Berusaha Merayu Kevin

1075 Kata
Kevin termakan ucapan Mikaila yang sudah menipunya mentah-mentah dan lelaki ini masih tidak menyadari keburukan istrinya sama sekali. Kevin larut dalam ciuman yang diberikan Mikaila hingga akhirnya lelaki itu membawa istrinya ke atas ranjang mereka. Entah sejak kapan Kevin sudah melepaskan pakaian Mikaila dan mereka berdua kini sudah sama-sama polos. Kevin mulai menjamah tubuh istrinya. Ia menyentuhnya dengan jari-jarinya, memberikan pijatan-pijatan yang membuat Mikaila bergeliat tak karuan. “Hahaha Kevin geli sayang,” desah Mikaila saat Kevin terus menciumi pinggang rampingnya. Kevin haus, Kevin juga rindu menyentuh tubuh istrinya. Ia begitu rakus sekali. Kevin benar-benar memakan rakus tubuh Mikaila. Ia menghisap dan memakan rakus kedua gundukan milik istrinya dan Mikaila sudah mencengkram kedua tangannya dengan erat. Ia suka dengan Kevin karena Kevin selalu saja bisa memuaskan hasratnya. Bukan hanya harta yang Mikaila inginkan tapi ia ingin bercinta seperti ini tanpa harus memberikan anak untuk Kevin. Sudah lama Mikaila meminum obat pencegah kehamilan. Ia tidak mungkin memberikan Kevin anak atau namanya akan mati di dunia keartisannya. Mikaila sangat licik. Ia bisa menjadi kelinci dan juga bisa menjadi rubah yang kejam. “Please Kevin…” desah Mikaila lagi saat lidah Kevin asik bermain-main disela paha istrinya. “Apa kamu menginginkannya?” tanya Kevin memastikan lagi. Walau ia tak bisa menahan hasratnya tapi melihat sedikit perubahan terhadap istrinya membuat Kevin memiliki banyak pertanyaan. “Tentu saja sayang. Apa kamu tidak merindukan tubuhku?” tanya Mikaila lalu ia duduk dan mendorong dadaa kekar suaminya hingga Kevin terjatuh dan Mikaila mulai merangkak menaiki tubuh suaminya. Bibir merahnya mulai menciumi paha Kevin dan bagian tubuh Kevin yang sudah menjulang tinggi itu membuat Mikaila tersenyum. Ia menyentuhnya lalu menciumnya dan memakan milik suaminya dengan rakus. “Ooouuuccchhh sayang…” erang Kevin yang merasa miliknya semakin mengeras dan menegang hebat. Tubuhnya sudah sangat terasa kaku sekali. Mikaila tahu di mana letak kelemahan Kevin. Ya Kevin suka sekali jika miliknya dihisap oleh mulut istrinya itu dan tangan Mikaila juga memberikan pijatan yang sangat panas membuat Kevin terus mengeluarkan suara erangan yang hebat sekali. Mikaila merangkak lagi, ia menaiki atas tubuh suaminya dan dengan sengaja ia menempelkan kedua gundukannya ke dadaa Kevin dan kedua tangan Kevin sudah meremas bokongg istrinya lalu memposisikannya ke miliknya. “Aaaahhhhh…” desah Mikaila saat miliknya sudah menyatu dengan tubuh suaminya lalu ia mulai menggerakan tubuhnya naik dan turun. Suara erangan dan desahan mulai memenuhi ruang kamar mereka berdua. Tidak perduli dengan asisten mereka yang bisa mendengarnya dari balik pintu kamar mereka yang terpenting saat ini adalah hasrat mereka berdua tersalurkan. Mikaila terus memimpin sampai akhirnya ia mencapai puncak pelepasan lebih dulu dan ia masih terus memompa milik suaminya hingga akhinya Kevin tiba di puncak pelepasannya dan Mikaila langsung terbaring lemah di atas tubuh suaminya. *** Di rumah yang begitu luas dan mewah ini Aurora sedang menyirami tanaman yang ada di halaman belakang rumahnya. Aurora menikmati waktunya bersama sang Bibi yang sudah mengurus dirinya sejak kecil. “Bibi, istirahatlah dulu. Jangan sampai Bibi kelelahan,” ucap Aurora lalu memberikan kursi untuk sang Bibi. “Kamu sudah semakin dewasa dan usia kamu sudah bertambah tapi Bibi tidak pernah melihat kamu membawa laki-laki pulang ke rumah.” “Bibi, aku masih sibuk dengan pekerjaan aku. Aku belum memikirkan laki-laki mana yang akan aku nikahi.” “Lalu bagaimana dengan Kevin?” “Bi… Aku tidak tahu. Aku sebenarnya tidak menginginkan pernikahan ini tapi—huuffttt aku harus menjalankan amanat Mama dan Papa. Tante Sandra terus meminta aku untuk menikahi Kevin sedangkan Kevin sudah memiliki istri.” “Bibi tahu ini berat untuk kamu. Kamu harus memikirkannya dengan baik jangan sampai kamu kecewa. Tapi jika kamu memiliki hati untuk Kevin hanya kamu yang bisa memutuskan semua ini.” “Bi, aku tidak ingin di cap sebagai pelakor. Dan aku bukan tipe wanita seperti itu. Mereka berdua hanya menikah sirih. Dan Tante Sandra ingin aku menikah sah dengan Kevin. Hanya saja semua ini hanya sebuah status semata. Aku harus apa Bi? Aku juga ingin menikah dengan laki-laki yang aku cintai, tapi Bibi tahu aku tidak pernah membantah dan tidak pernah melanggar janji yang sudah dibuat.” “Bi senadainya aku bisa menjadi Cahaya sama seperti nama Bibi. Seandainya aku bisa menentukan keinginan aku. Tapi aku tidak bisa Bi. Aku memiliki segalanya tapi hati aku terlalu lemah untuk mengambil satu keputusan yang besar ini. Bibi tahu setiap wanita sudah pasti ingin hidup bahagia lalu bagaimana dengan aku dan Mikaila nanti? Apa aku akan bahagia jika menjalani hubungan ini? Apa aku bisa menjalaninya nanti. Bagaimana pandangan Mikaila terhadap aku. Semua harus dipikirkan Bi.” “Bibi tahu dan kamu harus memikirkannya lagi jangan sampai kamu menyesal ya. Apa pun keputusan kamu Bibi akan selalu mendukungnya.” “Terima kasih Bi. Sudah ingin hujan Bi, ayo kita masuk ke dalam rumah,” ajak Aurora lalu ia membantu Bibi-nya untuk masuk ke dalam rumah. Bibi Cahaya adalah orang yang telah merawat Aurora sejak kedua orang tua Aurora meninggal. Ia bahkan tidak menikah hingga saat ini Bibi Cahaya masih single. Ia menikmati kesendiriannya dan itu yang membuat Aurora juga berpikir jika ia masih muda dan masih banyak waktu untuk melanjutkan perjalanan hidupnya. Aurora mengajak sang Bibi untuk makan bersama. Hal ini akan ia lakukan setiap kali dirinya berada di rumah. Aurora akan memanjakan Bibi Cahaya dan memperlakukan Bibi Cahaya seperti orang tuanya sendiri. “Bibi, makan yang banyak ya. Jangan sampai Bibi sakit,” ucap Aurora lalu menuangkan lauk serta sayuran ke atas piring Bibinya. Aurora menikmati hari-harinya ia sangat bersemangat sekali menikmati masakan yang telah disiapkan Bibi Cahaya untuknya. Tapi tiba-tiba senyuman itu kembali meredup saat ia membayangkan jika dirinya ada di antara Kevin dan Mikaila. Apa yang harus ia lakukan nanti. “Rara sayang. Kenapa kamu malah melamun?” “Ah tidak kok Bi. Aku sedang menikmati rasanya sangat enak sekali. Masakan Bibi memang tiada duanya.” “Kalau gitu jangan melamun, cepat habiskan ya. Biar Bibi sudah tidak memiliki tenaga super kalau hanya memasak makanan kesukaan kamu Bibia akan menyiapkannya untuk kamu.” Aurora tersenyum. “Terima kasih Bibi. Terima kasih sudah merawat aku selama ini.” “Itu sudah seharusnya. Kamu itu memang tanggung jawab Bibi.” Aurora tersenyum lalu ia memeluk Bibi Cahaya dan setelah itu mereka berdua melanjutkan menghabiskan makanan mereka bersama. Setelah ini Aurora akan memikirkan kembali apa yang harus ia lakukan apakah Mikaila akan datang menemuinya atau tidak sama sekali semua keputusan tergantung bagaimana Mikaila menyikapinya. Aurora berharap jika Mikaila tidak akan pernah menemuinya sama sekali. Bersambung
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN