Sesampainya di rumah, Naka segera mengemas baju dan keperluan lainnya. Besok pagi-pagi Naka dan Tian sudah harus berangkat menuju Jogja, Naka memang belum mengetahui tujuan liburannya selama 4 hari kedepan. Tian hanya menginstruksikan membawa baju secukupnya, kalau bisa membawa kaos yang tidak terlalu menyerap panas matahari. Naka sadar maksud Tian itu membawa kaos selain warna hitam, yah karena bajunya hanya berwarna hitam dan abu-abu, akhirnya Naka memutuskan untuk mengemas kaos abu-abunya saja dan beberapa celana pendek hitam. Naka sudah selesai mengemas keperluannya ke dalam ranselnya, ya Naka dan Tian lebih memilih berpergian menggunakan ransel atau carrier. Tidak lama kemudian, Tian sampai di rumah Naka dan berencana menginap agar keesokkan pagi bisa berangkat berbarengan tanpa harus menjemput Naka atau janjian di bandara.
"Hi Tian, jadi berangkat besok? Penerrbangan jam brp?" tanya papa Nino.
"Eh, ya om." Sambil mengecup punggung tangan papa Nino. "Penerbangan jam 5 subuh om." Lanjut Tian.
"Ya sudah besok om anterin ajah, sekalian om berangkat kerja, gimana?"
Tawaran yang sangat membantu kakak. Batin Tian "Kalau g merepotkan om, boleh om" Jawab tian sambil menampakan senyumya yang merekah.
"Ga sama sekali ko, ya sudah kamu istirahat ajah sana, mungkin Naka juga sudah tidur di kamarnya." Seru papa Nino.
"Ya om, pamit istirahat yah om" Tian langsung melangkahkan kakinya menuju kamar Naka yang terletak di lantai 2 pojok kanan setelah tangga.
Ketika sampai kamar Naka, benar saja apa kata papa Nino, Naka sudah terlelap dalam tidurnya. Sambil tersenyum, tian mengusapkan tangannya ke pipi Naka dan membatin kita akan segera menikah, aku janji diakhiri dengan kecupan hangat di kening Naka dan segera merebahkkan tubuhnya tepat di samping Naka. Sebenarnya Naka belum tertidur lelap, dia sadar apa yang dilakukan Tian tapi tidak tau apa yang dipikirkan Tian. Terkadang Naka merasa sedih dengan jalan hidupnya, karirnya melonjak naik tapi kehidupan pribadinya terutama tentang pasangan hidup, Naka merasa kurang beruntung.
Setelah ditinggal pergi oleh Bari dan tiba-tiba mendapat kabar dari temannya bahwa Bari sudah menikah. Naka seperti disambar petir pada saat mengetahui Bari akan menikah setelah mencampakannya tanpa alasan apa pun, namun setelah melewati beberapa tahun yg cukup sulit, Naka bangkit ketika bertemu Tian. Rasa nyaman itu bangkit kembali, tapi tidak semudah itu ketika Naka tau bahwa mereka berbeda keyakinan. Naka sempat ragu melanjutkan hubungannya dengan Tian tetapi orang tuanya selalu meyakinkan, kalau berjodoh pasti akan ada jalan keluarnya dan Naka percaya akan hal tersebut.
Waktu sudah menunjukan pukul 03.00 pagi, Naka bangun dengan rasa mengantuk dan seperti ada monyet yang menggantung di kelopak matanya.
"Ian, bangun sudah jam 3 pagi!" sambil menggoyangkan badan Tian tapi dengan mata tertutup.
"Iyah, kamu bangunin aku tapi mata masih merem, gmn deh!" seru Tian sambil membelalakan mata Naka.
"Hmmm, masih ngantuk aku, tapi udah jam......" tiba-tiba terdengan semburan napas yang teratur di kuping Tian.
"Dih malah tidur lagi, bangun syg 2 jam lagi kita udah harus take off syg!" sambil memandang muka Naka yang seperti tenang, Tian langsung mengendong Naka ke kamar mandi.
"Ehhh, ya ak udah bangun turunin aku!" balas naka sambil menguap dan memukul tangan Tian.
"Ya sudah kamu duluan sana bersiap-siap, aku manasin mobil dulu!"
Tanpa menjawab, Naka langsung menuju kamar mandi dan Tian menuju garasi untuk memanaskan mobil. Tanpa Tian sadari ternyata papa Nino sudah berada di meja makan sambil menenggak segelas air putih.
"Om udah bangun?" tanya Tian.
"Ya udah, kan mau anterin kalian ke bandara"
"Oh iya, ya sudah om, Tian ke dapur dulu mau bikin sarapan." Ujar Tian yang mau bergegas ke dapur namun dihadang oleh mama Nida.
"Mau kemana? rang mama udah bikin roti bakar juga, nih ayoo tinggal di makan." Ucap mama Nida.
"Makasih mah, kamu mandi dulu sana sama turunin ransel kamu!" Naka yang menyahut dari belakang Tian dan mecoleknya agar segera bebersih dan menyiapkan dirinya.
Setelah semua persiapan sudah siap, sarapan sudah di santap, Tian dan Naka pamit ke mama Nida dan segera berangkat bersama papa Nino. Mereka sampai bandara tepat waktu, Tian dan Naka sudah check in, duduk di bangku yang sudah ditentukan dan menunggu kebrangkatannya ke jogja.
"Jadi kita ke jogja?" Tanya Naka yang baru menyadari tujuan mereka, Tian hanya menjawab dengan anggukan dan memejamkan matanya kembali.