Part 9

1654 Kata
"Bawa aku pergi dari sini" ***** Sementara Atha sibuk di mansion. Di tempat lain yang  begitu gelap tanpa adanya cahaya sedikitpun. Tidak, bahkan cahaya tak diijinkan untuk masuk kesana. Karena di dalam ruangan itu kini telah terjadi hal yang sangat mengerikan.  Darah tersebar dimana mana, tubuh tak bernyawa berserakan layaknya sampah yang sengaja di buang. Menyisakan seorang lelaki dengan pistol hitam yang tidak lain adalah revolver kesayangannya.   Pria itu, menatap datar ke seluruh ruangan. Seperti tak ada rasa takut atau penyesalan atas apa yang baru saja dilakukanya. Langkah kakinya kini menuju ke pintu keluar, menyerahkan pistolnya kepada lelaki yang telah menunggu sedari tadi di luar ruangan. Ia mengeluarkan sapu tangan dalam saku jas, dan menghilangkan bekas noda darah di kedua tangannya.  Melihat ke sekeliling. Memastikan semua berjalan dengan lancar.   "Kita pulang."  ucapnya dingin.  Pria itu mengangguk paham. Wajah kebingungan dia perlihat. Seperti ingin menanyakan sesuatu. Namun dia memilih untuk urung mengatakanya.  "Kita ke mansion, bukan di apartemen ataupun rumahku." tambahnya seakan tahu apa yang tengah di pikirkan pengawal sekaligus supir pribadinya itu.  Keduanya pergi dari sana, berjalan menuju mobil yang sudah terparkir di luar sejak tadi. Setelah sampai Rome membukakan pintu mobil untuk Dominick. Lalu segera berjalan ke arah tempat duduknya. Melajukan mobil SUV hitam menuju tempat  tujuan bossnya.  Perjalanan terasa sangat lama untuk Dominick, sebenarnya dia ingin pergi ke tempat lain terlebih dahulu. Tapi dia urungkan karena ada hal penting yang harus dia lakukan setelah ini.  "Apa dia masih berada disana Rome?" tanya Dominick santai. "Iya tuan, nona Atha masih berada disana." Balas Rome singkat. " "Atha?" Dominick sedikit mengernyitkan alisnya. Oh benar sejak kemarin dia belum menanyakan nama gadis itu.  "Nama gadis itu adalah Atha. Dia memberitahukan namanya kepada saya tadi." Ujar Rome dengan masih serius menyetir. "Oh."  "Tadi, dia mencoba untuk kabur." Imbuh Rome.  "Kabur? Dia masih memiliki nyali untuk melakukan itu?"  "Iya, tuan. Dia kabur lewat depan, terus berlari mengikuti jalan. Tapi saya berhasil mengejarnya dengan mobil. Karena dia kelelahan saat sudah berlari terlalu jauh." Dominick tidak menyauti ucapan Rome lagi. Dia memilih untuk mengambil ponsel miliknya, mengirim pesan pada seseorang.  Atha yang mencoba kabur menurutnya tidak terlalu penting juga. Sebab mansion yang dia miliki sangat jauh dari pusat kota. Begitu jarang mobil walau hanya sekedar lewar. Apalagi mengingat wanita itu hanya sementara saja ada di sekitarannya. Dominick tidak ingin terlalu memikirkannya.  Ketika keinginan untuk memiliki anak terpenuhi maka dia akan segera membuang gadis itu. Terkesan tidak berperasaan? Memang seperti itulah dirinya, tidak mau sedikitpun bersusah payah untuk memikirkan masalah yang tidak seharusnya dia pikirkan.  "Terus awasi dia, jangan sampai dia bisa kabur lagi dari sana." perintah Dominick pada Rome.    "Tentu tuan!"  ***** Setelah makan malam Atha memilih untuk pergi ke belakang rumah, dimana ada sebuah ayunan kayu yang berbentuk bangku panjang. Mencari udara segar, karena rasa bosan yang di landanya. Dan mencoba kembali berpikir cara untuk kabur dari tempat terkutuk ini.  Atha menghembuskan nafasnya kasar. Mengingat bagaimana dia bisa tetangkap lagi oleh pria bernama Rome itu. Padahal dia tadi sudah sangat bahagia karena bisa kabur dengan sangat mudah. Setelah makan siang, Atha melihat suasana sepi di Mansion. Tidak ada tanda - tanda keberadaan pria dingin yang selalu saja mengawasinya. Kemudian, Mrs Mira yang sibuk di dapur. Membuat Atha bisa menjalankan misinya. Dia berlari cepat ke pintu depan, sambil sesekali melihat sekitar. Setelah berhasil keluar, dia langsung berlari dengan bertelanjang kaki. Terus berlari menusuri jalan yang kemarin, sambil sesekali menoleh ke belakang. Memastikan bahwa tidak ada yang menyadari rencana kaburnya.  Atha terus berlari menyusuri jalan beraspal, karena memang ini satu-satunya akses jalan untuk menuju mansion. Entah sudah berapa lama dia telah berlari, mungkin satu jam tapi tetap saja tidak menemukan orang yang lewat.  Membuat Atha mulai kehabisan tenaga.  Karena sudah tidak kuat lagi, Atha memutuskan untuk duduk di pinggir jalan. Mengistirahatkan kakinya yang terasa ingin copot. Dia mengipas ngipas wajahnya dengan tangan, mencoba mengeringkan keringat yang sudah mengucur deras di lehernya. Sambil terus memikirkan nasib dia selanjutnya. "Bisa kita pulang sekarang, nona." Ucap seorang pria yang kini berdiri di samping kanan Atha. "Astaga!!!" Pekik Atha kaget. Dia sedikit terjerembab ke samping. "K...kau..!!" Tunjuk Atha pada pria yang tak lain adalah Rome. Dia bahkan juga melihat mobil hitam yang tak jauh dari posisi mereka.   "Saya sudah mengatakannya kemarin, anda tidak akan bisa kabur dari sini. Saya mohon sekarang kembali ke Mansion. Sebelum tuan Dominick kembali." Terangnya serius. "Aku tidak mau!! Apa sejak tadi kau sudah mengikutiku?" Tanya Atha memincingkan matanya. "Oh! Atau kau memang membiarkanku kabur? Dan tak menghentikanku sejak awal?! Hah? Iya kan? Katakan padaku!" Rome tidak menjawab pertanyaan Atha. Dia justru langsung mengendong Atha ala bridal style. Tak memperdulikan teriakan protes yang keluar dari mulut Atha. "Lepaskan aku! Ya! Turunkan aku! Aku tidak mau kesana!" Usahanya gagal! Rome tidak mau melepaskan Atha. Bahkan pria itu terus saja diam dari sana hingga tiba di Mansion. Membuat Atha kembali uring-uringan. "Aku harus mencari cara lain sepertinya!" Gumam Atha kesal. Atha kini tengah menatap langit yang begitu cerah. Terlihat bintang-bintang yang memancarkan sinar. Setidaknya ini bisa menjadi penghilang rasa kesalnya.   Atha tidak menyangka sekarang Ia menjadi wanita pemuas nafsu pria yang tidak dia ketahui apapun tentangnya. Bahkan pria itu juga tidak mau untuk memperkenalkan dirinya pada Atha, sepertinya dia tidak sudi mengenal Atha. Tentu saja, pria kaya seperti dia mana mungkin mau bergaul dengan wanita yang dia beli dari sebuah club, tempat rendahan yang dianggap sebagai tempat terkutuk dengan penuh dosa.   "Huft!" Atha mengembuskan nafas kasar. Sudah terhitung lima kali Atha melakukannya. Seperti ingin membuang sebuah beban yang kini menghimpitnya. Tapi semua itu justru membuat dadanya semakin terasa aneh.   Entah perasaan apa yang tengah dirasakannya kini, hatinya sejak tadi sangat gelisah. Dan sejak tadi dia selalu merubah bentuk duduknya. Dari duduk di tengah, pingir, hingga tidur terlentang diatasnya. Ah tak terhitung banyaknya gaya itu.  Tanpa Atha sadari sedari tadi ada sosok pria yang memperhatikan gerak-geriknya. Sejak pertama Atha duduk disana, dan Atha tidak menyadarinya sedikitpun. Mungkin efek lamunannya yang begitu hebat. Jadi dia tidak memperhatikan sekitarnya.   "Mau sampai kapan kau bergerak gerak aneh seperti itu?!" ucap seorang lelaki dengan dinginnya.   "Aaaakh!!" Atha terkejut dan langsung terjatuh dari ayunan, membuat pantatnya sedikit terasa ngilu.   "Kenapa di luar?" Dominick kembali bertanya pada Atha. Tidak perduli jika gadis itu baru saja jatuh dari ayunan.  "Tidakkah kau membantuku berdiri?! Dasar tidak punya hati."  gerutu Atha dengan mencoba untuk bangkit. Menepuk nepuk pantatnya karena terlihat ada sedikit debu disana.   "Kenapa tidak tidur?"    Lelaki ini!! Atha ingin menjambak dia rasanya.  "Di dalam panas." jawab Atha ketus,  berjalan ke arah ayunan dan kembali duduk disana. Namun bibirnya tidak berhenti bergumam tidak jelas. Menyumpahi lelaki dengan jas hitam yang masih melekat di tubuhnya.   Tanpa di duga lelaki bernama Dominick berjalan ke arah Atha, dan mendudukan dirinya di atas ayunan kayu.  Di samping Atha. Karena terkejut Atha sedikit menjauhkan diri darinya.   "Ada ac di kamar tidurmu, dan balkon kamar juga tidak memiliki penutup kenapa tidak kesana saja." ucapnya sekali lagi.   "Aku inginnya disini, kenapa kau jadi cerewet begini." kesal Atha membuang mukanya ke arah lain. "Lagipula kenapa kau malah kesini?"   "Apa aku harus punya alasan?". "Iya, tentu saja! Karena sejak tadi kau malah seperti seorang wartawan yang terus saja mengajukan pertanyaan." Balas Atha sengit. "Membuatku semakin kesal saja.  "Sebaiknya kau masuk sekarang."  ucapnya menyenderkan punggung tegap itu ke ayunan.   Lihat bukan? Dominick justru mengatakan hal lain. Bukannya menjawab pertanyaan Atha. Ingin sekali Atha mencekiknya sekarang.  Lalu Athapun tidak mengindahkan perintah Dominick. Dia memilih untuk tetap duduk disana. Atha tidak suka di suruh - suruh.  Apa sih yang ada di otak pria tampan ini sebenarnya?   "Kalau aku tidak mau?" tanya Atha memancing emosi Dominick.   "Masuk sekarang!"  nada suara Dominick berubah menjadi sangat dingin dan kali ini Atha merasa terintimidasi dari ucapan itu.  Tubuh mungilnya langsung bergegas untuk berjalan masuk kedalam mansion. Entah kenapa dia merasa takut, karena ada maksud tang tertangkap di balik nada bicara Dominick.     Grep!   Tanpa di duga, gerakan langkah kaki Atha terhenti. Karena cekalan dari tangan Dominick, sontak Atha menolehkan pandangannya ke arah lelaki itu. Dan dapat terlihat pandangan mata Dominick mulai mengelap, seperti ada sesuatu yang tertahan. Namun memberontak ingin di keluarkan.   Atha mencoba untuk melawan, dia tidak mungkin terus berada di dekat pria itu. Tidak mungkin kan pria ini akan melakukan hal itu kepadanya malam ini.   "A.. Apa yang kau lakukan? A.. Aku ingin masuk ke dalam." bibir Atha mengucapkan kata yang terputus putus.   Dia ternyata tiba-tiba saja dilanda rasa ketakutan yang tidak pernah Atha rasakan selama ini. Dia berniat untuk menggunakan teknik bela dirinya, tapi entah kenapa dia tidak bisa melakukannya. Tubuhnya serasa kaku sulit untuk di ajak bergerak.   "Aku berubah fikiran, malam ini kita akan melakukannya.".   Dominick langsung menarik tangan Atha hingga tubuh Atha kini sudah di atas pangkuan Dominick, dia mencoba untuk menberontak, tapi tenaganya tidak cukup kuat untuk melakukan hal itu. Dominick memeluk Atha sangat kuat.   "Jangan bermain-main denganku, cepat lepaskan aku tuan!" Atha berteriak di depan wajah Dominick.   "Bukankah kau sudah kubeli, jadi aku bebas melakukan apapun pada dirimu." balas Dominick santai.  "Sampai kapanpun aku tidak akan sudi!! Lebih baik aku mati saja daripada harus melayani pria b******k sepertimu!!" Dominick sama sekali tidak terpengaruh dengan apa yang baru saja Atha katakan, dia justru makin mendekatkan tubuh Atha pada dirinya.    Hingga wajah mereka kini hanya berjarak beberapa centimeter saja.   "Kau ingin mati? Baiklah akan aku kabulkan permintaan mu! Kau akan mati dalam kenikmatan."Dominick memberikan seringaian licik.   Dia lalu bangkit dari tempat duduk dan mengendong Atha ala bridal style. Berjalan masuk ke dalam Mansion miliknya. Tidak memperdulikan teriakan Atha yang terus memohon untuk menurunkannya. Suasana disana sangat sepi, tentu saja karena hanya ada mereka berdua saja. Mrs Mira akan pulang jika sudah sore hari, wanita itu hanya bekerja untuk Dominick dari pagi hingga sore. Malamnya dia akan pulang ke rumah dengan di antar oleh Rome.   Sementara Rome juga kembali ke kediamannya, dia akan datang jika Dominick menelponnya. Atha benar-benar sangat ketakutan sekarang. Apa yang akan terjadi dengan dirinya, apa dia akan kehilangan harta berharganya malam ini? Tuhan! Semoga saja itu tidak terjadi. . . . . . To be continued
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN