" Namun kan kutunggu sampai kau mau"
“Teh, lihat remote TV enggak?” tanya Shaka pada Gauri yang sedang berbaring di sofa.
“Enggak tahu,”
“Teh, lihat majalah otomotif yang di simpen di bawah meja sini enggak?” giliran Jaka yang bertanya.
“Enggak tahu,”
“Aduh.. Mama lupa lagi simpen peniti di mana!!” teriak Mama.
Gauri hanya menghela nafas dan menelungkupkan tubuhnya di sofa. Ia merasa pusing kepala, sakit perut karena haid dan suasana hati yang kacau.
Ini semua gara-gara Ganendra sialan itu yang sudah membohonginya!
Huh!!
Kejadian kemarin
“Apa?” tanya Gauri setelah melongo satu menit menatap Ganedra.
“Menikah,” ulang Ganendra tegas. Pria itu terlihat tidak ada rasa ragu atau takut mengatakan hal itu pada Gauri.
“APA?” teriak Gauri sekali lagi.
“Menikah,”
Gauri menggeram dan mengambil bantal kecil di sofa lalu memukul lengan Ganendra kesal.
“U-Uri??” tanya Ganendra tidak percaya. Apakah sesensitif ini mengajak Gauri menikah??
“Kamu.. kamu pikir karena aku janda kamu bisa seenaknya? Kamu pikir karena aku janda.. kamu bisa mengajak orang sembarangan??”
“Uri, enggak seperti itu! saya minta maaf kalau ini menyinggung kamu, tapi saya serius dengan niat saya.”
“Lebih baik kamu pulang aja, Nendra!” usir Gauri.
Ganendra menghela nafas. “Uri, saya minta maaf tapi niat saya serius sama kamu!”
“Kalau kamu memang serius, oke aku jawab sekarang. Aku enggak akan menikah! Aku enggak akan menikah dengan kamu atau siapapun!! POKOKNYA AKU BENCI MENIKAH??!”
“Uri.. saya.. Uri..”
Gauri tidak mau mendengar perkataan Ganendra lagi, wanita itu mengambil tas Ganendra yang tersimpan di bawah sofa dan memberikannya pada Ganendra. Lalu mendorong punggung Ganendra untuk ke bawah. Ganendra sendiri berulangkali mencoba meminta maaf pada Gauri, namun Gauri mengacuhkannya.
Ia benar-benar benci Ganendra.
“Huhuhu hilang deh orderan 1000 pcs!!” rengek Gauri pelan. “Kira-kira Ganendra masih mau order enggak ya?”
Malam setelah kejadian itu, Gauri menyesali perbuatan tidak sopannya pada Ganendra. Ia takut Ganendra berubah pikiran dan tidak jadi memesan souvenir padanya. Padahal ia memang membutuhkan uang untuk membayar hutang.
Kira-kira jika ia mendatangi Ganendra duluan dan meminta maaf apakah Ganendra akan marah padanya tidak ya? Atau mengusirnya seperti apa yang dilakukannya pada pria itu?
Tetapi jujur saja, Gauri merasa terhina ketika Ganendra membohonginya dan malah mengajaknya untuk menikah. Bahkan mendengar kata menikah saja selalu membuatnya merasa merinding bak dihantui. Ingatannya mengenai acara pernikahannya benar-benar masih sangat jelas di benaknya.
Gauri takut kejadian sama akan terulang.
Reyhan saja bisa melakukan hal itu kepadanya, apalagi Ganendra yang memiliki wajah ganteng, mapan dan pintar.
Daripada kembali dipermalukan, lebih baik Gauri tidak menikah saja seumur hidup.
“Teh, kemarin aku udah ngobrol sama si Ian.” Ucap Jaka yang duduk di depan Gauri.
Gauri mengubah posisinya yang tengkurap menjadi terlentang dan menatap adik pertamanya. “Ian? Siapa?”
“Itu ketua himpunan di kampus aku,”
“Oh yang mau order souvenir 100 pcs buat acara himpunan itu? gimana-gimana?”
“Enggak jadi katanya,”
“Kok enggak jadi? Apa harga dari kita kemahalan? Apa jangan-jangan kamu naikin harga sembarangan ya?”
“Enak aja nuduh! Karena bukan acara formal, akhirnya panitia cuma nyiapin konsumsi aja, lagipula budget souvenir belum ada.”
Gauri mengambil notesnya yang selalu ia bawa dan membukanya lalu dengan perasaan berat ia mencoret daftar pesananan yang tertulis.
“Belum ada orderan lagi yang fix?”
Gauri mengangguk.
“Bukannya A Nendra mau pesan souvenir buat nikahan Kakaknya?”
Gauri hanya menghela nafas dan berdiri, sebelum kembali ke kamar ia menepuk kepala adiknya dengan notes pelan. “Cari orderan lagi sana,”
Begitu Gauri masuk ke dalam kamar, ia mengunci pintu dan duduk di tengah ranjang. Ia memeluk lututnya dan menyembunyikan wajahnya di antara dua lengannya.
Ini yang selalu ia lakukan iika ia mengalami masalah, diam dan menyendiri. Tidak berbuat apapun. Toh untuk apa melakukan sesuatu jika akhirnya ia akan terluka.
Tapi.. tapi..Gauri membutuhkan pemasukan. Ia tahu jika Mama dan Papanya sudah kehabisan uang sementara hutang 10 juta harus sudah masuk bulan depan atau setidaknya setengahnya.
Jika Ganendra jadi mengambil souvenir padanya ia bisa membayar hutang itu.
Apakah ia datangi saja rumah Ganendra? Tapi ia tidak tahu tempat tinggal baru pria itu. ataukah ke tempat kerja? Kecamatan? Kecamatan mana ya?
Gauri teringat sesuatu ia segera mengambil HPnya dan membuka aplikasi i********: dan membuat proful Ganendra yang minim foto tapi banyak followers itu. kenapa Ganendra bisa banyak followers? Apakah pria itu membeli followers? Dia saja mentok di 500 followers kecuali ketika insiden pernikahannya menjadi trending di twitter dan akun gossip, mendadak ia menjadi famous dan banyak yang memfollownya bahkan banyak tawaran endors padanya.
Namun Gauri segera menghapus instagramnya dan membuat akun baru. Siapa juga yang suka terkenal karena nasib tidak mujur? Jika ada yang suka itu berarti mereka sakit jiwa. Untuk apa mempermalukan diri di hadapan banyak orang seakan tidak memiliki harga.
Tetapi dirinya.. di mata orang lain tidak memiliki harga bukan? Bahkan orang-orang sering meledek statusnya yang janda. Padahal ia hanya menikah beberapa jam dan masih perawan.
Tapi mengapa orang menganggapnya ia seakan janda gatel?
Ngobrol sebentar dengan kurir yang mengantarkan pesanan saja bisa menjadi gossip, bahkan ketika ia menyapa hansip yang sedang bertugas malah hansip itu menjadi kegeeran.
Karena itu Gauri malas keluar rumah atau menyapa orang, serba salah.
Kembali lagi dengan Gauri yang membuka galeri foto Ganendra siapa tahu ia bisa mendapat petunjuk. Tetapi nihil, hanya foto Ganendra bersama teman, foto meja kerja (buat apa meja di foto? Memangnya mau dijual?), foto lapangan upacara dan foto Ganendra yang sepertinya sebagai pembicara karena pria itu memegang mic lengkap dengan seragam PNS nya.
Mic? Jadi MC kah?
Ah.. bodo amat! Intinya tidak ada jejak kantor kecamatan mana tempat Ganendra bekerja.
Langsung ke rumah orangtuanya, Gauri tidak berani. Nanti dikira Gauri agresif lagi! Gauri udah kayak lagu Raisa yang judulnya ‘serba salah’ pokoknya!
Keluar dari aplikasi i********:, Gauri kini membuka aplikasi chat. Mencoba mencari kontak Ganendra. Setelah ketemu, wanita itu hanya membuka profil picture dan menatapnya lama.
Mengapa Ganendra melamarnya?
Apakah Ganendra mempermainkannya ataukah Ganendra… suka padanya?
Gauri tertawa keras dengan pemikiran terakhirnya. Suka? Tidak mungkin! Sejak SD Ganendra itu lurus, bahkan tidak pernah kelihatan dia ngobrol dengan perempuan. Apalagi pria itu selalu ditunggu orangtuanya, sehingga setelah sekolah pasti langsung pulang. Berbeda dengan Gauri yang pulang sekolah siang tapi sampai rumah sore karena bermain bersama teman-temannya.
Waktu bertemu di tempat ngaji juga Ganendra tidak pernah menyapanya, malah pura-pura tidak kenal dirinya. Pernah sekali Gauri mencoba mengajak bicara Ganendra ketika ia lupa membawa iqra dan ingin meminjam punya Ganendra, pria itu malah mengacuhkannya dan pergi.
Tapi yang lebih bodohnya, dirinya malah menganggap apa yang dilakukan Ganendra itu cool seperti hua ze lei yang cuek pada Shan cai.
Duh.. korban meteor garden nih dulu!!!
Yah terlepas dari sikap Ganendra padanya, jadi wajar saja jika Gauri kaget dengan kedatangan Ganendra yang tiba-tiba datang ke acara pernikahannya dan memanggilnya “Uri”, bukan itu saja pria itu terlihat senang melihatnya di acara reuni.
Aneh pokoknya si Ganendra!
Gauri menatap HPnya kembali dan tersentak melihat jarinya yang tidak sengaja memencet tombol panggilan ke pria itu. mata Gauri semakin melotot melihat panggilannya yang di jawab oleh si penerima di sebrang.
INI APA-APAAN SIH?
KENAPA JARINYA ENGGAK BISA GENGSI SEDIKIT SIH? KAN GAURI SEKARANG JADI BINGUNG!!