Di tempat lain, tepatnya di kantor Naka, waktu sudah menunjukan pukul jam 08.00 pagi. Seperti biasa semua staff sudah bersiap di counternya masing-masing. Tiba-tiba.....
Nomor antiran 1 di counter 3 mesin panggil nomor antiran memanggil.
Citra memanggil tamu pertamanya di pagi ini "Selamat pagi... eh pak Bari, ko datang lagi pak? aplikasinya masih diproses pak belum selesai. Kan prosesnya 5 hari kerja pak, normalnya, paling cepat 3 hari pak, ini kan baru hari ke 2 pak?" Seru Citra yang tidak berhenti menjelaskan masa proses aplikasi.
"Heee saya tau neng, saya kesini bukan soal aplikasi saya ko". Seru bari.
"Terus ngapain pak?" Tanya Citra yang merasa kebingungan.
"Saya kesini mau nemuin mba Naka, dia sudah datang?"
"Wah, mba Naka cuti pak untuk 2 minggu ke depan!" Jelas Citra dengan lancar dan polos.
"Wow, lama juga yah neng!" Bari sudah frustasi dan haus akan menatap muka Naka. Kemanisan muka Naka sudah menjadi candu buat Bari. Sebenarnya sudah dari dulu, tapi dulu dia terlalu b******k meninggalkan Naka tanpa penjelasan dan menikahi Istrinya yg sudah dijodohkan oleh kedua orang tua mereka.
"Ya pak, mba Naka itu kalau cuti lama, karena dia biasanya 3 bulan kerja full 1 bulan setelahnya pasti dia ambil cuti panjang." Jelas Citra yang masih polos tanpa dia sadari Diaz sahabat Naka mengawasinya dari jauh.
"Biasanya mba Naka kalau cuti kemana neng?" Sambung Bari memanfaatkan kepolosan Citra.
"Ah g tentu pak, soalnya kadang mba Naka g tau mas Tian mau bawa dia kemana." Jawab citra yang semakin polos.
Oh lelaki itu namanya Tian. Batin Bari sambil mendengarkan ocehan Citra.
Namun akhirnya Citra menyadari sesuatu. "Oh bapak kesini cuma mau bertemu mba Naka yah, kirain mau ketemu eneng, hehehhe PD banget yanh eneng!" Seru Citra sambil menggaruk kepalanya yg tidak gatal.
"Hehehehe, iyah neng, maaf yah."
"Tapi....Bapak ada hubungan apa yah dengan mba Naka, sepertinya bapak mengenal mba Naka!" Seru Citra yang keheranan sambil menggigit ujung pulpennya sebagai tanda sedang berfikir.
"Bapak ini mantannya mba Naka neng!" Jawab Diaz di belakang Citra dan membuat Citra kaget dan mengusap dadanya pas diletak jantungnya. "Astaghfirullah, kaget ak mba!"
"Udah kamu masuk dulu, biar aku yang nangani bapak ini!" Perintah Diaz yang segera dilakukan oleh Citra dan pamit ke Bari.
"Ngapain loe kesini?" Tanya Diaz dengan nada ketus.
"Hmmm, mau tanya kelengkapan aplikasi gw udah sampai mana, loe kerja disini juga iaz?" Tanya Bari, siapa tau bisa mencairkan muka judesnya Diaz.
"Iyah, g usah basa-basi, loe kan tadi udah dijelasin sama Citra soal aplikasi loe, trus loe ngapain nanyain Naka? blm puas sama yang loe lakuin dulu ke dia?" Lanjut Diaz yang kesel dengan kelakuan mantan sahabatnya.
"Ya Allah, gw g ada niat jahat ko ke Naka, gw cuma mau tau keberadaan dia ajah ada dimana!" Seru Bari sambil tersenyum dan memerkan barisan giginya.
"Naka lagi cuti, gw g tau dia kemana dan dimana, staffnya yg lain pun g akan tau dia kemana, jadi loe g perlu ngabisin waktu loe buat hal yg tidak membuahkan hasil. Mending lo balik kerja gih atau lanjut aktifitas loe yg lain!" Seru Diaz dengan ekspresi judes yang masih melekat setia di mukanya.
"Boleh gw tanya 1 hal ajah sama loe mengenai Naka, loe kan sahabatnya." Seru Bari sambil memasang muka memohon dengan telap tangan yang mengatup rapat dan di tempelkan ke depan mukanya, tetapi Diaz tidak menjawab hanya menengadahkan mukanya yang terlihat dari intipan mata Bari yang tadi tertutup karena memohon.
"Kenapa Naka berubah makin keras mukanya makin bengis maksud gw, apa Naka bahagia sekarang?" Lanjut bari dan berharap Diaz menjawab pertanyaannya.
"Pertama, Naka menjadi semakin bengis krn loe, ke dua, dia sangat amat bahagia tapi kebahagiaannya dirusak dengan kehadiran loe, untungnya kehadiran loe bertepatan dengan jadwal cuti dia. Daaaannn sekali lagi gw minta sama loe untuk menjauh dari Naka!" Tegas Diaz membela sahabatnya yang sudah tersakiti.
"Gw g bisa melepaskan Naka dan g akan bisa menjauh dari dia, iaz. Dia makin menggemaskan dengan tampang bengisnya tapi manis, ke-tomboyan dia yg g pernah berubah, dan ditambah rambut panjang terurainya yg menambah nilai plus karena selama sama gw dia g pernah memanjangkan rambutnya. Gw g masalah dengan kemachoan dirinya karena itu gw jatuh cinta dan itu g berubah dari masa SMA dulu." Terang Bari yang membuat Diaz ternganga.
"Loe sakit bar!" Sahut Diaz sedangkan bari langsung pergi meninggalkan kantor Naka sambil menampakkan serigainya.