SKYLIGHT #07

968 Kata
Mata Shelina terasa sangat berat, ia membuka matanya secara perlahan, rasa pening langsung melanda, ia mengernyitkan keningnya, tubuhnya terasa begitu lemas, suaranya tercekat. Shelina melihat keseluruh arah, tidak ada siapapun di ruangan itu kecuali dirinya, Shelina berusaha untuk bangun sendiri, setelah akhirnya ia duduk di ranjangnya, Shelina menekan tombol yang berada di tembok, tombol yang akan memanggil dokter keruang rawatnya. Tidak perlu menunggu waktu lama, dua orang dokter dan beberapa perawat datang keruangannya membawa peralatan medis untuk memeriksa kembali keadaan Shelina. Mereka terkejut saat mengetahui bahwa Shelina telah sadar dan wanita itu sendiri yang menekan tombol daruratnya, "Air." kata Shelina dengan lemas. Seorang perawat bergerak mengambilkan air untuk Shelina, Shelina meneguknya hingga habis dalam sekali tegukan. Shelina menatap datar para dokter yang ada disana, hanya ada para dokter, memangnya apa yang kuharapkan? Walaupun ayah menyayangiku, apa dia benar-benar punya waktu untuk ku? "Nyonya, kami akan melakukan pemeriksaan dasar." kata salah satu dokter disana, Shelina mengangguk mengizinkan. "sudah berapa lama aku tidak sadar?" tanya Shelina di tengah-tengah pemeriksaannya. "Anda sudah 5 hari koma nyonya, dan anda sangat luarbiasa bisa melewati masa-masa itu dan memulihkan diri dengan cepat." ucap dokter lainnya yang tengah memeriksa dokumen kesehatan Shelina. "Koma ya.. Orang itu akan kuhabisi!" gumam Shelina dengan penuh tekad. Seorang dokter yang mendengar gumaman Shelina pun mengernyitkan dahinya, "Nona, anda belum bisa pulang, anda harus berada disini selama 4 hari agar kami bisa memastikan jika anda benar-benar pulih."kata dokter itu, sadar jika Shelina ingin cepat-cepat keluar dari rumah sakit. Shelina terlihat tidak mendengarkan ucapan dokter itu, "Lagi pula kondisi anda masih rawan dan--" ucapan dokter itu terhenti saat tiba-tiba saja Shelina melepaskan selang infus dan oksigen dari tubuhnya. "Nona!" seru para perawat dan dokter yang menyaksikan kejadian itu, Shelina dengan perlahan turun dari atas ranjangnya. Dengan langkah tertatih dan memegang dinding sebagai tumpuannya, Shelina berjalan keluar ruangan, tidak ada yang berani mencegah kepergian wanita itu, termasuk para penjaga yang saat itu sedang berjaga di depan pintu ruangan. Para penjaga itu hanya diam dan menundukan kepala mereka, "Nona anda bisa saja pingsan atau kembali koma jika se--" salah seorang dokter disana memberanikan diri untuk memperingatkan Shelina. Langkah kaki Shelina terhenti, wanita itu menoleh kearah dokter yang berbicara tadi, Shelina menyunggingkan senyuman sinis, "Sudah merasa lebih pintar dari ku? Aku ini senior kalian, tidak perlu ikut campur, aku pun bisa menangani diriku sendiri!" Mereka diam, memang bukan lagi rahasia jika Shelina adalah orang yang sangat pintar dan berbakat, tapi jangan lupakan sifat sombongnya yang selangit itu. Bahkan terkadang Shelina bersikap seenaknya dan tidak memperdulikan orang lain, itulah Shelina Resse, putri keluarga Resse yang terkenal sempurna dengan segala sikap arogannya. Shelina kembali melanjutkan jalannya, disana juga ada Ethan dan Jeremy yang sejak kemarin juga ikut berjaga, tapi kini mereka harus menjadi pengawal pribadi Shelina lagi karena wanita itu telah sadar kembali. Tanpa perlu diperintahkan Shelina, Ethan dan Jeremy langsung membututi Shelina, serta menyiapkan mobil umtuk wanita itu. "dimana Valerie? Antar aku kesana." titah Shelina, Ethan membantu nyonyanya berjalan dengan memegangi tangan dan pinggang Shelina sedangkan Jeremy sudah siap dengan mobil mereka. "Baik nona." *** "Kau pasti ingin dengar ini!" Rhys berbicara di telepon dengan sangat antusias, sedangkan Max masih bergulat dengan laptopnya, tidak memperdulikan ucapan Rhys dari earpodnya, Rhys lagi-lagi menghubungi Max hanya kerana berita-berita gosipnya. "Hey! Kau dengar tidak?!" Rhys bertanya dengan kesal, "Ya." jawab Max seadanya. "Putri keluarga Resse yang kau tanyakan kemarin sedang berperang dengan saudarinya, aku pikir akan ada celah besar diantara keduanya." Rhys mengucapkannya dengan senang, dia senang jika mendengar kabar tentang hancurnya sebuah hubungan. Tangan Max berhenti mengetik, dahinya mengernyit dalam, "Wanita itu sudah sadar?" "siapa? Shelina Resse? Ya.. Dia wanita yang cukup tangguh, dia baru saja sadar beberapa jam yang lalu dan langsung membuat kehebohan di penjara tempat dimana Valerie Resse di tahan." "Yang lebih luarbiasanya lagi, kata salah seorang rekan ku, Shelina akan melaksanakan penyelidikan terkait racun yang ada di dalam makananya! Hebat! Wanita itu baru saja sadar tapi bisa langsung membalikan keadaan." Kata Rhys melebih-lebihkan. Rhys dan Shelina sebenarnya berteman, tapi hanya Rhys yang menganggap mereka berteman, Shelina bahkan mungkin sudah lupa pernah mengenal Rhys. Rhys sempat menyukai Shelina tapi wanita itu bersikap begitu dingin pada Rhys dan sekitarnya, jadi Rhys memutuskan untuk melupakan wanita itu. Kini Rhys tidak menyukai wanita itu lagi, hanya saja Rhys dibuat kagum dengan setiap tindakan yang diambil Shelina, karena Shelina begitu unik dan berbeda. "bagus lah, aku akan menemui klien ku itu." Max tersenyum samar, ia menutup laptopnya, "Lebih cepat lebih baik!" lanjutnya lagi. Max berjalan keluar dari perusahaanya, dan langsung menjalankan mobil sport miliknya, ia pergi tanpa para pengawalnya, ia ingin dirinya sendiri yang menemui Shelina. Entah mengapa, ia merasa begitu antusias ingin bertemu dengan Shelina, ini pertama kalinya ia merasakan perasaan asing ini. Ini pertama kalinya ia merasa sangat ingin mendekap seseorang, dan juga sangat merindukan bibir Shelina. Ya, dia sangat menginginkan bibir itu bersentuhan dengan bibirnya, ia ingin mencium wanita itu, ia ingin mencium Shelina. Menciumnya dengan keadaan dimana wanita itu telah sadar dan bisa membalas ciumannya, sebelumnya ia telah mendatangi sebuah Club, itu pertama kali baginya datang ketempat seperti itu, biasanya dia minum di ruang bar rumahnya, disana ia memperhatikan orang-orang yang berciuman. Dan saat melihat itu, hanya ada satu hal dikepala Max, ia ingin Shelina melakukan hal itu juga padanya. Kata Jared, semua wanita ingin menciumnya kan? Max pikir Shelina pasti juga akan merasa senang seperti Fiona waktu itu. Pasti Shelina tidak akan menolak, pasti ciuman Shelina akan terasa berbeda, tidak seperti Fiona yang membuatnya jijik dan tidak bernafsu. Shelina, hanya Shelina yang saat ini Max ingin kan, Max mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi memecah kemacetan di pusat kota. Mungkin Max lupa jika dia orang sibuk yang tidak mempunyai waktu lenggang, mungkin Max lupa harusnya saat ini pria itu datang ke rapat antar dewan. Mungkin dia lupa jika dia harus menyelesaikan masalah proyek senilai jutaan dolar, atau mungkin Max lebih memilih Shelina dibanding itu semua. Sebenarnya dia kenapa? Kenapa seperti ini? Shelina hanya wanita biasa pada umumnya, hanya saja Shelina sangat cantik dan pintar. Itu saja, tidak ada yang bagus lagi dari wanita sombong itu. Tapi Max tidak bisa berhenti memikirkannya semenjak bibir mereka bersentuhan, rasanya gila.   To Be Continue
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN