"Fanya pulang..." teriak Fanya ketika masuk pintu rumahnya.
"Duh Gue lupa, percuma juga gue teriak-teriak gajelas kaya gini , mamah kan gaada."
Miris!
Fanya berjalan menuju kamarnya, melewati Satu persatu anak tangga. Setelah sampai, ia pun membuka pintu kamarnya dan
"Farel gila!!! keluar ga dari kamar gua!" Sentaknya, setelah melihat kamarnya yang sudah mirip seperti gudang. Ini lagi apa si? Mending Kalo gudang uang, lah ini? Mirip banget kandang. Acak-acakan.
"Ka, liat pick gitar punya gue yang gambar tengkorak ga?" Tanya Farel dengan tampang tak bersalahnya, padahal dia sudah memberantaki kamar Fanya.
"Adek gila! nyantai amat lo nanyanya, liat itu kamar gue lo berantakin." Fanya ngedumel terus terusan, yang dibalas tatapan cengo oleh adiknya.
Farel masih sibuk mengobrak-abrik kamar Fanya.
"Ka, itu pick gitar hadiah dari mantan gebetan gue soalnya. Gue belum bisa move on dari tu cewe, jadi kalo gue kangen sama dia gue tinggal liat pick nya aja dah. Tapi sekarang ilang gatau kemana."
Fanya tertawa mendengar Farel berbicara. "Muka mantan gebetan disamain sama tengkorak? Gue mah cuma bisa istigfar denger lo ngomong Rel."
"Kenapa gue jadi ketawa gini si? Niatan awal kan gue mau marahin si Farel Karena dia udah ngacak-ngacakin kamar gue. Oke, gue berhenti ketawa dan siap lagi buat marahin nih cowok alay. Tapi sebelum marah-marah gue bakalan ngibulin dulu si Farel, kan lumayan dapet hiburan baru." Pikir Fanya.
"Eh, tadi lo bilang pick gambar tengkorak kan?" Tanya Fanya disambut anggukan antusias dari Farel.
"Gue baru inget, itu pick disimpen sama gue kemarin sore tapi dimana ya?" Fanya mengetuk-ngetukan keningnya dengan jari telunjuk.
"Dimana ka? Coba lo inget-inget."
"Gue inget."
"Serius?"
"Iya."
"Dimana?"
"Dimana ya?"
"b***t! Kasih tau kek cepetan."
"Ngomong apa lo barusan?" Ucap Fanya nyolot.
"Lo imut banget sumpah. Gue ngomong Kaya gitu. Masa lo ga denger? Kuping lo ga b***k kan ya?."
"Gue emang imut."
"Terserah! Terserah lo deh Fanya Azahra! Tinggal ngasih tau tempat pick aja susahnya kaya orang lagi berebut sembako gratis." Batin Farel.
Farel membuang dan menarik nafasnya, menahan emosi. Beberapa detik kemudian dia menatap Fanya sambil tersenyum.
"Pick gue lo taro mana?"
"Di meja"
"Meja banyak."
"Punya kaka oon banget Ya Allah ya Rabb." Gumam Farel
"Bukan dimeja deng, di laci."
"Laci mana kaka tersayang??" Farel melembutkan nada bicaranya.
"Gue geli ih dengernya."
"Jangan panggil gue sayang."
"Panggil aja gue imcan, oke?"
"Ga waras lo." Ejek Farel.
"Lo gabakalan nanya dulu gitu arti im can itu apa?"
Farel membuang nafas kasarnya.
"Imcan itu apa ya?" Tanya Farel dengan tampang sok imutnya.
"Imut cantik. Huwahahahhahaha." Fanya ketawa ngakak, sementara Farel menatapnya tak suka, ini emang galucu! Sumpah demi apapun mau Fanya niatnya ngelawak sekalipun tetep aja ga ada lucu-lucunya.
Garing.
"Pick gue dimana?" Farel masih sabar untuk bertanya kepada kakanya.
"Itu di... Dimana astaga? Gue lupa mau ngomong apa?"
"Kalo gasalah..."
Farel duduk pasrah ditempat tidur Fanya, menunggu kakanya melanjutkan ucapan.
"Rel gue baru inget!"
Farel bangkit, dia sangat antusias untuk mendengar ucapan Fanya selanjutnya.
"Lo inget naronya dimana?" Tanya Farel membulatkan matanya.
"Bukan itu."
"Gue inget..."
"Inget apa?"
"Inget.."
"Inget kalo perut gue mules banget liat muka lo."
"Kayanya stok emas gue mau keluar nih. Anjirr mules banget Rel."
Tetttt
Dutttt
"Teropong gue udah nyala." Fanya nyengir kearah Farel yang sudah menutupi hidungnya.
"Gue ke toilet dulu ya." Fanya pun meleos pergi ke kamar mandi yang sudah disediakan dikamarnya dan menutup pintu kamar mandi dengan keras sampai terdengar suara Bugh(anggap aja suara pintu deh yaa).
"Ka Fanya!!! Gue sumpahin itu emas nyangkut ditengah-tengah." Pekik Farel, ia meninggalkan kamar Fanya dengan rasa nano-nano. Marah iya, sebel iya, pengen nonjok juga iya.
"Seru juga ngerjain si Farel." Fanya cekikikan gajelas sambil duduk di wc duduknya.
Ternyata Fanya hanya bohong sewaktu dia bilang akan ke toilet, dan tadi dia hanya acting agar Farel kesal.
Drttt
Fanya merogoh saku roknya karena merasa ada benda yang bergetar.
Dia mengecek handphone nya, ternyata ada pesan masuk dari w******p.
Kunyuk Sinting
Gimana keadaan lo? Udah baikan?
Ini jari kenapa harus kepencet si, jadi kebaca deh tuh pesan.
Fanya membaca sekali lagi.
"Gimana keadaan lo? Udah baikan?"
"Gimana keadaan lo? Udah baikan?"
"Gimana keadaan lo? Udah baikan?"
Ko nyebelin si? Ini mulut kenapa harus komat-kamit ngulangin satu kalimat yang menurutnya menjijikan.
Tadi Fanya bilang dia jijik bacanya?
Seriusan munafik banget hidup Fanya!
Jijik dimulut, liat dong itu jantung udah ngajak disko lagi. Astaga.
Drttt
Kunyuk Sinting
Fanya gue kerumah lo aja ya, gue khawatir banget sama lo.
Gue belum bales woyy, si Devan gercep banget sebegitunya khawatir dia sama gue, sampe-sampe mau kerumahnya.
"Anjirr gue baru ngeh, si Devan kan kalo ngomong suka beneran. Bakalan berabe nih kalo dia sampe kesini."
Dengan cepat Fanya pun keluar dari kamar mandi, dan mengganti bajunya. Setelah itu, ia memilih untuk tidur dan mengerebungi tubuhnya dengan bedcover bergambar Garfield, tokoh kartun kesukaannya.
"Selamat tidur Fanya."
"Tapi kayaknya lo belum makan?"