Bagian 6

1510 Kata
Proses menjadi CPNS masih terus berlanjut. Sabrina harus menyerahkan file atau berkas asli atas berkas yang pernah diuploudnya pada web. Lusa, Sabrina diminta datang ke gedung BKD untuk memberikan berkas yang telah diuploudnya. Setelah berkas diberikan, tentu saja dia tidak langsung diterima begitu saja. Dia harus menunggu sampai tanggal pengumuman apakah berkasnya telah valid dan terverifikasi tanpa ada berkas tipuan. Atma dan Kanaya sudah memaksa Sabrina agar mereka yang mengantarkan Sabrina ke gedung BKD. Mereka tidak ingin merepotkan Bima. Dan tentu saja mereka merasa sungkan dengan Darma karena terus merepotkan Bima. Makan malam untuk merayakan kelolosan Sabrina tes SKB satu minggu lalu berjalan lancar. Darma dan Bima menyambut hangat undangan keluarga Sabrina. Walaupun tentu saja Darma sungkan karena harus bergabung dengan keluarga Sabrina. Namun, karena mereka sudah merasa seperti keluarga membuat Darma tidak bisa menolak ajakan Sabrina. Malam itu berjalan dengan penuh kehangatan walaupun udara Kota Batu tentunya selalu dingin. Namun, canda tawa dan kebahagian yang sedang dirasakan membuat suasana menjadi hangat dan penuh cinta. Didukung dengan pemandangan alam Batu dan Malang yang terlihat dari kawasan tempat mereka makan semakin membuat suasana menjadi lebih hangat. Lokasi restoran yang berada di atas dataran tinggi membuat pemandangan yang terlihat semakin cantik. Lampu berwarna putih dan kuning yang nampak kecil dan berkelip terlihat dari atas restoran menambah keindahan makan malam dua keluarga itu. "Pokoknya ya Sab, nanti kamu ke gedung BKD harus sama ibuk dan ayah. Jangan merepotkan Bima lagi. Ibu sungkan sama bu Darma dan tentu saja dengan Bima juga." Peringat Kanaya setelah mereka sarapan. "Iya, Sab. Toh ayah masih bisa meluangkan waktu. Ke kebun juga tidak harus setiap hari. Jadi jangan sungkan minta ayah untuk antarkan. Ayah paham kamu tidak ingin merepotkan ayah atau ibuk, tapi lebih merepotkan lagi jika minta tolong ke orang lain yang bukan keluarga. Ya walaupun Bima sudah kenal dengan keluarga kita lama. Tapi rasa-rasanya ayah tetap merasa sungkan." Atma ikut nimbrung dan menyambung ucapan sang istri. "Iya, buk. Iya, yah. Besok lusa tolong ayah dan ibuk antar Sab ke gedung BKD ya." "Siap. Ibuk juga rasanya kangen jalan-jalan ke area sana." "Ibuk kapan ndak pinginan ke mana-mana." Atma tertawa karena berhasil meledek Kanaya. "Ya gak apa tho, yah. Kita kan juga terakhir liburan ke kebun teh kemarin. Walaupun nanti kita hanya mengantar Sab ke gedung BKD tapi kita bisa kulineran ke cafe-cafe atau restoran yang baru." "Ya terserah ibuk saja. Ayah ngikut saja." "Sab juga terserah ibuk dan ayah. Pokok nanti kita selesaikan dulu urusan Sab, baru setelah itu kita jalan-jalan seperti saran ibuk." "Siap." Jawab Kanaya dan Atma bersamaan. Membuat keluarga itu tertawa di pagi hari. Rasanya menyenangkan jika bisa menghabiskan waktu bersama dengan keluarga. Dengan makan bersama rasanya itu sudah cukup. Disela-sela waktu makan bisa dimanfaatkan oleh mereka untuk saling berbincang dan sharing tentang apa yang sudah terjadi dan terlewati hari itu. *** Bima hari ini berjualan seperti biasanya di beberapa SD. Siswa SD lebih menyukai jajanan yang unik seperti harum manis yang dijual oleh Bima. Hal itu yang membuat Bima tidak ingin banting setir ke produk jualan yang lain. Dia bersyukur selama apa yang dia usahakan mendapatkan rejeki bahkan lebih banyak dari yang dia harapkan. Saat Bima memarkirkan motornya dan bersiap mengemas jajanannya, Bima melihat wanita tempo lalu yang dia temui di warung lesehan saat menunggu Sabrina tes. Bima bahkan hampir lupa ketika mereka bertemu karena beberapa hari ini dia tidak melihat wanita itu berjualan di sini. Masalah saat itu juga belum menemukan titik terang. Bima cuek dan merasa bodoh amat saja, karena dia merasa tidak ada urusan dengan wanita itu. Namun, harapan Bima mungkin hanyalah jadi harapan karena wanita itu tiba-tiba berjalan ke arahnya. Mau apalagi juga wanita itu. Batin Bima. Dia sedang tidak ingin berurusan dengan wanita itu. Dia tidak mengenalnya. Dan dia tidak suka jika tiba-tiba ada orang yang mengusik hidupnya. Merepotkan saja rasanya. Namun hal itu tentu saja berbeda jika berkaitan dengan Sabrina. Kalau Sabrina minta diantar atau dijemput ke mana dan di mana saja tentu dengan senang hati dia akan mengantarkannya dengan selamat. "Gimana tawaranku saat itu? Kamu mau bantu aku ndak?" Tiba-tiba saja wanita itu ada di hadapannya dan menanyakan ke permasalahan langsung. "Apa itu tawaran? Jadi aku bisa menolak dong jika itu sebuah tawaran." Bima langsung menjawab dengan sinis. Enak saja wanita itu tiba-tiba datang kepadanya dan mengatakan hal itu. "Tolong bantu aku. Aku nggak tahu harus minta tolong ke siapa lagi. Hanya kamu yang saat itu datang membantuku ketika lelaki itu membuat kerusuhan." "Aku harus membantu apa?" "Kamu mau nggak pura-pura melamarku?" "Kamu gila? Jangan minta aneh-aneh kamu. Kita baru bertemu tiga kali dan kamu dengan tiba-tiba membicarakan hal konyol." "Pelankan suaramu. Kita jadi pusat perhatian banyak orang." Bima diam dan melihat ke sekelilingnya. Dan benar saja. Pedagang lain dan beberapa orang tua siswa yang menunggui anaknya memperhatikan mereka karena tiba-tiba Bima berucap cukup keras dan dengan nada tinggi. "Bisa kamu tidak menggangguku? Aku mau jualan. Jadi tolong jangan menggangguku dan membuat para pelangganku menjadi ketakutan." "Aku tidak mau pergi sebelum kamu memberikan jawaban atas pertanyaanku." "Tentu saja tidak." Bima langsung menjawab dengan tegas. "Aku nggak peduli. Pokoknya aku akan membuat kamu menyetujui rencanaku. Ini hanya pura-pura." "Aku juga tidak peduli. Silahkan pergi atau aku yang akan pergi." Lebih baik dia mengalah dari pada orang-orang memperhatikannya terus. "Jangan harap hidupmu setelah ini tenang. Aku akan terus menemuimu hingga kamu mengatakan iya." Wanita itu segera pergi setelah mengucapkan hal itu. Bima pun bodoh amat melihat kelakuan wanita itu. Dia hanya berharap agar pelanggan tidak membatalkan niatnya untuk membeli harum manisnya. Dia juga tidak paham kenapa tiba-tiba wanita itu selalu menemuinya dan mengganggunya. *** Hari ini adalah waktu untuk Sabrina mengumpulkan berkas ke gedung BKD Malang. Berkas sudah dia siapkan sejak saat mendaftar dan sudah dia cek ulang serta dilengkapi dengan hasil yang menyatakan bahwa dia lolos seleksi. Atma dan Sabrina sudah menunggu Kanaya untuk segera menuju ke mobil. Kanaya tadi pamit untuk mengecek kondisi listrik dan kompor serta menutup seluruh akses pintu dan jendela agar rumah aman. Namun, waktu sudah berjalan 10 menit tapi Kanaya tidak segera muncul. "Coba kamu cek ibu masih ngapain di dalam, Sab." Atma yang sudah tidak sabar pun meminta Sabrina untuk menyusul ke dalam rumah. Sabrina ke luar mobil dan menuju ke rumah. Belum sampai Sabrina di pintu rumah, Kanaya sudah siap mengunci pintu. Sabrina pun berjalan kembali ke mobil. Setelah mengunci gerbang rumah, Kanaya masuk ke kursi depan di dekat Atma. "Ada yang tertinggal kah, Sab? Tadi ibu lihat kamu mau masuk ke dalam rumah." Kanaya segera menanyakan keheranannya sebelum mereka sudah melaju jauh dari rumah. "Nggak ada, buk. Tadi mau manggil ibu kok lama nggak segera ke luar." "Oh. Itu tadi ibu masih mampir ke kamar mandi." Sabrina hanya menganggukkan kepala saja. Yang penting mereka segera berangkat. Karena dia harus sudah di lokasi setengah jam lebih awal dari waktu yang ditentukan. Selain mengumpulkan berkas untuk diverifikasi secara langsung, pihak panitia seleksi juga akan mengadakan sedikit sharing tentang apa-apa yang harus dia lakukan dan dia persiapkan sebelum terjun ke dunia CPNS. Setelah kurang lebih 30 menit, akhirnya mereka sampai di gedung BKD. Dia harus segera bergegas ke arah gedung tempat dia menerima informasi dan mengumpulkan berkas. Setelah berpamitan kepada kedua orang tua, Sab segera berjalan menuju lokasi. Dia tidak ingin terlambat dan ketinggalan informasi. Tiga jam setelah mengumpulkan berkas dan pemberitahuan informasi tentang dunia CPNS yang berlangsung selama satu setengah jam, Sabrina berjalan menemui orang tuanya kembali. Dia melihat orang tuanya sedang asyik berbincang dengan sepasang orang tua. Sabrina tidak mengenalnya. Namun sepertinya mereka juga orang tua dari peserta yang sama sepertinya. Sabrina pun menghampiri orang tuanya dan memberikan salam kepada sepasang orang tua di depannya. Setelah berpamitan dengan mereka, Sabrina dan orang tuanya melanjutkan perjalanan seperti yang diinginkan ibunya. Ibunya ingin jalan-jalan ke Jatim Park 3. Walaupun orang Malang, mereka belum pernah berkunjung ke tempat tersebut. Jatim Park 1 dan 2 mereka sudah pernah menikmatinya bersama. Untuk saat ini mereka ingin jalan-jalan ke lokasi tersebut. Jatim Park 3 adalah salah satu wisata di Malang yang terinspirasi dari film Jurassic Park. Walupun tentu saja bukan dinosaurus asli, namun taman dinosaurus ini diharapkan membuat pengunjung bisa merasakan hidup yang berdampingan dengan hewan yang pernah hidup berjuta-juta tahun yang lalu. Jatim Park 3 dibangun dan dikembangkan dengan teknologi kualitas tinggi. Terdapat tiga zona utama di kawasan wisata ini yaitu museum patung lilin, museum musik, dan yang paling populer adalah taman dinosaurus. Setelah membayar tiket masuk, keluarga Sabrina mulai berkeliling ke berbagai area yang ada di kawasan wisata Jatim Park 3. Harganya memang lebih tinggi dari wisata lain yang ada di Malang, namun harga tentu saja berkaitan dengan teknologi yang ditawarkan oleh pengelola wisata. Di kawasan wisata yang luas ini juga tersedia E-Bike Station. E-Bike adalah kendaraan roda tiga yang bisa membawa penumpang dan barang yang dibawa jika lelah berjalan untuk berkeliling di kawasan Jatim Park 3. Harga yang cukup mengkocek dompet untuk masuk ke kawasan wisata ini tentunya didukung dengan berbagai fasiltas dan wahana yang ditawarkan. Ada wahana jelajah 5 zaman, museum dino, the rimba, ice age, kolam elasmo saurus, life with dino, jembatan akar, active fun house, museum lilin the legend, dan museum musik dunia. Sabrina sudah berjalan dengan semangatnya mengelilingi dan menjelajahi segala wahana yang ditawarkan. Sedangkan Kanaya dan Atma mengikuti dengan pelan karena kaki yang sudah cukup lelah.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN