“Baik, saya akan tetap bekerja di sini, tapi jika kejadian itu terulang lagi, saya nggak segan melaporkan Bapak ke polisi. Terus satu lagi, jangan ada cinta dalam hubungan pekerjaan ini!”
Dikhianati sang kekasih membuat Alina mati rasa dan tidak percaya cinta. Menganggap semua lelaki sama, hanya bisa memberikan luka.
“Cinta? Kamu pikir saya cinta sama kamu, saya itu Cuma mau kamu tetap kerja sama saya buat melindungi saya dari tunangan saya yang sering nekat itu! Nggak lebih!”
Lalu apakah atasan Alina bisa tetap menjaga komitmennya? Yuk ikutu kisah mereka.
Hidup bukan melulu tentang uang, harta, kedudukan, juga jabatan. Ketenangan, kenyamanan, bahkan kasih sayang yang hangat, lebih dibutuhkan untuk tetap menjaga kewarasan. Banyaknya harta tidak menjamin ketenangan. Tingginya jabatan, belum tentu menumbuhkan kenyamanan. Seperti yang dirasakan sosok Frida Garini, gadis muda, mandiri, energik, selalu ceria. Segala bentuk fasilitas dan kemewahan yang diberikan kedua orang tuanya justru menbuatnya merasa kesepian.
Dua tahun sudah Frida keluar dari rumah orang tuanya, sekadar ingin membuktikan kalau dia mampu mandiri tanpa segala fasilitas dari kedua orang tuanya. Hingga takdir mempertemukan Frida dengan sosok malaikat kecil yang juga sedang kesepian. Emira Halime, nama gadis kecil yang mengira Frida adalah ibunya, selalu membayangi setiap langkah gadis berambut panjang tersebut.
Rasa iba dan sayang perlahan tumbuh di hati Frida, hingga mencoba menerima kehadiran Emira, walau pada awalnya Frida sangat risih dengan kehadiran Emira. Kedekatan dua perempuan beda usia itu, ternyata disalah artikan oleh keluarga Emira. Beberapa kali Frida mengalami teror dari orang-orang tak dikenalnya.
"Saya bayar rahimmu 10 milyar, mengandung dan lahirkan anak untuk saya!” ucap Regan dengan ekspresi datarnya."Hah … maksudnya bagaimana, Tuan?" Kiana terkejut dan tak percaya dengan apa yang dikatakan putra sulung majikannya itu."Kamu butuh uang dan saya butuh keturunan. Kita saling take and give, adil, ‘kan?" jawab Regan sambil menatap tajam ke arah Kiana.Kiana tidak pernah menyangka jika dia akan mendapatkan tawaran gila itu dari putra majikannya. Tawaran yang menjeratnya dalam hubungan tanpa cinta. Apakah Kiana akan menerima tawaran itu? Dan, apa pada akhirnya nanti, Kiana sanggup berpisah dengan anak yang dilahirkannya?
"Ish, sial ... Sakit banget lagi," umpat Nayyara merasakan kesakitan di pangkal pahanya. Ada bercak darah yang sudah mengering di paha dalamnya.Dengan amarah yang semakin menggunung Nayyara menyingkirkan kaki Shakil yang masih menindih pahanya. Shakil terbangun dengan sangat terkejut, melihat dirinya dalam keadaan tanpa busana, terlebih melihat ada Nayyara yang juga dalam kondisi sama dengan dirinya."Ka-mu ... Apa yang kamu lakukan di sini? Dan ini apa? Kenapa kita telanjang begini? Kamu berusaha menjebak saya ya?" cecar Shakil pada Nayyara yang sedang memakai kembali pakaiannya."Bapak pikir saya serendah itu sampai menyerahkan tubuh saya pada lelaki yang bukan mahram saya? Bapak lupa dengan apa yang telah Bapak lakukan pada saya? Atau tiba-tiba Bapak amnesia?" Nayyara balik menyerang Shakil dengan pertanyaan. Kilat amarah terlihat jelas dari sorot mata Nayyara.Tertatih langkah Nayyara meninggalkan ruangan yang telah membuatnya kehilangan masa depannya. Shakil masih terdiam, mencerna apa yang sebenarnya telah terjadi antar dirinya dengan Nayyara. Suara pintu tertutup dengan keras mengembalikan kesadaran Shakil. Bergegas lelaki dengan jambang di wajahnya itu memakai bajunya dan menyusul Nayyara."Nay ... Tunggu!" Nayyara menghentikan langkahnya. Pangkal pahanya masih terasa nyeri, hatinya sakit dan entah rasa apalagi yang berkecamuk dalam batinnya begitu melihat wajah Shakil. Wajah yang sebelum kejadian laknat begitu memesona, berwibawa hingga membuat Nayyara mengagumi secara diam tapi, kini semua sirna dari benaknya. Yang ada hanya kebencian, amarah, kecewa, juga rasa sakit tertancap sempurna dalam batinnya."Berapa aku harus membayar semua ini?" Satu kesalahan lagi dilakukan Shakil terhadap Nayyara. Bukan jawaban yang diterima mantan TKI itu tapi, justru tamparan yang diterimanya.