1. Lo good looking, lo selamat!
Wajah on point check
Lipstic on point check
Baju kerja semi formal check
Sepatu branded check
tas branded check
Aku nggak pernah gagal memadupadankan outfit sehari-hari ku, apalagi semua yang ku pakai dari brand ternama. Ya, hampir semua barang-barang yang ku punya semua dari brand yang bisa di katakan tidak murah, mulai dari tas, baju, sepatu, jam tangan semuanya, termasuk apartemen yang ku tinggali saat ini. Jangan tanya aku mendapatkan ini semua dari mana, ya jelas dari cowok-cowok yang mau jadi provider ku dong. Apalagi di tunjang dengan wajah ku yang kata orang-orang 'modelable', saat aku pose jelek pun, masih terlihat cantik dan imut. Thanks to Mama dan Papa yang menurunkan gen good looking pada anak-anaknya, bibit unggul sedari dini, seperti jargon kebanyakan orang 'Lo Good Looking, Lo Selamat'. Zaman sekarang good looking menjadi modal awal untuk hidup aman, damai dan sejahtera, lo akan selamat dalam menghadapi dunia dan nyinyiran mulut netizen pastinya.
"Selamat pagi mbak, saya Audy Rahmadi karyawan baru di divisi purchasing, saya sudah ada janji dengan Bu Ria."
"Ehh mbak Audy sudah datang, silahkan mbak, tadi Bu Ria sudah pesan, kalau mbak sudah datang di minta langsung ke ruang divisi lantai 3, ini silahkan kartu aksesnya," jawab resepsionis tadi dengan senyum ramah.
Tanpa membuang waktu, segera Audy bergegas menuju lift dan menekan angka 3. Ya di lantai 3 ini yang nantinya akan menjadi ruangannya bekerja, karena jam masuk kerja masih 20 menit lagi, jadi saat ini lift tidak begitu ramai.
Sesampainya di lantai 3 nampak Bu Ria yang melihatku, langsung menyambut dengan senyuman.
"Audy, sini masuk..." ajak Bu Ria setelah berjabat tangan dan mulai melangkah masuk ke dalam ruangan divisi purchasing.
Dari sini aku dapat melihat ruangan purchasing ini cukup luas dengan enam buah kubikel yang terisi 4 cewek dan 2 laki-laki serta ruangan kaca di sebelahnya untuk ruang Pak Malik, Kepala Bagian Purchasing. Terdapat juga dispenser di pojokan ruangan tersebut, serta mesin fotocopy di sisi pojok lainnya.
"Itu meja kamu yang di sebelah Vina ya,
kalau meja saya disini, di depan ruangan Pak Malik. Ayo saya kenalkan dengan rekan rekan kerja lainnya," ucap Mbak Ria sambil memperkenalkan satu - satu tim divisi purchasing disini.
Aku mengikuti Mbak Ria untuk berkenalan dengan tim baruku, walaupun ada satu orang yang sudah ku kenal dan tersenyum jahil dari tadi, siapa lagi kalau bukan si Devina, sahabatku sedari jaman SMP sampai perguruan tinggi dan dia sudah tau semua diriku, jadi mohon maklum kalau kami kadang bercanda suka kelewatan. Selain itu ada Mbak Nuril, jadi nantinya untuk formasi tim purchasing ini, akan di pimpin oleh Bapak Malik, Mbak Ria, Mbak Nuril, Aku, Devina, Dudi serta Anton.
Jarak usia kami tidak terlalu jauh kecuali dengan Mbak Ria yang selisih sekitar 5 tahun di atasku, tetapi Mbak Ria tidak mau di panggil Ibu, karena menurutnya terlalu tua dan formal. Kalau Pak Malik gak usah di tanya lagi berapa umurnya sudah pasti dalam usia matang.
Tak ada yang tau, kalau aku masuk ke Global Construction Company ini karena ada campur tangan Abian, si pemilik perusahaan. Setelah perdebatan alot dan sesuai kesepakatan, aku tetap di izinkan bekerja, tentu dengan berbagai persyaratan yang wajib aku ikuti salah satunya adalah bekerja di perusahaannya dan dalam pengawasannya 1x24 jam.
Aku sebenarnya baru tau jika ternyata sahabatku Devina juga bekerja di perusahaan ini. Aku memang tau Devina bekerja di perusahaan konstruksi, namun aku tak pernah tau, jika perusahaan tersebut adalah milik Abian, pria yang sudah menjebakku.
Namun, hal tersebut membuatku sedikit lega, karena bisa bekerja bersama Devina, setidaknya aku ada teman yang bisa ku ajak bercerita bagaimana peliknya hidupku saat ini.
Satu-satu aku sudah berkenalan dengan semua yang ada di ruangan ini minus Pak Malik yang memang belum hadir dan seperti biasa aku meminta bantuan dari semuanya selama aku bekerja nantinya.
"Ehh serigala betina, gila! kok lo bisa ada disini?" kaget Devina setelah lama tidak tahu kabar Audy.
Audy hanya tersenyum karena tidak mungkin dia menceritakan apa yang di alaminya sekarang.
"Husst,, berisik!!!" ucapnya sambil mengkerlingkan mata dan Devina pun mengetahui isyarat tersebut.
"Lo hutang penjelasan sama gue."
"Eh kalian sudah saling kenal?" tanya mbak Ria pada Devina dan Audy.
"Bukan saling kenal aja mbak, nih orang statusnya 'DPO' mbak!" jawab Devina ngegas.
"Haa, seriuss?" kaget mbak Ria.
Audy tertawa lepas, "Jangan percaya Vina mbak, musyrik entar, dia mah ngomongnya suka ngawur," sanggah Audy.
"Dia ini temen aku dari jaman SMP sampai kuliah juga satu jurusan mbak, aku kenal dia luar dalam. Kalau kata mama, anaknya bukan cuma aku aja, noh tambah si Audy alias serigala betina yang tiap hari nongkrong di rumah. Jangan tanya apa yang gak aku tau dari dia, pacarnya di tiap gang aja aku juga tau, hehehe, gak bisa kayaknya dia kalau gak sama gue! nempel trus kayak prangko bawaannya. Untung aja sekarang Audy udah ada pawangnya, kalau nggak, udah dikira kita lesbi kali mbak... kemana-mana Audy lagi, Devina lagi, eh tambah sama Prilly ding!" jawab Devina.
"Idihhh,, Iri bilang Boss! terus kenapa kalau pacar gue tiap gang ada? masalah sama situ? cewek cantik mah mau apa aja boleh, mau gimana aja bebass! trus kalau urusan Mama Lita, mama mah slay.. dia suka-suka aja tuh aku nongkrong di rumah. Secara... aku kan udah cantik, pinter, enak di ajak ngobrol, emangnya situ, cuma beban keluarga! emang enak berasa jadi anak tiri, hahaha," balas Audy pada sindiran Devina atau biasa di panggil Vina.
"Kena karma baru tau rasa lo! gue doain gak ada yang mau modalin elo lagi, weekk..." jawabnya sambil menjulurkan lidah.
"Sudah-sudah, kalian ini baru ketemu bukannya salaman, malah ejek ejekan."
"Emang kami hate and love relationship kok mbak, jadi aman. Mama aja sampek pusing lihat kami berdua kalau udah kumpul, ada aja yang di ributin sampek berantem dan kadang saling ejek, tapi kalau jauhan udah kayak bocah tantrum di tinggal emaknya, nyariin minta nyusul," konfirmasi Vina atas pertanyaan Mbak Ria tadi, sedangkan Audy hanya senyum-senyum dan ngangguk-ngangguk saja.
"Emang Audy pacarnya banyak Vin?"
tanya Dudi salah satu teman mereka yang lumayan tampan, dia juga menyimak percakapan ketiga orang tersebut.
"Bukan banyak lagi rentengan kalau dia mah, tiap gang ada, tiap belokan ada, kanan, kiri,depan, belakang semua ada cowok yang ngantri mau sama dia."
Tersangka pembicaraan tersebut hanya bisa nyengir saja menanggapi jawaban Vina, "Ehh nggak, mana ada!! Jangan percaya omongan si Vina ini, fitnah itu fitnah!! orang gue gak punya cowok, ngarang aja lo, lebay lo!! lagian itukan dulu... sebelum gue tobat."
"Haa?? masak cewek cantik kayak lo gak punya pacar sih Audy? masak kalah lo sama si Anton, biarpun 'begitu', dia udah laku lho," ucapnya sambil melirik Anton.
"Gak percaya gue kalau lo jomblo?? tapi bagus deh kalau gitu, jadi boleh kali gue daftar biar bisa 'memerihkan' hidup lo, biar gak kesepian lagi?" jawaban spontan keluar dari si Dudi, sebenarnya dia hanya menyindir Anton, bukan karena Anton jelek atau gimana, hanya Dudi merasa tersaingi, karena dia masih jomblo.
Jadi kalau ada kesempatan, dia akan menjatuhkan Anton, walaupun mereka semua saling tahu itu hanya gurauan, buktinya yang bersangkutan senyum-senyum aja mendengar ejekan Dudi.
"Hahaa, harus 'meriah' banget ya?? Gue udah males urusan sama cowok, bikin idup makin ribet. Sekarang mah gue udah tobat, kalau dulu sih gue iya iya aja, asal mereka rela menghidupi adek, gue mah ayo-ayo aja, tapi itu dulu lo yaa!!" jawab Audy menekankan kalimat trakhirnya.
"Gila ini sih suhu... tapi wajar sih, dia kan good looking, malah aneh kalau good looking nggak ada cowok yang deketin, ntar di kira orang orang malah belok lagi.
Emang orang good looking mah bebass dan selalu di maafkan, catet."