Mata Harpa terlihat berbinar ketika dia berdiri di depan kaca sebuah apartemen. "Pemandangannya cantik banget. Dari dulu aku pengen banget tinggal di rumah yang menghadap ke gunung kayak gini. Walau ini apartemen, tapi sudah mencapai tiga perempat ekspedisiku," ucap Harpa. "Ekspektasi," ralat Adras. "Itulah." Harpa turun dari jendela. Kakinya menapaki lantai dari marmer putih bercorak abu-abu. "Kita pilih apartemen ini saja, ya?" pinta Harpa. "Saya ikuti apa yang menjadi keinginan Anda, Nona," jawab pria itu. Harpa melompat girang. Dia pergi melihat ruangan lainnya. Hanya ada satu kamar utama yang memiliki walking closet. "Aku pakai kamar ini saja. Soalnya pakaian wanita banyak, kan?" pancingnya. Adras mengangguk saja. Harpa berputar. "Kalau kita sudah pisah nanti, aku masih tinggal d

