bc

Rahim 10 Milyar

book_age18+
2.1K
IKUTI
23.5K
BACA
contract marriage
escape while being pregnant
pregnant
stepfather
drama
city
office/work place
lies
assistant
like
intro-logo
Uraian

"Saya bayar rahimmu 10 milyar, mengandung dan lahirkan anak untuk saya!” ucap Regan dengan ekspresi datarnya."Hah … maksudnya bagaimana, Tuan?" Kiana terkejut dan tak percaya dengan apa yang dikatakan putra sulung majikannya itu."Kamu butuh uang dan saya butuh keturunan. Kita saling take and give, adil, ‘kan?" jawab Regan sambil menatap tajam ke arah Kiana.Kiana tidak pernah menyangka jika dia akan mendapatkan tawaran gila itu dari putra majikannya. Tawaran yang menjeratnya dalam hubungan tanpa cinta. Apakah Kiana akan menerima tawaran itu? Dan, apa pada akhirnya nanti, Kiana sanggup berpisah dengan anak yang dilahirkannya?

chap-preview
Pratinjau gratis
Bab 1. Tawaran
"Saya bayar rahimmu 10 milyar, mengandung dan lahirkan anak untuk saya!” Seorang lelaki bernama Regan terdengar memberi penawaran yang cukup gila pada asisten rumah tangganya. Ya, Kiana memang sedang membutuhkan uang sebesar 50 juta demi melunasi utang orang tuanya. Namun, wanita itu tidak pernah berpikir akan menerima tawaran yang menurutnya sangat tidak masuk akal. "Hah ... maksudnya bagaimana, Tuan?" Kiana masih tak percaya dengan apa yang dikatakan putra sulung majikannya itu. "Kamu butuh uang dan saya butuh keturunan. Kita saling take and give. Jadi, saya pikir ini kesepakatan yang adil, bukan?" jawab Regan sambil menatap tajam ke arah Kiana. Lelaki itu memang sempat mendengar secara tidak sengaja saat adiknya memberi bantuan pada Kiana saat gadis itu menceritakan soal utang orang tuanya. "Bagaimana?"Regan kembali bertanya setelah melihat Kiana hanya diam tak menjawab. “Tuan jangan gilalah! Semiskin-miskinnya saya, tidak pernah terlintas dalam pikiran saya untuk menyewakan rahim, apalagi menukar darah daging saya dengan nominal berapa pun." Amarah Kiana terpancing merasa direndahkan oleh Regan. “Kamu yakin? Yakin, jika suatu saat nanti kamu tidak akan menjilat ludahmu sendiri?” Regan tampak menyeringai. Entah kenapa lelaki itu merasa sangat yakin jika Kiana tidak mungkin menolak tawarannya. “Kalau kamu belum bisa memutuskan sekarang, temui saya maksimal satu minggu dari sekarang! Ingat! Kesempatan ini tidak akan datang dua kali.” “Dasar sinting!” umpat Kiana terlanjur tersulut emosinya. Terserah, saya hanya memberi solusi yang akan menguntungkan kita berdua. Kalau kamu tidak mau ya tidak masalah buat saya, toh saya juga masih bisa mencari perempuan lain yang bisa saya sewa rahimnya untuk melahirkan anak saya,ucap Regan sarkas lalu meninggalkan Kiana untuk beranjak ke kamar mandi. Pikiran Kiana mulai menimbang tawaran Regan, kalau dia menerima, jelas masalah utang orang tuanya akan selesai, rumah juga terselamatkan, tetapi bagaimana dengan nasibnya? Harus mengandung dan melahirkan anak yang nanti akan dipisahkan dengannya. Belum lagi kalau harus disentuh tanpa adanya ikatan pernikahan, membayangkan saja Kiana sudah ketakutan. Regan keluar dari kamar mandi tersenyum samar, mendapati Kiana masih berada dalam kamarnya. "Kalau belum bisa menjawab sekarang, masih ada waktu beberapa hari. Pikirkan matang-matang sebelum mengambil keputusan!" Regan terdengar membuka suara hingga membuat Kiana terkejut. "Ya ampun, Tuan bikin saya kaget aja," protes Kiana kesal. "Sudah istirahat sana, saya juga mau tidur!” "Saya bisa saja menerima tawaran itu, tapi saya tidak mau disentuh kalau bukan sama pasangan halal," ucap Kiana tiba-tiba. "Oke, kalau begitu kita menikah secara kontrak, bagaimana?" tawar Regan cepat, jangan sampai Kiana berubah pikiran. "Mak-sud, Tuan, kita nikah kontrak gitu?" Kiana memperjelas apa yang didengarnya. "Iya, supaya kamu tidak merasa dirugikan." "Boleh minta waktu untuk berpikir?" pinta Kiana yang sebenarnya masih ragu dengan keputusannya, tetapi untuk mencari uang sebanyak itu dalam waktu singkat di mana lagi? "Oke! Hanya satu Minggu," jawab Regan dingin. *** Lima hari sudah berlalu sejak Regan menawarkan kesepakatan sewa rahim pada Kiana. Nyatanya, gadis itu belum juga mengambil keputusan, padahal ibunya juga hampir tiap hari menghubungi, menanyakan tentang uang untuk pelunasan utang. Regan sendiri seperti acuh, setiap mereka berinteraksi sama sekali tidak ada pembahasan mengenal hal itu. Kiana sendiri tidak berani memulai lebih dulu. Sampai akhirnya, malam ini adalah malam di mana batas waktu yang diberikan Regan dan itu bertepatan dengan pembayaran utang orang tuanya. Kiana pun semakin dibuat pusing memikirkannya, membayangkan apa yang akan terjadi sudah membuatnya ketakutan sendiri. Kehilangan rumah atau menyewakan rahimnya. Keesokan pagi, Kiana menemui Regan di ruang kerjanya sambil membawakan bekal makan siang. "Tuan, maaf ini bekal makan siangnya." Kiana meletakkan tas bekal di atas meja kerja. "Ada lagi yang mau dibicarakan?" tanya Regan tanpa mengalihkan perhatian dari macbook miliknya. "Sa--ya bersedia menyewakan rahim saya, tapi dengan syarat nikah kontrak," ucap Kiana, gadis itu akhirnya menyetujui tawaran yang tidak masuk akal dari Regan. "Oke, hari ini juga kamu siapkan persyaratan untuk pendaftaran kita nikah dan nanti sore kita buat kesepakatan kontrak pernikahan kita. Saya akan langsung mengirimkan uang 500 juta sebagai tanda jadi kesepakatan kita." Regan melenggang pergi tanpa menoleh sedikit pun, bahkan Kiana belum sempat mengucapkan terima kasih. "Apa aku bisa hidup dengan laki-laki sedingin dan secuek itu?” gumam Kiana menatap punggung lebar Regan yang semakin menjauh. Kiana hampir saja berteriak saat melihat notifikasi M-banking di ponselnya. Seumur hidup baru kali ini melihat nominal sebanyak itu di rekeningnya. Kiana pun langsung menghubungi ibunya, memberi kabar kalau uang untuk membayar utang sudah ada. *** Malam hari setelah makan malam, Regan memanggil Kiana ke ruang kerjanya. CEO RE Company itu sudah menyiapkan surat perjanjian pernikahan kontrak yang akan mereka jalani. "Baca dulu dengan teliti, kalau kamu mau menambahkan poin yang kamu anggap penting, silakan!” Regan menyerahkan satu bundel surat perjanjian kontrak nikah mereka. Kiana mulai membaca halaman demi halaman yang intinya mereka akan menikah sampai Kiana melahirkan dan anak mereka berusia enam bulan. Dilarang mencampuri urusan pribadi masing-masing. Regan juga akan menjamin hidup Kiana selama menikah. Setelah beberapa saat mencermati poin-poin penting, Kiana langsung membubuhkan tanda tangan di atas materai. "Kamu tidak keberatan dengan syarat itu? Atau tidak mau menambahkan poin lainnya?" tanya Regan sebelum dirinya juga menandatangani perjanjian tersebut. "Tidak Tuan, ini sudah cukup," jawab Kiana mengembalikan perjanjian tersebut pada Regan. "Copy KK juga KTP kamu sudah siap?" tanya Regan sambil menandatangani surat perjanjian. Kiana menyerahkan berkas yang diminta Regan. "Seminggu lagi kita menikah, sebelumnya saya ajak kamu ketemu sama kakek. Besok Robi akan jemput kamu, kita fitting baju dan cari cincin nikah!” Ucapan Regan tegas tak terbantahkan. "Maaf, Tuan, saya besok mau pulang sebentar, antar uang untuk bayar utang," ucap Kiana takut-takut. "Jam berapa? Apa seharian?" "Pagi, saya minta izin sehari saja. Jadi, saya baru kembali lusa." Regan menatap Kiana. "Kamu pulang siang atau sore setelah selesai fitting sama cari cincin. Nanti biar diantar Robi, besoknya juga tunggu Robi jemput!” Kiana hanya mengangguk pasrah dengan apa yang dikatakan tuan mudanya. Mau membantah juga percuma. "Ada lagi yang mau dibahas, Tuan?" "Nggak ada." Kiana meninggalkan Regan dengan pikiran semakin berkecamuk. Masalah utang ibunya anggap saja selesai karena uangnya sudah ada. Namun, lembaran hidupnya yang baru justru akan dimulai. Awal perjalanan yang diniati karena saling menguntungkan, bukan pernikahan berdasarkan cinta, entah seperti apa jadinya. *** "Kakek, ini Kiana, calon istriku." Regan memperkenalkan Kiana pada Wijaya–kakeknya. Pemilik Wijaya crop itu yang meminta Regan secepatnya menikah dan memberinya cucu buyut, sebagai syarat untuk memegang tampuk kepemimpinan perusahan sang kakek. Bukan tanpa alasan Wijaya meminta syarat tersebut karena melihat cucunya yang menutup diri semenjak dikhianati istrinya dulu, Regan seperti enggan menikah lagi. "Kiana, bukannya kamu bekerja di rumah anak saya?" Wijaya memandang Kiana seperti sedang menilai calon istri cucu kesayangannya. Kiana melirik Regan, meminta bantuan untuk menjawab pertanyaan itu. Namun, lelaki yang akan memperistrinya malah asyik menikmati hidangan seolah tak peduli. "Dasar kulkas, oke kalau memang aku harus menghadapi Tuan Wijaya sendiri, akan aku lakukan," batin Kiana geram dengan sikap tuan muda super dingin itu. Kiana menghela napas perlahan sebelum mulai menjawab pertanyaan Wijaya. “Betul, Tuan. Saya memang bekerja dengan keluarga Prayogo." "Terus, kenapa kamu mau menikah dengan anak nakal ini? Apa kamu mencintainya?" Bersambung.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
233.7K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
188.6K
bc

Hasrat Meresahkan Pria Dewasa

read
30.3K
bc

TERNODA

read
198.7K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.8K
bc

Setelah 10 Tahun Berpisah

read
58.0K
bc

My Secret Little Wife

read
132.1K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook