"Aku mau resign dari sini." Ujarku kembali mengingat kan mas Barga, agar dia mau meng-acc surat pengunduran diri yang aku ajukan ke HRD. Dengan tampak jelas terlihat raut kekecewaan darinya. Menghela nafas, sambil menatapku. Aku pun melakukan hal yang sama, menatapnya balik. Aku yang duduk di sofa, sedangkan mas Barga bertekuk lutut di depanku. Mungkin terasa begitu romantis, tapi ini bukan lah hal yang demikian. Bahkan kesannya pun sangatlah berbeda. Aku menarik tanganku dari genggaman mas Barga, menyembunyikannya di balik badanku. Mencoba mengalihkan pandangan ke arah lain, dibandingkan menatapnya. "Untuk apa kamu kerja di tempat lain? Itu hanya akan melelahkan mu." Ucap mas Barga. Seketika, aku langsung menatap mas Barga dan berkata, "iya, gan memang lelah, mas. Tapi, mas tahu se

