PART 8 - SYARAT

1215 Kata
Apabila kamu disuruh memilih orang yang paling kamu cintai tetap bersamamu, tapi tidak bahagia. Atau melepaskannya pergi agar dia punya kesempatan baru, untuk masa depannya. Untuk hidupnya nanti yang jauh lebih baik, maka kamu pilih yang mana ?- karyapemuda.com - *** Sekolah Amina, Selasa, pukul 8.00 WIB Aamina tidak sabar untuk cerita pada Risa tentang kunjungan kemarin ke rumah Fatih dan membahas masalah wasiat neneknya tentang pernikahannya dengan Fatih. "Coba! Udah kayak mau ngelamar kerja aja kan pake syarat segala! Mana syaratnya aneh-aneh aja lagian!" Rutuknya dengan ekspresi kesal. "Emangnya syarat dari Mas Fatih apaan aja Mi?" Tanya Risa sambil membuka buku yang diperintahkan guru Agama di depan kelasnya. "Kalo emang lu pengin harta lu balik, ya mau enggak mau lu harus nurutin syaratnya kan?" Tambahnya. Aamina juga ikut membuka bukunya sambil menanggapi respon Risa. "Kalo syaratnya gampang mah, gue enggak komplen mak! Emang dasar sok kegantengan Fatih itu, ngasih syaratnya susah banget!" Ujarnya agak keras dan mengundang perhatian teman-temannya yang lain. Sang Guru Agama di depan juga jadi memperhatikan Aamina dan Risa. "Aamina, silakan dibaca dengan keras, teks di halaman 24 ya" perintah sang Guru. Aamina membeku mendengarnya. Karena yang tertera pada halaman 24 di buku Agamanya adalah ayat Al Qur'an dan terjemahannya. Sedangkan Aamina belum bisa membaca Al Qur'an. Ia menelan ludahnya. "Aamina!" Tegur Bu Guru. "Artinya aja ya Bu?" Usul Aamina. Sang Guru mendelik menatap Aamina. "Baca semua!" Ulangnya. "Itu ada latinnya kan!" Sergah Bu Guru gemes sama Aamina. Aamina melonjak dan terbata-bata membaca semua yang tertulis di halaman buku tersebut. Semua temannya dengan sabar mendengarkan Aamina membaca. Dan menghela napas bersamaan ketika Aamina selesai membacanya. "Latihan membaca di rumah Aamina, dan jangan banyak ngobrol di kelas!" Tukas Bu Guru, galak. Aamina mengangguk sambil menelan ludah. "Untuk PRnya, menghapal semua ayat yang ada pada bab ini. Sebelum kita melanjutkan ke bab berikutnya" ujar Bu Guru. Aamina makin bersungut-sungut mendengar Bu Guru yang memberi PR. Sang Guru dengan tenangnya melenggang keluar dari kelas. "Terusin deh yang tadi, syarat dari Mas Fatih apaan emangnya?" tanya Risa setelah melihat sang Guru menghilang di balik pintu. "Ini sumpah, kayak gue yang kebelet pengin nikah sama dia jadinya!" sungut Aamina kesal. "Syarat untuk masuk kriteria sebagai calon istrinya nih ya : 1. Single, artinya gue harus putusin Ega. 2. Harus shalat lima waktu, enggak boleh tertinggal. 3. Belajar ngaji supaya bisa ngaji. 4. Dilarang dugem. 5. Rok sekolah ganti yang panjang. 6. Dilarang pake baju yang minim atau ketat. Duuuh masih banyak lagi deh. Kayaknya gue harus catet terus dilaminating biar inget. Kalo gue setuju, baru dia mau nikah sama gue. Ya gue males juga denger syaratnya yang bejibun gitu" tutur Ammina dan membuat Risa terpaku meratapi nasib sahabatnya ini. "Ya ampun, lu yang sabar ya Mi," ujarnya sambil memegang bahu Aamina. Aamina menunduk dengan ekspresi sedih yang dibuat-buat. *** Sekolah Aamina, 14.00 WIB Cuaca siang itu sangat panas, matahari tidak segan-segan menyengat kulit siapapun yang terkena sinarnya. Sama seperti suasana hati Aamina saat ini ketika Ega mendatanginya sebelum ia pulang sekolah. Dan keputusan sudah ia mantapkan dalam hati. "Jadi lu pilih mau nikah sama om om itu dan mutusin gue??" Aamina mengangguk. "Iya, Ega." Ega menggelengkan kepalanya dengan ekspresi kesal. "Gue enggak nyangka lu bener-bener gila harta ya, Mina" Ega mendengus, "lo rela menikah sama cowok yang bahkan lo enggak kenal demi dapetin harta warisan? Gila!" "Lu enggak perlu menghujat gue, Ga. Lu yang enggak ngerti kenapa gue harus mempertahankan aset nenek gue itu," ujar Aamina. Ega berdecak mengejek. "Ck. Seakan-akan itu alasan yang bener. Padahal lu emang takut miskin dengan harta yang ada sekarang kan?" Mata Aamina membesar mendengar pernyataan Ega. "Terserah deh lu mau bilang gue apa. Enggak perduli juga!" sahut Aamina datar. "Lu akan nyesel karena memilih cowok tua itu dari pada gue Mina!" seru Ega seraya menunjuk Aamina dengan jarinya tepat di wajahnya. Risa dan teman lain yang melihat pertengkaran Aamina dan Ega saling berpandangan. "Waduh kacau ni Ris, Ega kayaknya enggak terima diputusin Aamina" seru Laila, teman Aamina yang lain. "Kayaknya begitu La" sahut Risa. Risa dan Laila masih memperhatikan Aamina dan Ega dari jauh dan cukup tersembunyi. Ega memicing menatap Aamina. "Jangan sampai lu yang mohon-mohon nanti minta balikan sama gue ya, Mina" ujarnya seraya menyisir rambutnya yang acak-acakan. Keren sih gayanya Ega, menurut Aamina. Enggak, menurut semua cewek-cewek di sekolah ini, Ega itu keren. Dahi Aamina berkerut. "Issh, Ega. Kenapa sih harus marah-marah gitu? Kita kan bisa tetep temenan. Cuma kita enggak bisa dugem bareng lagi aja." "Ck! Pasti Om lu itu enggak bolehin lu dugem kan? Apa enaknya sih hidup lu kalo diatur-atur begitu, terkekang? Harta lu memang banyak nanti, tapi lu hidup kayak di sangkar burung! Buat apa??!" Ega menggelengkan kepalanya. "Tapi itu udah pilihan lu, ya udah. Semoga aja lu enggak menyesal!" "Iih Ega! Kok begitu sih ngomongnya?!" Hati Aamina menjadi ciut mendengar penuturan Ega barusan. Bener juga sih, gue banyak duit. Tapi dilarang ini itu sama suami gue nanti? Buat apa duitnya? Iiiihhh....kenapa enggak kepikiran sebelumnya yah? Batin Aamina mulai berkecamuk bimbang. Ega kembali mendengus kesal. "Ok, kita putus! Lu tahu gue orang yang cepet move on. Banyak yang pengin jadi cewek gue kok. Gue tinggal tunjuk aja," ujarnya sombong. Aamina memandang ke arah Ega dengan kecut. Ia mengangkat bahunya. "Iya, gue tahu kok" sahutnya malas. Kemudian Ega berdiri dan melenggang meninggalkan Aamina dengan angkuhnya. Aamina menatap punggung Ega dengan heran. Gue baru sadar kalo Ega sombong banget kayak gitu, batinnya. Risa dan Laila menghampiri Aamina yang duduk sendirian. Mereka berdua berniat menghibur Aamina. "Lu enggak apa-apa kan Mi?" Tanya Risa lebih dulu. Aamina memejamkan matanya dan memutar-mutar kepalanya berpusat pada lehernya. Kemudian menghela napas cepat sekaligus mendengus mengeluarkan suara. "Hhhhhh!!" Ada jeda setelahnya. "Gue baik-baik aja!" "Lu yakin Mi? Kok gue curiga lu bakalan gila ya?!" Seloroh Risa asal. Laila dan Aamina menatapnya kemudian sama-sama memukuli punggung Risa sambil tertawa bersama. "Iya gue juga takut Aamina gila, Ris," timpal Laila sambil mengangguk. "Lo udah ambil keputusan yang bener Mi, Fatih pasti bisa bikin lo lupa sama Ega. Gue yakin," ujar Risa dan membuat hati Aamina tenang lagi. "Itu kalau elo sanggup menuhin syaratnya kan?" lanjutnya terkekeh. "Siaul!" Aamina memukul bahu Risa. "Baru juga satu syarat yang lo ikutin, yang lain masih banyak tuh...." "Semangat!" ujar Risa dan Laila berbarengan. Ponsel Aamina berbunyi sekali. Tanda ada notifikasi pesan yang masuk ke ponselnya. Om Jutek Saya enggak bisa jemput kamu. Pak Sapto dan Nuriah yang jemput kamu ya. Risa dan Laila ikut melongokkan kepalanya mendekati ponsel Aamina. "Om Jutek??" tanya Laila. "Iya, kan dia jutek banget. Ya kan, Ris?" tanya Aamina minta dukungan. "Ya dikit sih. Pelit senyum aja. Tapi ganteung pake buangggeeett!" sahut Risa bercanda. "Cieeee! Berarti resmi nih ya. Kalo lu adalah calon istrinya Mas Fatih?" Ejek Risa. "Lo udah putus kan dari Ega?" tanyanya. Aamina mengangguk dan tersenyum miring. "Entahlah. Kok kata-kata Ega terngiang-ngiang di telinga gue ya, Ris." "Udah, enggak usah didengerin! Lu harus yakin sama pilihan lu Mi. Gue rasa emang Mas Fatih itu cocok jadi suami yang baik," ujar Risa menenteramkan hati sahabatnya. "Tapi lu tahu kan, nantinya gue enggak akan bisa dugem lagi sama lo sampe tengah malem. Enggak bisa ini, enggak bisa itu," ujar Aamina. "Itu sih udah nasib lo Mi. Gue sih tetep bisa dugem sama Laila dong. Ya kan La?" Risa lagi-lagi meledek Aamina. "Sialan!" Aamina menjambak rambut Risa yang dikuncir kuda. "Cumi!! Sakit tahu!" jerit Risa. "Tuh, Mbak Nuriah dateng. Hati-hati di jalan ya Nyonya Fatih" ledek Risa dan Laila bersamaan sambil terkekeh geli. Mata Aamina membesar mendengar ledekan teman-temannya. Namun tidak ia pungkiri hatinya menghangat mendengar kata Nyonya Fatih yang disematkan padanya. Nyonya Fatih? Tanpa sadar bibirnya menyunggingkan senyum yang cukup lama. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN