Bikin Kaget

1080 Kata
    Nuri hampir saja jatuh karena terkejut melihat sosok tinggi besar dengan rambut nya yang hitam serta wajah tampannya yang membuat wanita sebagian besar wanita bisa menjadi penulis dadakan untuk memberikan deskripsi tentang ketampanan seorang Hans Abyan. Apakah Nuri sama seperti wanita yang lainnya?     Nuri sama sekali tidak tertarik dengan pria yang berdiri di depannya. Pria yang memiliki kesombongan serta kosa kata yang bila keluar dari mulutnya dijamin akan membuat yang mendengarnya jadi panas dingin. Nuri cukup nyaman dengan selalu menghindarinya. Baginya bos nya ini berada di urutan nomor satu sebagai satu-satunya orang yang harus di hindari.     "Apa yang kau lihat? Atau kau ingin terus berdiri di depanku sehingga orang-orang akan berpikir kau adalah kekasihku?" ejek Hans tajam.     ‘Hah, jadi kekasih? Ketemu elu aja gue ogah apalagi jadi pacar luh. Amit-amit dah’. Semua ucapan itu tidak akan terdengar oleh Hans karena Nuri hanya mengucapkannya di dalam hati. Tidak hentinya Nuri memaki walaupun hanya di dalam hati saja.     Kalau saja yang berdiri di depannya bukan pimpinan perusahaannya dan mereka tidak berada di lingkungan kantor, ingin sekali ia membalas setiap kata yang diucapkan Hans. Sayang, saat ini  mereka berada di lingkungan kerja sehingga ia lebih memilih untuk diam.     "Maaf," kata Nuri lirih.     "Aku tidak mendengar nya. Aku selalu mendengar suara lantangmu ketika bicara. Apakah sekarang kau tidak memiliki keberanian untuk itu?"     ‘b******k, ini orang mau cari gara-gara atau mau ngapain sih. Atau jangan-jangan bos mulai suka sama gue, engga banget deh disukai sama bos model beginian’ Nuri masih sibuk dengan ucapan dalam hatinya sampai ia mengangkat wajahnya.     Nuri mengangkat wajahnya. Dia menatap Hans dengan pandangan menusuk sebelum berbicara, "Saya tidak mengerti maksud Bapak. Kalau bapak merasa saya menghalangi langkah bapak, saya mohon maaf. Permisi," kata Nuri bergerak ke samping membiarkan Hans naik ke lift sementara dirinya lebih memilih naik tangga. Masih pagi hitung-hitung olah raga.     Nuri tidak tahu sejak kapan bos nya tidak menyukai dan selalu mencari gara-gara dengannya. Apakah mungkin karena suaranya yang lantang ketika berbicara seperti yang dikatakan oleh Hans sehingga mengganggu nya. Nuri merasa suaranya terdengar biasa, tidak kencang bahkan bisa dibilang cukup pelang karena ia sering kali harus mengulangi setiap patah kata ketika beberapa orang bertanya padanya.       Tidak masuk akal kalau bos terganggu dengan suaranya, bukankah dia berada di lantai yang berbeda? Atau mungkin secara diam-diam Hans selalu memperhatikannya karena tergoda melihat kecantikan dan suaranya yang merdu? Pemikiran seperti itu membuat Nuri mengikik geli.     Hans masih berdiri kaku di depan lift. Ia tidak percaya bagaimana karyawannya itu begitu lancang dengan pergi begitu saja, tidak menunggu apakah di ijinkan atau tidak. Sebelumnya tidak pernah ada karyawan yang berani bersikap lancang seperti yang baru saja dilakukan oleh karyawan yang bernama Nuri.     Senyum dibibir Hans secara tiba-tiba muncul di bibirnya. Ia sangat menyukai nada suara Nuri ketika berbicara. Logat bicaranya yang terkadang membuatnya ingin tertawa selalu membuatnya kangen dan mencari-cari alasan pergi ke lantai 4.     Hans belum pernah bertemu dengan karyawan yang tanpa malu memakai bahasa Betawi yang hanya bisa ia dengar melalui televisi. Pada saat istirahat Nuri terkadang berbicara  menggunakan bahasa Betawi sehingga membuatnya tertawa geli. Namun, ia juga tahu kalau Nuri adalah wanita yang sulit menerima promosi sangat berbeda dengan pegawai yang lainnya.     “Ternyata berhadapan dengan wanita itu secara langsung bisa membuat tensi darah naik,” omel Hans dengan mulut komat kamit.     Hans tidak mengerti mengapa Nuri selalu menghindarinya. Apakah karena ia menolak promosi sehingga dia seringkali absen pada saat ia yang memimpin? Nuri selalu memiliki seribu alasan untuk menghindar.     Nuri yang baru saja menjejakkan kakinya di lantai 4 langsung disambut oleh Alea dengan informasinya yang membuat kening Nuri berkerut.    "Kak Nuri, kaka dipanggil bapak di ruangannya," beritahu Alea salah satu rekannya.     "Oke.aku akan menemuinya."     Dalam hati Nuri bertanya-tanya ada apa bos nya memanggil. Seingatnya baru kemarin ia bertemu dengan Pak Ganjar. Apa mungkin bos nya mau nawarin naik jabatan lagi? Nuri akhirnya hanya senyum-senyum karena khayalan nya terlalu tinggi.     Setelah menyimpan tas dan  merapikan penampilannya Nuri menuju ruang kerja atasannya. Ia berpikir mengapa hari ini semuanya sudah berada di kantor? Biasanya kantor mulai terisi oleh pegawai ketika jam sudah menunjuk pukul 09 pagi. Dan sekarang baru 8.30. Mencurigakan.     Begitu tiba di depan ruang kerja Ganjar, Nuri mengetuk pintu kemudian membukanya setelah terdengar suara yang menyuruhnya masuk.     "Selamat pagi Pak. Maaf, kata Alea bapak memanggil saya?" sapa Nuri ketika dia sudah berdiri di depan Ganjar.     Ganjar, pria setengah baya menatapnya bingung. Siapa yang bilang kalau ia memanggil Nuri. Pekerjaan dia semuanya sudah selesai dan tidak ada kesalahan yang dilakukan Nuri.     "Saya tidak memanggil kamu. Alea memang bilang apa?" tanya Ganjar tersenyum.     "Hah, bapak tidak memanggil saya? Lalu siapa yang dimaksud bapak oleh Alea?" tanya Nuri bingung.     "Mungkin Pak Hans. Kemarin setelah kau pulang dia ada membahas posisi kamu ke depannya. Sepertinya sekarang beliau sudah tiba, coba kamu perjelas lagi sama Alea!" perintah Ganjar dengan menahan tawa.     “Saya harus ketemu beliau, Pak?”     “Kalau Pak Hans yang mencarimu tentu saja kau harus menemuinya. Apa mungkin kau mau menemui Sanusi?” jawab Ganjar tertawa.     Berbeda dengan pegawai wanita lainnya yang selalu bersemangat bertemu dengan Hans, Nuri adalah sebuah pengecualian. Ia selalu mengutus orang lain setiap kali harus hadir bila ada Hans. Apa mungkin mereka berdua ada hubungan?     "Kalau begitu saya permisi untuk bertanya lebih jelas," jawab Nuri pada akhirnya sebelum bergegas keluar.     Nuri memang selalu menghindari Hans, tetapi dia juga tidak akan membiarkan suara bos nya itu terdengar keluar ketika menegur dirinya akibat ia tidak teliti. Akan menjadi perbincangan yang paling panas kalau ada pegawai yang mendapatkan bonus suara menggelegar dari Hans. Sudah dapat dipastikan karyawan tersebut akan depresi lalu mengundurkan diri. Dan Nuri tidak mau namanya menjadi bahan perbincangan karena kesalahan yang ia lakukan.     Sepeninggal Nuri dari ruang kerjanya, Ganjar mulai berpikir kembali tentang Nuri. Seorang karyawan yang sangat rajin dan selalu datang paling awal daripada karyawan yang lainnya. Diaa begitu teliti ketika mengerjakan laporan hingga seorang atasan tidak pernah memiliki kesempatan untuk mencela atau mengusiknya.     Bagi Ganjar yang menjadi atasan Nuri, ia cukup bangga memiliki anak buah yang begitu rajin dan berprestasi. Yang menjadi masalah adalah, Nuri selalu menolak bila namanya di ajukan sebagai karyawan yang patut mendapatkan promosi untuk naik jabatan. Ia lebih nyaman sebagai tenaga marketing.     Ganjar ingat apa yang dikatakan Nuri saat itu ketika 2 kali sudah dia menolaknya. Jawaban yang membuatnya tertawa geli, 'Punya penghasilan kaya gini aja saya masih jomblo apalagi kalau tambah lagi? Seumur-umur bisa gersang hidup saya'. Apakah dengan jabatan dan penghasilan yang dia dapatkan sebagai penghargaan atas hasil kerjanya membuat dia dijauhi kaum pria?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN