"Hei! Bayi penangis!" teriak Alastair yang duduk bersandar di kursi ruang tamu menunggu Jay selesai merenung dikamar mandi dan saat laki-laki itu selesai malah pergi tergesa tanpa menghiraukan kehadirannya, dasar saudara tidak tahu diri, harus dicoret dari kartu keluarga jika ia bisa "Mau cari masalah kemana lagi kau?"
Jay mengangkat kunci mobilnya "Mereka menemukan istriku di Tanpad" katanya lalu setengah berlari keluar menuju bagasi. Ia nampak amat terburu-buru dengan wajah harap-harap cemas, seakan telat sedikit bakal membuat istrinya, Kaella, berpindah tinggal lagi.
Tanpad berada di daerah pesisir yang amat jauh, akses ke sana harus mengunakan jalur darat dengan mengelilingi daerah pengunungan terjal, hebat sekali istri Jay menemukan tempat untuk bersembunyi.
Alastair menyulut rokoknya dan berdiri "Aku akan pergi denganmu" katanya berteriak sebelum Jay kabur lebih dahulu mencari istrinya yang kabur, ia tidak sanggup menyelesaikan lebih banyak masalah lagi yang bakal di timbulkan Saudaranya itu.
"Keluar" bentak Alastair saat sudah mencapai garasi, cepat juga saudaranya berlari dan Jay sudah siap duduk di mobilnya "Biar aku menyetir"
"Al, Aku..."
"Kantung gelap dibawah matamu sudah mengabarkan padaku kau belum tidur setidaknya selama seabad" kata Alastair dengan cepat karena tahu adiknya itu akan menyanggah "Kau lupa aku belum menikah? Dan aku masih sayang pada nyawaku"
"Bukankah kau belum menikah karena lebih suka yang berbatang?" tanya Jay berpindah ke kursi penumpang.
"Urus p***s masing-masing Jay" gerutu Alastair "Kau yakin mereka masih di sana?" tanyanya, karena selama dua setengah tahun melacak keberadaan istri Jay selalu mendapatkan hasil nol besar, kadang informasi yang diterima tidak benar, juga kalah cepat dengan Kaella yang lebih dahulu berpindah.
Jay mengenakkan seatbelt, setidaknya ia masih ingat keselamatannya sendiri setelah tiga hari yang lalu menabrak tiang listrik "Setidaknya sampai malam ini masih" Sahutnya.
"Kau sepertinya sangat mencintai wanita penangis itu" sindir Alastair dan menjalankan mobil itu keluar dari garasi. Setidaknya dari lima atau empat kali bertemu, Kaella lebih banyak ditemui tengah menangis.
"Sudah sekacau ini aku dibuatnya, kau masih perlu bertanya? Bahkan ratusan kalipun kau bertanya aku tetap mencintainya. Aku sudah mencintainya dari awal. Dia cinta pertamaku tapi ia tak percaya dengan ucapanku"
"Lalu bagaimana dengan Yui Kito?" tanya Alastair dengan santai. Ia sudah terlalu banyak terlibat dalam kisah cinta segi rumit adik-adiknya sehingga lupa dengan dirinya sendiri.
"Yui" Jay mengusap wajahnya frustasi, membahas hubungannya dengan Yui tidak akan ada habisnya. Hubungannya dengan wanita itu rumit dan dalam. Dia menghela nafas, agak ragu, pada akhirnya dia mengatakan "Hubungan kami sudah berakhir sejak aku menikah. Salahku juga. Dia wanita yang tak akan menerima penghianatan. Waktu itu, Aku dan Yui hanya bekerjasama untuk menyelidiki pelaku penembakan Kaella yang sebenarnya. Dia bukan Kristopher, dan seseorang itu masih berada disekitar kami, hingga saat ini. Aku ingin menjelaskan pada Ella, tapi dokter melarang untuk membahas tragedi itu sebelum waktunya karena Ella sering berteriak-teriak saat mengingat peristiwa penembakan itu. Trauma emosional Kaella menganggu pikiran logisnya sehingga ia selalu merasa dirinya adalah korban"
"Lalu kenapa kau bisa punya anak dengannya?" tanya Alastair lagi. Setidaknya ia telah mendengar cerita versi Nicholas, sebagai seorang bergelut di bidang hukum ia harus mendengar tidak hanya dari satu pihak saja.
Jay menghela nafasnya dan menoleh keluar, bahunya runtuh, wajah muramnya makin dipenuhi kesedihan tak berujung "Hari itu aku benar-benar kacau, Kaella tidak mau mendengar penjelasanku tentang Abiel dan Steve, ia menolak berbicara denganku, bahkan menolak melihatku selama tiga hari, Kupikir hubunganku dengannya sudah berakhir hari itu. Aku mabuk berat dan salah mengenali Yui sebagai Istriku. Yui dan Kaella memiliki kemiripan"
Alastair tak menyahut, Jay benar. Bahkan hingga saat inipun ia masih kesulitan membedakan antara kedua saudara iparnya itu, karena mereka memiliki kemiripan yang aneh.
"Hubungan kami benar-benar sudah berakhir, tapi jiwa korban Kaella saat itu masih tinggi, ia pikir aku masih mengharapkan Yui. Aku hanya peduli dengan gadis itu dan anakku, karena aku saksi hidup yang melihat sendiri bagaimana sulitnya bagi Yui menjadi ibu tunggal tidak hanya satu, tapi dua bayi ditambah dua anak kecil lainnya yang juga hidup bersamanya. Gadis malang itu sudah amat menderita, ia yatim piatu dengan trauma kematian tragis keluarga didepan matanya sendiri, ia sendirian ditinggalkan keluarganya dengan kejam, juga masih diganggu b******n-b******n Hime dan aku tidak ingin melihatnya menderita lebih jauh lagi. Apalagi kau tahu betapa bermasalahnya Nicholas sebelum menikah"
Nicholas Sykes, saudara mereka berdua, memang sedikit bermasalah. Dan Alastairlah yang selalu membereskan masalah yang dibuatnya karena orang tua mereka sangat sibuk, disisi lain juga keras.
Nicholas suka berpesta, temperamennya buruk, playboy, keras kepala, mau menang sendiri dan pendendam, banyak musuhnya berakhir dengan tragis tapi tangannya tetap bersih. Menikahi Nicholas sama dengan menjebloskan diri ke neraka.
Alastair tidak tertarik untuk mengomentari atau bertanya lebih jauh dan Jay juga tidak ingin buka suara lagi. Ia sudah cukup menjelaskan dan sesak di dadanya belum berkurang sama sekali.
Ia tak hanya menanggung satu beban di pundaknya, perusahaan, istrinya yang tak tahu keberadaannya, wanita itu mengalami penyakit mental yang belum sembuh. Jay mengkhawatirkan bagaimana wanita itu menjaga anak mereka jika sudah lahir atau wanita itu benar-benar telah menggugurkannya, juga kerinduan kepada anak-anaknya yang terbendung lagi. Semuanya bertumpuk untuk menyiksa Jay.
Ia merasa kesepian. Disiang hari ia mungkin bisa menenggelamkan diri dalam pekerjaan, tapi saat ia sudah sendiri rasa sepi itu menghampirinya dan amat menyakitkan. Tak ada siapapun disampingnya, kecuali Alastair dan saudara tirinya tak berada dua puluh empat jam bersamanya.
Orang tuanya sibuk dengan bisnis, Nicholas sudah menganggapnya musuh dan memblokade semua akses untuk bertemu dengan anak-anaknya, ia tidak punya banyak teman untuk diajak keluar, ia benar-benar merasa sendirian.
"Kau tidurlah dahulu, kita mungkin baru akan sampai di Kambari besok siang, dan mungkin baru sorenya bisa sampai di Tanpad" kata Alastair akhirnya, perjalanan mereka akan panjang.