang.  "K..kau mau apa?" Ucap Atha yang mulai tidak normal.  "Aku menginginkanmu, Atha." balasnya serak.  Deg!  Deg!  "A..apa maksudmu, cepat lepa... akhhh!"  Belum sempat Atha meneruskan ucapan ya, bibir miliknya telah di tindih oleh benda lunak yang memiliki tekstur sama. Hanya sekedar menempel saja, lalu bibir itu mulai bergerak untuk melumat.  Atha masih mengalami keterkejutan, dia masih tidak bisa mengerti apa yang tengah terjadi dengan dirinya.  Apa dengan mudah dia bisa terbuai dengan perlakuan Dominick, setelah apa yang dia alami dua hari lalu. Tentu saja tidak kan Atha!  Tapi tubuh Atha telah berkhianat pada otaknya, karena nyatanya kini Atha mulai menutup matanya. Dia telah terbuai dengan permainan lembut yang Dominick lakukan di tubuhnya.  Malam ini akan menjadi malam yang panjang sekali lagi untuk Atha.  Namun sedikit berbeda dari dua hari yang lalu.  Kali ini berbeda.  . . . To be continued.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN