bc

Cinta Berbahaya Sang Pewaris

book_age18+
24
IKUTI
1K
BACA
dark
love-triangle
contract marriage
family
HE
fated
forced
opposites attract
friends to lovers
arranged marriage
arrogant
badboy
kickass heroine
mafia
heir/heiress
blue collar
drama
sweet
bxg
city
office/work place
small town
cheating
disappearance
enimies to lovers
lies
secrets
multiple personality
affair
polygamy
surrender
like
intro-logo
Uraian

Di usianya yang baru 19 tahun, Alina harus mengorbankan masa mudanya. Terjerat utang keluarga, ia dipaksa menikah dengan Damian, CEO perusahaan tempatnya bekerja.

Damian, pria matang berusia 32 tahun, dikenal dingin, arogan, dan tak tersentuh. Ia memiliki segalanya, kecuali hati.

Pernikahan ini adalah solusi bagi Alina dan sebuah strategi bagi Damian. Alina menikah demi kebebasan, sementara Damian menikah demi sebuah tujuan rahasia.

Di atas kertas, mereka adalah suami-istri. Namun pada kenyataannya, mereka adalah dua orang asing yang terikat dalam sangkar emas. Akankah pernikahan tanpa cinta ini berhasil memenuhi rencana tersembunyi Damian? Atau akankah hati Alina yang muda justru mampu meruntuhkan dinding es di hati pria itu?

chap-preview
Pratinjau gratis
Kelinci kecil
Getaran ponsel di atas meja membuat Alina Saraswati tersentak. Ia buru-buru meraih benda itu, menekan tombol silent saat beberapa kepala di bilik sebelahnya menoleh. Sebagai karyawan baru di DDR Group, ia masih merasa canggung dan berusaha untuk tidak menarik perhatian. Nama ‘Ayah’ tertera di layar. Jantungnya berdebar sedikit lebih cepat. Tumben ayahnya menelepon di jam kerja. "Permisi, saya izin keluar sebentar," bisiknya pada supervisor, yang hanya mengangguk singkat tanpa menoleh. Alina berjalan cepat menuju koridor tangga darurat, satu-satunya tempat yang cukup sepi. "Iya, halo, Yah," jawab Alina, mencoba menyembunyikan napasnya yang terengah. "Alina? Kamu lagi kerja, Nak?" suara Pak Tony terdengar di seberang. "Iya, Yah. Tapi nggak apa-apa, kok. Ayah, Ibu, sama Alan gimana kabarnya?" tanyanya beruntun, terlalu senang mendapat panggilan ini. Hening sejenak. Pak Tony menghela napas panjang. "Ayah sama Rio baik, Nak. Tapi Ibumu..." Jantung Alina seakan berhenti berdetak. "Ibu kenapa, Yah?" "Ibumu sakit, Lin. Sekarang dirawat di rumah sakit." "Apa?!" mata Alina seketika berkaca-kaca, siap tumpah. "Sekarang keadaan Ibu gimana, Yah?" tanyanya, suaranya bergetar menahan isak. "Ibumu harus segera dioperasi, Nak. Tapi Ayah sudah tidak mampu membiayai pengobatan di rumah sakit. Ayah sudah jual setengah lahan kebun, tapi tidak cukup," suara Pak Tony terdengar putus asa. "Tapi Ibu harus sembuh, Yah! Aku nggak mau Ibu kenapa-napa..." "Ayah akan coba pinjam pada Pak Doni," "Jangan, Yah!" potong Alina cepat. "Ayah sudah berutang banyak sama rentenir kejam itu. Aku nggak mau Ayah disakiti olehnya lagi." "Terus gimana, Nak? Ayah..." "Biar Alina yang urus, Yah," kata Alina, nadanya lebih tegas, walau air mata sudah mengalir di pipinya. "Alina akan coba pinjam uang dari perusahaan tempat Alina bekerja." "Tapi Ayah nggak mau merepotkan kamu, Nak. Maafkan Ayah yang sudah gagal jadi Ayah yang baik buat kamu dan Alan." "Ini sudah jadi kewajiban Alina, Yah. Sebagai anak," isak Alina. "Ayah jangan bilang begitu. Ayah yang tenang, ya. Lakukan saja operasinya. Alina janji akan segera mendapatkan uang itu." "Terima kasih, Nak. Kamu memang anak yang berbakti," suara Pak Tony terdengar sedikit lega. "Ya sudah, kamu jaga diri baik-baik di sana. Ayah mau jenguk Ibumu lagi." "Iya, Yah. Ayah juga jaga diri." Sambungan telepon terputus. Alina bersandar di dinding koridor yang dingin. Napasnya tersengal. Ia harus mendapatkan uang itu, berapa pun caranya. Tanpa pikir panjang, ia bergegas menuju departemen HRD, otaknya hanya fokus pada satu hal: kesehatan ibunya. Ia melangkah cepat menyusuri lobi, tidak menyadari beberapa pasang mata pria menoleh ke arahnya. Alina, 19 tahun, memang memiliki kecantikan sederhana yang memikat. Hidung mancung, bibir mungil, dan mata indah yang kini dibayangi kepanikan. Walaupun berpenampilan sederhana, Alina sangat populer dan selalu jadi perbincangan kaum pria di kantor. Namun, popularitas itu juga yang membuat beberapa rekan wanita iri dan sering mengganggunya. Sifatnya yang lemah lembut dan sabar sering disalahartikan. Tapi hari ini, Alina tidak peduli pada semua itu. Ia hanya perlu menyelamatkan ibunya. Setelah menandatangani surat perjanjian pinjaman karyawan—yang syaratnya bahkan tidak ia baca dengan teliti—uang itu pun cair beberapa jam kemudian. Ia segera mengirimkannya kepada ayahnya. Operasi Ibu Alina berjalan lancar. Beberapa minggu kemudian, ibunya sudah diperbolehkan pulang dan sehat seperti sedia kala. Sementara Alina bernapas lega, ia lupa bahwa di gedung yang sama, sepasang mata dingin akan segera memperhitungkan utangnya. "... dan jika target itu tidak tercapai, anggap saja divisi Anda tidak ada." Damian Dharmendra (32) menutup panggilan video di layar lebarnya tanpa menunggu jawaban. Pria itu bersandar di kursi kulit mewahnya. Dengan hidung mancung, rahang kokoh, dan fisik yang nyaris sempurna, ia adalah definisi pria tampan dengan sejuta pesona. Banyak wanita rela antre untuk merebut hatinya, bahkan rela menjadi 'teman penghangat ranjang'. Namun, Damian tak pernah menggubris mereka. Hatinya telah terkunci untuk wanita dari masa lalunya, yang meninggalkannya tanpa alasan dua tahun lalu. Ia dikenal memiliki sifat dingin dan arogan, ditambah kekuasaan dan status yang tinggi. Sebagai pewaris tunggal DDR Group, perusahaan teknologi raksasa, ia tak segan menghabisi lawan bisnisnya. Kecerdasannya diimbangi sifat posesif akut, terutama pada orang yang ia sayangi. Trauma masa lalu membuatnya akan melakukan apa pun agar mereka tak pergi dari sisinya. Ia memiliki masa lalu kelam, ketika kedua orang tuanya dibunuh di depan matanya saat ia berusia 12 tahun. Ia selamat setelah bersembunyi di ruang darurat bersama orang kepercayaan ayahnya. Keharusan mengasingkan diri dari incaran musuh telah membentuk sisi gelap dalam dirinya, yang didorong oleh satu tujuan, membalaskan dendam. "Samuel," panggil Damian melalui interkom. Kurang dari sepuluh detik, pintu ruangannya terbuka. "Iya, Tuan?" jawab Samuel, sekretaris sekaligus asisten pribadinya yang selalu berwajah kaku. "Laporan hari ini." "Baik, Tuan." Samuel meletakkan sebuah tablet di meja. "Semua sesuai jadwal. Kecuali satu hal. Laporan dari keuangan, ada satu pinjaman karyawan yang telah melewati tenggat pembayaran." Damian mengangkat sebelah alisnya, tidak tertarik. "Urusan HRD." "Masalahnya, Tuan," lanjut Samuel, "peminjamnya adalah karyawan baru yang langsung mengambil pinjaman besar di hari pertamanya dan menggunakan klausul 'darurat keluarga'. Pihak legal meminta persetujuan Anda untuk langkah selanjutnya." Damian akhirnya menatap Samuel. "Siapa yang berani berbohong padaku?" "Namanya Alina Saraswati, Tuan." Damian terdiam sejenak. "Selidiki latar belakang gadis itu." "Sudah, Tuan," jawab Samuel sigap. "Keluarga sederhana. Ayah seorang petani, Ibu baru saja menjalani operasi." "Alasan tidak mengubah fakta," desis Damian. "Dia mangkir dari utangnya." Wajah Damian mengeras, seringai tipis yang dingin terbit di bibirnya. Itu adalah seringai yang selalu membuat Samuel bergidik ngeri. "Di mana gadis itu sekarang?" Samuel segera mengecek tabletnya. "Ponselnya terlacak di sebuah sudut kota, di jalan XX, Tuan." Damian berdiri, merapikan setelan jasnya yang mahal. "Siapkan mobil. Kita akan memberi pelajaran pada kelinci kecil itu setelah jam kantor." "Baik, Tuan."

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

30 Days to Freedom: Abandoned Luna is Secret Shadow King

read
314.7K
bc

Too Late for Regret

read
317.0K
bc

Just One Kiss, before divorcing me

read
1.7M
bc

Alpha's Regret: the Luna is Secret Heiress!

read
1.3M
bc

The Warrior's Broken Mate

read
144.9K
bc

The Lost Pack

read
436.1K
bc

Revenge, served in a black dress

read
152.6K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook