Satu hal terjadi pada Sei saat jam kerjanya selesai. Dia mendapat telepon dari kakeknya yang meminta dia datang ke rumah keluarga besar. Sei tahu benar kalau Sally pasti mengadu pada kakeknya akan masalah yang terjadi di studio.
"Anak kecil, " guman Sei.
Dia sendiri tidak tahu kenapa kakeknya begitu menyayangi Sally dibanding dirinya. Dia bahkan tidak menyayangi ayahnya yang bahkan darah dagingnya. Kakeknya justru lebih menyayangi Sally yang merupakan cucu dari teman masa kecilnya.
Sei pun menyelidiki hal tersebut, dan kenyataan yang terjadi cukup menghancurkan hatinya. Rupanya kakeknya menikah dengan neneknya yang sudah meninggal karena dijodohkan, sedangkan nenek Sally adalah cinta dalam hidupnya. Anehnya ia sekarang justru melakukan hal serupa padanya. Jika Sei menolak Sally maka ia akan dihapus dari daftar warisannya.
"Apa yang sudah kamu lakukan sehingga kakek mu marah - marah?" tanya James yang merupakan ayah Sei.
"Anak kecil itu kembali mengeluh, aku sudah biasa dengan hal itu, " ucap Sei.
James menghela nafas panjang. Kondisi nya yang saat ini lumpuh membuatnya tidak berdaya sehingga ia tidak bisa bekerja. Hanya istrinya yang saat ini merawat dirinya. Ia pun tiap hari harus menyaksikan adik- adiknya membuat masalah untuk Sei yang memimpin perusahaan dengan baik. Pasti hal ini akan mereka manfaatkan untuk
menjatuhkan Sei.
"Gadis itu lagi," gerutu James. Dia sendiri tidak suka dengan Sally yang selalu bertindak seolah ratu di keluarga ini karena mendapatkan kasih sayang ayahnya.
"Ayah tidak akan memaksa mu menikahinya. Ayah hanya mengingatkan mu kalau posisimu sebagai CEO tergantung pada pernikahanmu dengan Sally, " ucap James.
"Baguslah kalau kamu menasihati anak mu dengan benar," tiba- tiba kakek Homes datang menyela ucapan James. Pria yang berjalan dengan tongkat dan tertatih menuju ke kursi itu melewati mereka. Lalu menatap tajam ke arah Sei saat berhasil duduk di sofa.
"Ayah, akan lebih baik kita mendengar penjelasan Sei," sapa James.
Sebagai orang tua ia ingin membela anaknya. Sekali- sekali James ingin ayahnya tahu kelakuan anak manja yang ia sayangi.
"Kenapa kamu sampai mempermalukannya Sei? Dia menangis di depan ku dan merasa hancur," ucap Kakek Sei.
"Dia lah yang mempermalukan diri sendiri Kek. Tanpa alasan dia memaki artis yang membuka kaos karena kepanasan saat latihan. Dia juga terganggu melihat artis yang beristirahat saat selesai berlatih, ---"
"Diam! apa kamu tidak puas membuatnya menangis? sekarang kamu justru menjelekkan Sally di depan ku," Potong kakek Sei dengan marah.
Paman Sei yang merupakan adik ayahnya berdatangan setelah mendengar kakek Sei yang berteriak. Mereka menyaksikan dengan senang pertunjukan di mana sang ayah menekan Sei. Itu karena mereka menginginkan posisi Sei.
Sei semakin sesak karena kedatangan paman - pamannya.
"Kurasa aku tidak memiliki alasan untuk tetap di sini. Sebab apapun yang aku katakan hanya akan salah di mata mu Kek," ujar Sei.
Dia pun tanpa ragu meninggalkan rumah keluarga besarnya. Sei merasa kesulitan bernafas jika ia berada lebih lama di sini.
"Berhenti! dasar cucu kurang ajar!" maki kakek nya Sei.
"Ayah, jangan marah. Hati hati dengan jantung mu," ucap Sam.
"Kamu tidak perlu sok perhatian padaku. Walau Sei kurang ajar tapi kamu masih belum sebaik dia dalam memimpin perusahaan," hardik Kakek Homes.
Tidak ada satupun yang ia sukai di rumah ini. Bagi Homes mereka adalah orang yang merebut posisi Sally. Seharusnya Sally menjadi cucunya dan ibunya Sally, Rebeca menjadi putrinya. Sungguh ia menyesal menuruti perjodohan ini.
Mereka semua pun diam. Tidak ada satupun yang membantah Homes.
...
Sei sadar benar dengan kasih sayang yang tidak wajar kakeknya. Jadi ia bisa menyimpulkan kalau kakeknya pasti akan mewariskan semua hartanya pada Sally. Untuk itulah ia bertahan. Namun ia bukan orang yang hanya berdiri diam melihat semua ketidak adilan ini. Sebab usaha kakeknya yang hampir bangkrut, bisa berkembang sebesar ini karena tangan dingin Sei.
Sei pun mengambil ponsel. Dia ingin Johan segera melakukan rencana yang sudah ia susun. Dia sudah ingin menyerah pada Sally. Rasa muak saat melihat ekspresinya yang merasa superior karena berhasil menekan Sei dengan menggunakan kakeknya menjadi sesuatu yang tidak tertahankan lagi.
"Halo?'' jawaban Johan dari telepon.
"Jalankan rencananya, " ucap Sei.
"Baik."
Ketika Sei tiba di apartemennya, Sally secara mengejutkan berada di sana. Ia tersenyum lebar penuh kemenangan. Sikap arogan yang membuat Sei sangat muak.
"Sayang kamu lama sekali."
"Pulanglah," perintah Sei.
Sally terkejut. Biasanya Sei akan menyambutnya dengan senyum setelah ditegur sang kakek. Namun sekarang ia justru diusir.
"Sei? "
"Aku bilang pulang. ''
Sally memucat, padahal ia mengira kalau Sei akan memanjakan dirinya seperti yang sudah sudah. Yang terjadi malah sebaliknya. Dia menatap dingin seolah siap membunuhnya. Mau tidak mau Sally mengikuti ucapan Sei. Dia meninggalkan apartemen Sei dengan penuh tanda tanya.
'Jangan-jangan dia berniat membatalkan pertunangan,' batin Sally. Mengingat sikap Sei yang semakin dingin ketakutan Sally nampak nyata.
Sei menghembuskan nafas kasar ketika Sally menghilang dari pandangan. Tanpa ragu dia menelpon penjaga pintu.
"Ya Sir?" jawab penjaga pintu lobi apartemen.
"Untuk seterusnya, jangan biarkan orang masuk ke tempatku sebelum aku izinkan."
"Baik. "
Sungguh hari yang melelahkan. Sei merobohkan tubuhnya ke sofa dan enggan melakukan apapun. Dia bahkan tidak ingin membuka sepatunya dan tidur begitu saja.
***
Singgle yang seharusnya diliris oleh Neira beberapa bulan berikutnya, ia bawakan saat acara ulang tahun perusahaan milik Sei. Lagu yang dibuat dengan sungguh- sungguh membuat penonton kagum. Ini adalah salah satu strategi Johan agar lagu Neira bisa diterima. Satu hal yang berbeda dari Neira, kali ini ia memakai pakaian yang seksi dan provokatif. Yang mana hal ini membuat gelombang kontroversi. Banyak yang memuji tapi ada yang mencela. Dan Johan memang sengaja agar vibes singgle Neira tidak tenggelam dengan mudah.
"Apa- apaan ini?" geram Sei. Dia menyukai Neira yang seksi. Namun hanya untuknya. Dia tidak suka orang lain melihatnya demikian.
"Sebaiknya kamu memiliki alasan yang masuk akal mengenai promosi yang membuat Neira tampil seksi Johan?" guman Sei. Dia kursi penonton khusus untuknya dia nampak marah. Homes dan James yang berada di sisinya bahkan merasakan mood Sei yang turun drastis. Tentu saja hal ini membuat Homes curiga. Nampaknya perilaku Sei berubah akibat kemunculan artis yang ada di panggung.
'Siapa gadis itu?' batin Homes.