Menyenangkan Diri Sendiri

1423 Kata
“Jadi serius kamu belum memiliki kekasih? Berarti ada kesempatan dong buat daftar?” ucap James.   “Memangnya kamu kira lagi ikut kompetisi apa? Pakai daftar-daftar segala?” ucap Aurora.   “Iya dong… Hehehe,” ucap James sambil tertawa.   “Ren yuk. Kita harus ke atas dulu sebentar habis itu kita kembali ke kantor,” ajak Aurora.   “Iya Bu. Saya urus dulu pembayarannya,” ucap Rena.   “Tidak usah, biar saya saja yang bayar,” ucap James.   “Eh jangan James…” ucap Aurora.   “Ayolah Ra, masa aku dibayarin sama wanita? Mau ditaruh di mana wajah aku?” ucap James yang merasa dirinya memang tidak terbiasa dibayarin oleh wanita.   “Tapi James—“ ucap Aurora yang tak bisa melanjutkan pembicaraannya karena James sudah menuju kasir lebih dulu. Aurora dan Rena mengikuti James.   “Aku jadi tidak enak,” ucap Aurora.   “Kamu seperti baru kenal aku saja. Jadi kita harus berpisah sampai di sini?” ucap James.   “Iya… Sorry, aku harus kembali bekerja,” ucap Aurora.   “Ok, aku minta nomor kamu ya,” ucap James lalu ia mengeluarkan ponselnya dan meminta Aurora memasukan nomor ponselnya dan Aurora mengambilnya dan memberikan nomor ponselnya ke James.   “Ok, terima kasih ya. Sampai jumpa Ra. Kalian berdua hati-hati ya,” ucap James lalu ia berlalu dari hadapan Aurora dan Rena.   Aurora membuang nafasnya panjang. Ia langsung melihat Rena. “Yuk Ren… Aku mau beli sesuatu di atas,” ajak Aurora dan Rena mengangguk.   Aurora dan Rena akhirnya menaiki escalator. Mereka berdua sambil melihat-lihat pakaian yang cantik yang terpasang di patung mannequin.   “Ren ke sana dulu ya,” ajak Aurora lalu menarik lengan Rena.   Aurora melihat ada satu baju yang sangat cantik sekali. Ia ingin sekali memilikinya dan Aurora juga membelikan sekretarisnya sebuah blouse yang sangat cantik. Blouse putih dengan pita yang sedikit besar.   “Ini untuk kamu, kamu coba dulu sana,” ucap Aurora sambil memberikan blousenya.   “Tapi Bu—“   “Sudah coba sana, tidak usah pakai tapi-tapi atau apalah,” ucap Aurora lalu mendorong bahu Rena dan membawanya ke ruang ganti.   “Bu tapi ini mahal sekali.”   “Saya yang belikan kenapa kamu banyak protes kalau di luar kantor?”   “Iya tapi saya tidak enak Bu!”   “Cepat coba atau mau saya yang bukain baju kamu di sini?”   “Jangan Bu, saya masih bisa membukanya sendiri,” ucap Rena yang langsung menutup pintunya.   Aurora menggelengkan kepalanya. Ia menunggu Rena sambil melihat barang-barang yang lainnya juga. Tak lama Rena keluar dari fitting room. Ia mendekati Auroraa yang sedang melihat tas hitam yang harganya sangat fantastis sekali.   “Bu…” ucap Rena dan Aurora langsung melihat kearahnya.   “Cantik… Ok bungkus,” ucap Aurora.   “Bu… Ini beneran? Tidak potong gaji kan?”   “Tidak, tapi kalau mau potong gaji juga tidak apa-apa.”   “Hahaha, jangan Bu. Saya ganti baju dulu.” Aurora mengangguk lalu ia meletakan tasnya dan ia membayar semua barang yang dibelinya. Sudah lama sekali Aurora tidak memanjakan diri. Hari liburnya selalu ia gunakan untuk berkunjung ke makam kedua orang tuanya dan ia akan menghabiskan waktu bersama dengan sang Bibi yang sudah merawatnya hinga ia tumbuh dewasa.   “Nah yang ini juga di bungkus ya. Orangnya juga boleh di bungkus kalau muat,” ucap Aurora.   “Mana muat Bu, yang ada robek paper bag-nya,” ucap Rena.   “Hahaha.” Aurora tertawa. Hari ini hatinya sedang bahagia, entah apa yang membuatnya bahagia yang pasti hari ini ia merasa sangat senang bisa memanjakan diri bersama dengan Rena yang sudah ia anggap seperti adiknya sendiri.   Rena senang sekali karena ia melihat senyuman di wajah Bosnya itu kembali sempurnya. Sudah lama sejak kedatangan Kevin saat itu membuat Aurora sedikit murung. Wajahnya tidak ceria. Rena tidak tahu apa penyebabnya hanya saja Rena bersyukur karena Aurora sudah kembali ceria.   “Bu… Biar saya yang bawa,” ucap Rena.   “Bagi dua saja ya. Kamu kan bukan asisten saya bawain barang-barang saya.”   “Iya Bu, tidak apa-apa. Lagi pula saya sudah dibelikan baju sama Ibu. Mana mahal bajunya.”   “Tidak apa-apa. Saya suka modelnya jadi saya belikan untuk kamu. Kamu juga sudah banyak bantu saya di kantor dan harga baju itu juga tidak seberapa kok,” ucap Aurora.   “Tetap saja Bu, ini harganya setengah gaji saya. Itu biasanya saya pakai untuk kebutuhan bulanan sama bayar listrik,” ucap Rena hingga membuat Aurora tertawa.   “Kalau gitu kamu tinggal sama saya saja. Saya juga sendirian di apartemen kalau hari-hari biasa seperti ini. Saya akan pulang ke rumah kalau libur tiba.”   “Mana mungkin Bu, nanti Ibu bisa pingsan sama stress kalau saya tinggal sama Ibu.”   “Oh ya? Saya jadi penasaran.”   “Hahaha, jangan Bu, jangan penasaran. Sekarang kita mau ke mana Bu?”   “Cafe dulu ya baru ke kantor. Mumpung kerjaan tidak terlalu banyak juga.”   “Ibu langsung pulang saja biar saya yang ke kantor.”   “Terus kamu tidak jaddi tinggal dengan saya?”   “Nanti saya pikirkan ya Bu… Saya harus membereskan apartemen saya yang seperti kapal pecah.”   “Hahaha, panggil saja tukang bersih-bersih.”   “Sayang Bu uangnya. Saya kan harus membiayai orang tua saya juga yang ada di kampung sana.”   “Ya sudah kalau gitu deal.”   “Hah? Deal apanya Bu?”   “Deal kalau kamu akan tinggal di apartemen saya mulai besok. Jadi kamu bisa menyimpan uang kamu untuk keluarga kamu,” ucap Aurora sambil memperlihatkan deretan giginya dan Rena langsung diam mematung. Ia tidak tahu harus bilang apa lagi sama Aurora karena Rena tidak akan mampu menolak perintah atasannya.   “Bu tapi apa tidak apa-apa saya tinggal di apartemen Ibu?”   “Iya Rena, kamu bisa tinggal di sana. Apartemen saya ada tiga kamar dan kamu bisa menyewakan apartemen milik kamu untuk biaya tambahan bukan?”   “Iya si Bu, tapi saya tidak enak sama Ibu.”   “Kalau tidak enak kamu kasih saja garam jadi enak rasanya.”   “Iisshhh Ibu malah bercanda lagi,” ucap Rena lalu mengejar Aurora yang sudah berjalan lebih dulu.   Aurora memasukan belanjaannya ke dalam bangku penumpang belakang lalu Rena juga melakukan hal yang sama dan setelah itu mereka berdua masuk ke dalam mobil.   Aurora mulai melajukan mobilnya. Ia kembali fokus dengan stir mobilnya.   Kemacetan kota Jakarta membuat Aurora dan Rena sampai di kantor sore hari.   “Langsung pulang saja Ren, bereskan meja saja. Saya tunggu kamu di mobil ya sekalian ambil berkas yang ada di atas meja saya.”   “Ah iya Bu, tunggu sebentar ya,” ucap Rena lalu ia turun dari mobil dan masuk ke dalam gedung kantornya.   Di sisi lain.   Suara rintihan mulai terdengar jelas saat tubuh pria itu semakin menekan lebih dalam lagi. Mikaila terus mendesah merasakan tekanan yang sangat besar sekali. Milik pria ini tak sebesar milik Kevin tapi tenaga pria ini mampu membuat Mikaila kelelahan. Baru kali ini ia mendapatkan teman pemuas ranjang yang sangat membuat dirinya kesulitan mengatur nafasnya.   “Aaaahhhh baby…” desah Mikaila yang semakin mencengkram erat kedua tangannya.   “Kamu seksi sekali sayang…” ucap pria itu sambil terus memberikan hentakan-hentakan yang hebat sekali.   Pria itu langsung melepaskan miliknya dari tubuh Mikaila saat ia sudah mencapai di puncak hasratnya. Pria itu langsung menjatuhkan tubuhnya di samping tubuh polos Mikaila.   “Aku belum puas,” ucap pria itu hingga membuat Mikaila membulatkan kedua matanya.   Pria itu memiringkan wajahnya. Ia menatap wajah Mikaila yang kelelahan sambil tersenyum.   “Aku beri waktu kamu lima menit untuk istirahat. Habis itu sentuhlah tubuhku. Aku akan membayar kamu lima kali lipat dari perjanjian kita. Aku suka bercinta dengan kamu Mika,” ucap pria itu dan Mikaila tersenyum senang. Ia segera mengatur nafasnya lalu belum sampai lima menit Mikaila sudah merangkak ke atas tubuh pria kekar itu dan memulai permainannya. Mereka kembali bercinta sampai tak mengenal lelah.   Demi mendapatkan banyak uang Mikaila rela menjual tubuhnya. Ia tidak peduli dengan perasaannya saat ini. Asalakan bisa mendapatkan banyak uang maka ia bisa mengobati orang tuanya yang sedang sakit-sakitan dan ia juga bisa membangun rumah mewah di kampung halamannya sana.   Sejak ia berkenalan dengan seorang produser, Mikaila mulai menghianati Kevin dan sejak saat itu Mikaila lebih suka menjual tubuhnya demi keuntungannya. Bukan hanya namanya yang tenar tapi isi ATM-nya juga selalu bertambah banyak sekali. Setelah melayani satu lelaki ini Mikaila akan menemui kekasih hatinya yang lain selain Kevin. Siapa pria itu? Pria yang mampu merubah Mikaila menjadi wanita jalaang seperti ini hingga ia tega menghianati Kevin yang sudah dengan tulus mencintainya.   Bersambung 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN