“Apa?” Gissel memundurkan langkahnya dengan gemetar, saat salah satu pemimpin dari sebelas laki-laki perokok itu mendatanginya. “Kau mau apa denganku!? A-Aku tidak punya urusan denganmu!” “Urusan?” Leo, lelaki yang kini sedang mendekati Gissel, menghentikan langkahnya sejenak, keningnya mengerut, memamerkan ekspresi bingungnya. “Ah, ya, aku ingat sekarang. Aku memang tidak punya urusan denganmu. Tapi anehnya, aku tertarik padamu. Ini aneh sekali. Mengapa, ya? Aku bisa tertarik padamu? Apa kau tahu alasannya?” Menggelengkan kepalanya, Gissel tidak mengerti pada maksud dari ucapan itu, tetapi mau bagaimana pun, ia merasa pemuda-pemuda di hadapannya ini punya niatan jahat padanya. Tertampak jelas di wajah-wajah mereka yang sedang menyeringai seperti iblis. “Eh? Kau yakin tidak tahu alasann

