Part 14

1652 Kata
"Karena cinta tidak pernah memberi salam, ketika dia berniat masuk ke dalam hati seseorang."   *****  Suasana di kamar bawah terasa sunyi, hanya cahaya dari rembulan saja yang menjadi satu-satunya sumber cahaya. Namun itu tidak menghentikan aktivitas dari dua orang yang kini tengah berada di atas ranjang empuk berwarna coklat muda.  Setelah mengatakan apa niatnya kepada Atha. Dominick langsung mengendong tubuh mungil milik Atha. Bukan sebuah gendongan bridal, tapi seperti seorang ayah yang mengendong anaknya dari depan. Bisa di bayangkan bukan?  Atha sedikit tersentak, namun karena takut akan terjatuh. Kedua kakinya dengan reflek melingkar di pingang Dominick. Dia bisa merasakan sesuatu yang tidak sengaja bergesekan dengan miliknya. Sesuatu yang mengeras dari balik celana milik Dominick.  Setelah menjatuhkan tubuh Atha, hanya deru nafas mereka berdua saja yang masih terdengar. Bahkan Atha, bisa merasakan terpaan halus dari hidung Dominick pada wajahnya. Dan tanpa sadar ada rona merah yang terkembang pada kedua pipinya.  Jika boleh jujur, ini adalah pertama kalinya ada seorang lelaki yang berjarak sangat dekat dengan dirinya. Karena selama ini dia selalu membentengi diri, untuk menjauh dari lelaki sebelum waktu yang dia targetkan. Menikah di usia dua puluh lima tahun, karena baginya masa itu adalah masa dari seorang gadis yang sudah sangat matang. Tapi sepertinya itu tidak bisa terjadi kan Atha? Your scenario is destroyed! Dominick sepertinya ingin membuat suasana yang berbeda untuk kali ini, dia ingin bermain secara lembut. Apa yang dilakukanya dua hari yang lalu membuatnya merasa tidak enak. seharusnya dia tidak memiliki perasaan seperti itu. Tapi mau bagaimana lagi, dia adalah manusia normal yang masih memiliki hati. Walau tidak bisa dia perlihatkan secara mudah.  Perlahan dia mulai memberikan kecupan lembut di leher Atha, membuat gadis itu sedikit berjingkat. Namun itu tidak berlangsung lama, karena Atha mampu mengendalikan dirinya. Walaupun jantungnya masih berdetak tidak karuan sekarang, setelah mengecup, menghisap, dan sesekali mengigit. Dominick beralih ke arah dua gundukan milik Atha.  Dia mulai menciumnya dari balik kaos tipis yang dikenakan oleh Atha. Tangan kananya ikut ambil andil dengan meremas buah d**a satunya.  "Hmrmhh.."  Lenguhan kecil di keluarkan oleh Atha, menyambut perlakuan manis yang Dominick berikan. Dia masih dengan Setia melakukan apa yang dia lakukan. Karena dirasa kaos itu menganggu, dengan cepat dia melepaskannya dari tubuh Atha.  Melemparnya ke sembarang arah, dan kembali pada objek fantasinya. Atha memakai bra berwarna hitam berenda yang tak menampung seluruh miliknya. Karena bisa di lihat ada bagian buah d**a Atha yang sedikit keluar. Sama seperti kaos tadi, secepat itulah benda itu raib dari tubuh Atha.  Dominick menatap kedua benda kenyal di hadapanya, tanpa berkedip sedikitpun. Membuat Atha malu atas apa yang dilakukan oleh lelaki itu sekarang. Reflek kedua tanganya menutupi objek yang menjadi fokus utama Dominick. Tapi selang beberapa detik, Dominick memegang kedua tangan itu dan meletakkanya di kedua sisi kepala Atha.  "Jangan di tutupi, keduanya sangat indah."  Bisik Dominick erotis.  Blushh!  Kedua pipi Atha kembali merona, dia bisa merasakan hawa panas kini mulai menyergap. Meskipun Ac di ruangan itu menyala dengan full, kegiatan mereka terus berlanjut. Dan tanpa ada perasaan keterpaksaan, berbeda dari beberapa minggu yang lalu.  Atha, memasrahkan dirinya. Dia menerima setiap sentuhan yang di berikan oleh Dominick. Bukan tidak bisa menolak, tapi buain yang di buat oleh Dominick membuat kesadaran Atha pergi entah kemana.  Malam ini di lalui dengan suara lenguhan, dan teriakan nikmat dari keduanya. Tidak tahu sudah berapa kali mereka melakukanya, tapi yang pasti keduanya sama-sama merasakan kenikmatan.   ***** Cahaya matahari masuk menembus kaca di kamar itu, membuat seorang gadis muda terusik dari tidur panjangnya. Mengeryit sebentar, dan mulai membuka kedua matanya. Mengerjap ngerjap beberapa kali untuk mendapatkan fokus pada matanya.  Setelah kesadaran sudah di dapatkanya, dia bangun dan terduduk diatas tempat tidurnya. Melihat kesekeliling kamar tidur, namun orang yang seharusnya tidur bersamanya justru tidak ada disana. Sambil menyisir rambutnya kasar, Samantha berjalan  ke arah bawah. Mungkin saja Atha sudah terlebih dahulu bangun dan sekarang sedang duduk di meja makan.  Dan benar saja kini Atha tengah berada di dapur. Dia sedang memotong-motong sayuran membantu Mrs.Mira menyiapkan sarapan pagi. Samantha menautkan alisnya, melihat bagaimana tampilan Atha saat ini, dia hanya berbalut kemeja kebesaran yang sebatas setengah paha. Dengan  masih memakai celana pendek hitam, tapi tetap saja dia terlihat hanya memakai kemeja putih kebesaran di tubuhnya.  'Bukankah kemeja itu' Pertanyaan itu hanya sebatas ucapan di dalam hati, karena Samantha tidak berani mengatakanya.  "Ah, Samantha,  Kau sudah bagun? Duduklah makanan sebentar lagi siap." Ucap Atha melihat Samantha yang berdiri mematung di tempatnya.  "Iya."  Jawabnya singkat. Samantha kemudian berjalan menuju meja makan. Dan mendudukan pantatnya di salah satu kursi. Menunggu makanan untuk dihidangkan.  "Bagaimana tidurmu? Apakah nyenyak?" tanya Atha sambil menghidangkan makanan di hadapan Samantha.  "Sangat nyenyak, bagaimana denganmu?"  Tutur Samantha meraih garpu yang ada di depannya.  Atha tersenyum lembut. "Syukurlah. Tentu saja aku tidur dengan nyenyak."  Atha mengelus pelan kepala Samantha. Ia senang karena gadis remaja ini tidak berteriak minta di layani seperti kemarin.  Atha menuangkan air di dalam gelas, meletakannya di sebelah kanan piring Samantha.  Kemudian kembali berjalan ke arah Mrs.Mira, membantu ibu tua itu menuangkan sup ke dalam mangkok. Samantha masih mengawasi gerak gerik Atha. Karena rasa penasaran yang menderanya, tentang kemana wanita itu semalam. Dan juga pakaian yang dia kenakan saat ini.  Menu makan pagi kali ini sederhana, tidak mewah namun mengenyangkan. Atha hanya membantu mengiris bahan bahan dan mengoreng kentang. Sisanya tentu saja Mrs.Mira, tapi Atha mengingat bumbu apa untuk membuat masakan pagi ini.  Kentang goreng, dengan rebusan sayur. Seperti wortel, brokoli,dan bunga kol. Tidak lupa ikan salmon yang di pangang matang dengan di lumuri bumbu sebelumnya. Atha juga membantu membuatkan sup asparagus. Atha tidak ingin berdiam diri walau hanya untuk satu detik. Terlihat sangat mengiurkan, bahkan Atha sejak tadi sudah ingin mencicipi masakan Mrs.Mira yang sangat enak. Dia membawa piring yang sudah berisi makanan, dan duduk di hadapan Samantha. "Silahkan makan, kenapa cuma di lihat saja."  Ujar Atha melihat piring Samantha yang masih utuh. "Iya, ini juga aku akan makan." Balas Samantha pelan. Kemudian mulai memakan rebusan wortel dengan garpunya. Atha meminum air putih dan mulai menikmati makan pagi, dimulai dengan memakan kentang goreng buatanya. Ah tidak terlalu buruk, biarpun tak seenak buatan Mrs.Mira.  "Em.. Semalam, Kak Atha tidur dimana?"  Tanya Samantha tiba-tiba. Uhuk! Uhuk ! "Y..ya, Samantha?" Ucap Atha setelah meminum air putih.  Atha tersedak karena pertanyaan yang di ajukan oleh Samantha. Apa yang harus di katakan olehnya. Apa dengan bilang bahwa semalam dia tidur di kamar Dominick? Apa nanti tanggapan yang di berika oleh gadis manis di hadapanya sekarang.  "Aku tanya, kakak tidur dimana? Karena tadi pagi kakak tidak ada di sampingku. Saat aku pertama membuka mata." Tambah Samantha masih penasaran. Atha hanya mampu tersenyum dan sesekali memasuka wortel kedalam mulutnya. Dia masih belum mau menjawab pertanyaan Samantha.  "Apa kakak tidur dengan.."  "Untuk apa kau bertanya tentang hal tidak penting seperti itu Sammy?"  Suara bass yang terdengar membuat ucapan Samantha terhenti.  Ketiga orang yang berada di ruangan itu sontak menoleh ke arah sumber suara. Dan disalah dia Dominick sang tuan rumah yang keluar dengan kaos putih dan celana panjang miliknya.  "Kakak.."  lirih Samantha menatap Dominick.  "Sedang apa kau disini? Dan bagaimana bisa kau tahu tempat ini Samantha Abigail?"  Berondong Dominick. Dia sudah tidak bisa lagi bersikap lembut terhadap adiknya.  Ya, karena selama ini Dominick tidak pernah sekalipun memanjakan dia. Bahkan tidak sekalipun, dia menuruti apa kemauan Samantha.  Samantha yang tadinya begitu semangat, entah kenapa kini sekarang menunduk takut. Terlihat jika dia tahu bahwa telah memancing kemarahan Dominick. "Itu, aku mengikuti Rome."  Cicit Samantha takut. "Apa tindakanmu itu benar? Menguntit seseorang? Bukankah sudah aku katakan jangan pergi sesuka hatimu sendirian apalagi tidak ada yang mengawasimu." Seru Dominick dengan nada bicara mulai meninggi. Membuat nyali gadis itu semakin  menciut seketika.  "Aku bisa menjaga diriku sendiri kak, lagipula dirumah tidak ada siapapun. Aku hanya mencari hiburan."  Lirih Samantha menundukan kepalanya. Dia tidak berani menatap kedua mata kakaknya yang sangat menakutkan.  "Mencari hiburan? Setidaknya kau mengabari orang rumah. Apa kau tahu Jonathan sangat khawatir, dia mencarimu kesana kemari. Dia tadi menelponku, hahkan semalam dia menelpon hingga belasan kali. Kau boleh pergi kemana saja tapi jangan menyusahkan orang lain Sammy!!"  Nada ucapan Dominick mulai meninggi, pertanda lelaki itu sedang dalam mode emosi yang tidak bisa di bendung.  Atha membulatkan rentina matanya kaget, pasalnya ini pertama kali dia melihat Dominick berkata panjang lebar. Sejak pertemuan pertama mereka, karena selama ini pria itu hanya membalas ucapan Atha dengan singkat.  "M..maafkan aku kak." Suara gadis itu sedikit tersendat, karena menahan tangis. Dia tidak bermaksud merepotkan orang lain, justru karena dia pergi sendiri dia bisa menjadi mandiri.  Namun tindakannya kali ini tidak bisa di maafkan oleh kakak laki-lakinya. Terlihat dari cara bicara dan juga tatapan kemarahan tersirat dari wajah tampannya. "Setelah makan, kau harus pulang! Ingat minta maaf pada Jonathan atas tindakan sembronomu itu! Dan kau jangan lagi__ " "Sudah cukup, apa kau tidak bisa merendahkan nada bicaramu. Dia itu wanita jangan membentaknya." Potong Atha karena sudah jengah dengan apa yang Dominick lakukan.  Dominick hanya memberikan tatapan kepada Atha, seolah mengatakan jangan menganggu pembicaraan keluarga ini.  "Aku tahu ini bukan urusanku, tapi kita di meja makan. Seharusnya kita menyantap sarapan bukan malah membentak dan mengintimidasi. Apa kau tidak tahu dia sudah ketakutan dengan nada tinggimu. Dia adikmu, bukan bawahanmu yang membuat kesalahan. Dia hanya sekali berbuat kesalahan, seharusnya kau menasehatinya bukan malah membentaknya!"  Emosi Atha yang kini berbalik menatap sengit wajah Dominick.  Dia tidak takut dengan lelaki itu, biarpun dia tahu apa yang akan di terimanya nanti. Tapi dia tidak bisa diam saja melihat gadis dihadapannya yang telah ketakutan akibat mendengar bentakan Dominick.  Lelaki itu menghembuskan nafasnya kasar. "Lanjutkan makanmu, setelah itu temui kakak di Taman belakang."  Setelah mengucapkan kata-kata itu, Dominick pergi begitu saja. Meninggalkan ketiga orang dalam ruangan itu. Samantha masih menunduk dan sesekali menyeka air mata yang keluar dari kedua mata indahnya.  "Hey, angkat kepalamu. Jangan bersedih. Lanjutkan makanmu, aku yakin dia pasti akan memaafkanmu." Hibur Atha, menampilkan senyuman lembut yang menenangkan.  Samantha menganggukan kepalanya dan mulai makan dalam diam, bahkan dia sudah lupa dengan pertanyaannya tadi. Tentang pakaian yang di gunakan Atha saat ini.  . . . To be continued
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN