3.

860 Kata
Alaistair dengan santai mengisap rokoknya, membiarkan Jay yang sudah gila berteriak-teriak, mengerang dan meninju-ninju dinding. Palingan adik gilanya itu akan berhenti menimal setelah satu atau dua tulangnya retak atau patah. Terlambat. Mereka datang terlambat. Mereka sampai di Tanpad pada malam hari, dan menemukan rumah kecil yang disewa Kaella telah kosong. Pantas kamera pengawas tidak bisa melacak keberadaan Kaella, karena wanita itu menuju daerah-daerah perdesaan yang terpencil. "Mereka pergi pagi-pagi sekali, sepertinya sangat tergesa" Jelas tetangga rumah kecil yang disewa Kaella. Berdasarkan info dari pemilik rumah, harusnya masih tersisa satu bulan lagi masa sewa rumah itu. Mengapa istri Jay pergi tergesa? Dan kemana lagi ia pergi bersembunyi? "Mereka? Memangnya ada berapa orang yang menyewa?" tanya Alastair lagi. Sedangkan Jay sudah kehilangan seluruh nyawa diwajahnya. Sekali lagi mereka gagal menemukan istri jay. Sekali lagi kalah cepat dengan kepergian kaella. Mengapa wanita itu seperti selalu tahu kedatangan Jay? "Ada dua orang. Kaella dengan putrinya, Rebecca. Kasian sekali mereka. Wanita itu masih sangat muda untuk jadi ibu tunggal" Tambah tetangga Ella. Setelah sekian lama, Jay baru tahu bahwa istrinya telah melahirkan seorang putri dan diberi nama Rebecca. Mengapa istrinya harus menjadi ibu tunggal? Bagi Jay cukup hanya Yui yang pernah menjadi ibu tunggal, menanggung beban berat di pundaknya sendirian, tidak untuk istrinya, tidak juga untuk anaknya. Ketakutannya selama ini menjadi nyata. Kesalahan apa yang ia pernah lakukan dimasa selalu? Sehingga semua ini harus dihadapi gadis-gadis disampingnya. Dulu Yui, sekarang Ella. "HEI!!! BOCAH GILA! Berhenti memukul dindingku" Teriak seorang laki-laki berbadan besar dan besar yang berjalan sempoyongan dengan botol bir ditanggannya. "Apa pedulimu, k*****t" Jay balas berteriak "DIAM! Kau tak mengerti apa-apa" laki-laki itu langsung berlari kearah jay, melempar botol bir dan mengangkat kerah baju Jay "APA KATAMU? k*****t? KAU k*****t" "Mau apa?" tantang Jay mendorong laki-laki itu. Alastair menghela nafas, membiarkan Jay dan seorang laki-laki mabuk saling adu tinju, tendangan, atau apapun untuk saling mengalahkan satu sama lain. "Yang satu mabuk, yang satu gila" katanya dan mengambil satu batang rokok lagi. Alastair Sykes hanya mampu geleng-geleng kepala. Semakin lama namanya di kartu keluarga mereka berubah jadi seorang ayah. Mengurus adik-adiknya yang bermasalah. Dan salah satu adiknya itu sekarang sedang melampiaskan kemarahannya pada seorang pria mabuk. Kenangan lama telah menyikut Jay, mencoleknya, dan menyulut kemarahan dalam dirinya. Jika saja ia tak menikahi Kaella, mungkin sekarang tak begini jadinya. *** Max Merwe kembali ke mobilnya setelah berhenti untuk buang air kecil. Tidak ada pilihan lain selain pergi kesemak-semak di jalan perbukitan itu. Jarak Tanpad dengan Kambari cukup jauh, dan ia tidak bisa menahan kantung kemihnya yang sudah hampir melimpah. Meski ia artis terkenal sekalipun, siapa peduli. Siapa juga yang akan melihatnya terkencing di persawangan. Apalagi didaerah tempat ia berhenti sekarang sepi dan malam cukup gelap gulita karena bulan yang tak muncul. "Jadi kapan kau akan putus dengan Harry?" tanyanya tak langsung menghidupkan mesin mobilnya. "Saat kau setuju menikahiku" jawab Kimberly Miro cuek. Kimberly Miro wanita yang cantik dan sexy, tubuhnya bagai anugrah tuhan yang indah. Selain itu ia lulusan universitas terkenal, pengetahuannya luas, tapi diumurnya yang ke dua puluh lima tahun sepertinya ia sangat ingin menikah. "Sepertinya kau tergesa sekali menikahiku" cetus Max mendekatkan wajahnya pada gadis itu. "Apalagi yang perlu kutunggu. Uang, ketampanan dan kekuasaan. Kau punya semuanya dan aku tidak akan muda selamanya" balas Kimberly. Dia jalang, dia sudah punya pacar dan meminta orang lain untuk menikahinya. Siapa peduli, ia hanya ingin segera menikah dan punya anak. Max Merwe terseyum penuh arti memengang tekuk Kimbery. Selain tubuh dan kecerdasan satu lagi pesona Kimberly adalah ciumannya. Gadis itu sangat pintar dalam berciuman. "Max" kata Kimberly disela ciuman mereka yang panas membara. "Hmm?" gumam Max tidak ingin menghentikan kesenangan mereka. "Ada seseorang" kata Kimberly sambil mendorong tubuh Max sekuat tenaga agar menjauh. Max menatap Kimberly kecewa. Tidak biasanya gadis itu begini hanya karena seseorang berjalan didekat mobil mereka ketika sedang bermesraan. "Dia bawa anak kecil" kata kimberly. Max menoleh kearah yang sama dengan pandangan Kimberly. Benar, ada seorang wanita berjalan kaki dengan dua tas besar dikedua tangannya dan seorang anak kecil dalam gendongan kusus didepan dadanya. "Kimberly, Jangan!" cegah Max saat gadis gegabah dan tak kenal takut itu membuka pintu dan keluar dari mobil. Seorang wanita tengah malam di tempat sepi, bisa saja ada kedok kejahatan seperti kebanyakan tempat sepi. Kimberly benar-benar ceroboh. "Kimberly, menjauh" panggil Max ikut turun dan mengejar gadis itu yang sudah mencapai wanita dengan anak itu. "Max, tolong" rintih Kimberly karena wanita itu menumbuk tubuhnya. Dan mereka berakhir dengan tumbang di jalanan. Max berlagi mendekat, ia ketakutan kecemasannya menjadi nyata. Bagaimana jika benar wanita itu adalah penjahat. "Dia pinsan" kata Kimberly menelentangkan tubuh wanita itu dan mengambil balita yang menangis dalam gendongan wanita yang sekarang tak sadarkan diri itu. "Bagaimana ini?" tanya Max kebingun dan was-was. Ia menyalakan senter ponselnya dan kelihatan sekali wanita itu nampak pucat dan kelelahan. Tapi mungkin saja hanya kedok kejahatan. Max menarik tangan Kimberly "Bagaimana kalau kita biarkan saja, mana tahu ada bandit disekitar sini" "Max" kata Kimberly dengan nada kecewa. Kimberly amat mudah luluh dengan anak-anak. Ia mudah tersentuh dan itulah kelemahannya. Dia terlalu baik, menolong kaum-kaum yang membutuhkan dan sabar "Tidak mungkin Max. Kasian" bujuknya memperlihatkan balita dalam gendongannya yang sudah mulai berhenti menangis. "Kim"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN