bc

Oh, Her Brother!

book_age18+
2.5K
IKUTI
10.6K
BACA
family
dominant
submissive
drama
comedy
sweet
bxb
like
intro-logo
Uraian

Edgar itu suka perempuan manis macam Ara, dia berniat ngelakuin pendekatan sama Arania, tadinya.

Tapi, rencana itu harus berulang kali gagal karena kakak lelaki Ara yang galaknya enggak ketulungan. Ngebuat intensitas bertemu Edgar sama laki-laki itu lebih banyak daripada ketemu Ara sang gebetan.

Jadi Edgar mau pendekatan sama Ara, kok malah jadi sama kakaknya sih?!

---

Gue tau kalo setiap kakak laki-laki bakal protected adeknya banget. Bahkan bisa sampe over-protective. Tapi, ya nggak gitu juga kali!—Edgar.

Adek gue itu nomer satu. Jadi, kalo ada yang berani ngedeketin dia, hadepin gue!—Andrew.

chap-preview
Pratinjau gratis
1
"Ara, malem ini jalan, yuk!" "Jadi ceritanya kamu ngajakin aku malmingan, Gar?" "Eh?" Edgar mendadak gugup dikasih pertanyaan itu, yaa ... gimana ya ... emang bener sih, tujuan dia ngomong sama Ara kan karena pengen ngajak malam mingguan bareng. "Hehe, mau nggak?" "Boleh! Ke mana?" jawab si rambut sebahu itu antusias. "Nggak tau. Hehe." Edgar mendadak cengengesan di depan Ara. Bingung dia tuh harus ngapain di depan gebetan. "Lah, kamu ngajak kok nggak tau mau ke mana sih, Gar? Aneh!" "Hehe, gimana nanti malem aja kali ya, Ra?" Ara mengangguk pada akhirnya. "Oke. Jam tujuh, ya?" "Siap, Bos!" - Dan di sinilah Edgar sekarang. Tepat di depan pintu berkayu jati rumah Ara yang terlihat kokoh. Mau ngetok, takut orang rumah keberisikan. Mau teriak pake kata; 'Ara! Main, yuk!', gak mungkin bangetlah! Orang gila mana yang ngajak malmingan romantis dengan teriakan kayak gitu. Telepon Ara bisa kali, ya? Edgar pun lantas mengambil ponsel pintar di saku celananya. Mencari kontak sang pujaan hati di gawainya. Eh, belom juga nyentuh gambar telepon ijo di layarnya, dia udah dikagetin sama pintu yang mendadak kebuka. Edgar mendadak autis. "Nyari siapa?" tanya seorang pria ganteng, tinggi pula. Edgar langsung berasa kerdil seketika. Edgar masih mangap dengan tampang culunnya. Shock. Sebenernya Edgar ganteng, kok! Cuma ya gitu ... ketutupan sama kacamata ber-frame besar bulatnya yang cukup memenuhi kriteria untuk disebut spion. "Gue nanya, lo nyari siapa?" ulang si Pria tinggi lagi. Kali ini mukanya sudah kusut banget, karena sejujurnya si tinggi ini paling malas kalau disuruh mengulangi perkataan atau apa pun itu. "A-Ara, Kak," jawab Edgar gugup. Entah kenapa, ngeliat tampang kusut si mas-mas tinggi yang keliatan galak ini ngebuat dia gemeteran. Tatapannya mengintimidasi, cuk! "Hah? Ara? Mau ngapain lo nyari adek gue?" "Eh, anu ... anu ...." "Gue nggak nanya 'anu' lo!" Ambigu. Sangat ambigu. "Eh, anu, eh! Aku mau pergi sama Ara, Kak." "Ke mana?" Alis si tinggi pun terangkat, menambah kesan garang di wajah tampannya. "Eng—nggak tau, Kak." "Siapa yang ngajak jalan? Elo atau Ara?" "A-aku—" "Gimana, sih! Ngajak jalan, tapi nggak tau mau ke mana! Lo mau ngajak adek gue ke tempat yang nggak bener, 'kan? Ngaku lo!" "ENGGAK, KAK!" Edgar mendadak ngejerit panik dituduh gitu. Si tinggi tertawa keras dalam hati. "Siapa nama—" "Ada siapa, Kak? Edgar, ya?" tanya Ara dari dalam rumah agar kakaknya mendengar pertanyaannya. "Bukan!" "Iya!" Jawaban mereka serentak, tapi tak kompak. Si kakak menyahut bukan, sedangkan Edgar menyahut iya. "Siapa suruh lo nyaut, Culun!?" maki si kakak tinggi, kesal dengan Edgar. "M-maaf, Kak." Edgar menunduk takut-takut. Ini kakak Ara garang banget, beda sekali sama Ara yang manis. "Eh, Edgar!" Ara tiba-tiba datang, memecah ketegangan yang sempat menerpa keduanya—hanya Edgar sih lebih tepatnya—menyapa Edgar sambil tersenyum riang, kemudian menoleh ke arah kakaknya yang jauh lebih tinggi darinya, "Kak! Kenalin, ini Edgar. Gar, ini Kak Andrew." Muka Andrew langsung ramah dan menyalami Edgar. Namun, muka boleh ramah, tapi tangannya itu, lho! Diam-diem ngeremes keras tangan Edgar. Ngebuat Edgar meringis kesakitan. "Kak, aku sama Edgar pergi dulu, ya," ujar Ara sambil menggamit lengan Edgar dan mulai berjalan. "Tunggu!" Andrew tiba-tiba menghentikan jalannya Ara dan Edgar. "Kenapa, Kak?" "Kakak ikut." "Eh?!" - Edgar merasa ingin bunuh diri saja di mobilnya sendiri. Bayangkan sekarang kamu lagi nyetir mobil, kemudian di samping tempat dudukmu bukannya perempuan pujaan hati alias gebetan, eh malah si kakaknya gebetan yang galaknya nggak ketulungan. Edgar langsung pengen nyeburin dirinya ke air panas. Kalo bisa yang mendidih sekalian. "Eh, Gar! Tau, nggak? Sekarang lagi ada film bagus lho di bioskop!" "Eh? Hehe, film apa?" tanya Edgar dengan nada berlumur kecanggungan yang kentara. "Itu tuh, film The Nun. Filmnya si hantu yang mirip Valak." "Oh, ya? Hehe." "Iya. Itukan seru—bla bla bla." Tapi, emang dasarnya aja Ara nggak peka, jadinya dia nyerocos aja terus tanpa merhatiin atmosfer panas di mobil yang ber-AC dingin ini. Gimana nggak panas? Orang tiap kali Ara ngajak ngomong Edgar, Andrew tuh selalu natap Edgar dengan mata elangnya yang tajam. Diam-diam Edgar menyeka keringat yang bercucuran di dahinya. "NYETIR PAKE DUA TANGAN! BARU JUGA DAPET SIM UDAH GEGAYAAN NYETIR PAKE SATU TANGAN!" Glek! Edgar salah apa lagi, Ya Tuhan! - "Mau pilih seat nomer berapa, Mbak, Mas?" "Nomer berapa, Ra?" "20, 21, 22 aja, Mbak!" Bukan, itu bukan Ara yang ngejawab. Pertanyaan mungkin diberikan pada Ara, tapi tetap saja yang menjawab malah Andrew. "Oke. Seat nomer 20, 21, 22 sudah direservasi ya, Mas," ujar pegawai penjual tiket bioskop, kemudian mencetak tiket untuk tiga orang dan memberikannya pada Andrew yang memutuskan untuk membayarkan dua bocil di hadapannya ini. Walaupun galak, Andrew itu tahu diri orangnya. Dia kan paling tua, udah kerja juga. Masa iya dibayarin bocah kayak Edgar? "Gue nomer dua puluh, lo nomer dua satu ya, Ra," ujar Edgar mengomando. Suatu kemajuan yang lumayan pesat. "Enggak, nggak! Nggak bisa!" seru Andrew menyanggah ucapan Edgar, "Yang bener itu lo nomer dua-dua, gue nomer dua satu, Ara nomer dua puluh." "Kok gitu sih, Kak?" protes Edgar sambil mengernyitkan dahinya serta bibirnya yang mengerucut lucu. "Gak ada protes. Seat-nya gitu atau pulang aja, gak jadi nonton." Telak! Ancaman mutlak yang langsung membuat Edgar bungkam seketika, tak bisa dibantah. "O-oke." Ketiga manusia itu pun berjalan ke ruang bioskop karena film akan segera dimulai. Setelah memasuki pintu masuk theater 5, akhirnya mereka duduk anteng menempati seat masing-masing. Edgar menyesal memilih mengikuti ucapan Andrew. Nyatanya sekarang ia duduk di posisi yang sangat-sangat tidak menguntungkan. Bagaimana tidak? Tempat duduknya berada di pojokan. Ia diapit oleh dinding kedap suara bioskop dan di sampingnya telah duduk manusia titisan Dajjal yang bernama Andrew Arnoldi. Belum lagi ia sedang menonton film yang genre-nya sangat-sangat ia hindari saat berkencan; Horror. Dirinya sangat membenci film horor. Baru saja opening film yang layarnya hanya berisi tulisan judul film dan bersuara akan mistis yang kental, Edgar sudah gemetaran tidak karuan. "Takut?" tanya Andrew dengan wajah mencemoohnya. "Eng-enggak, kok!" Bohong! Buktinya ia sudah gemetaran dari tadi, bahkan ia nyaris saja mengompol di celana jeans yang dia pakai sekarang. "Kakak!" Ara berseru senang saat memanggil Andrew, "Akhirnya kesampean ih nonton film ini, aku nunggu film ini udah dari bulan Januari tau." Andrew mengangguk sebagai responsnya, dipadukan dengan senyum sayang yang ia tunjukkan pada Ara. Senyum sayang itu tak bertahan lama saat ia berpaling melihat Edgar yang langsung ia ganti menjadi senyum meremehkan yang kentara sekali. - Di pertengahan film, Edgar diam-diam menutup mata menggunakan telapak tangannya, dan ternyata pergerakan itu tidak luput dari pandangan Andrew yang meliriknya sejak tadi. "Kalo takut bilang." Masih saja Andrew mengucapkan kata itu dengan nada berlumur ejekannya. "Enggak kok!" Edgar nggak terima dan langsung membuka tangan yang menutupi wajahnya. "HUAAAAAHH!!!" Dan malam itu di dalam bioskop, Edgar harus rela di-bully oleh orang-orang yang merasa terganggu oleh jeritannya dan berhasil membuat harga dirinya turun seketika di hadapan gebetan dan kakaknya sang gebetan. • • • • • —Bersambung—

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Saklawase (Selamanya)

read
69.7K
bc

DIA UNTUK KAMU

read
39.9K
bc

Sacred Lotus [Indonesia]

read
53.9K
bc

Stuck With You

read
75.8K
bc

Suamiku Bocah SMA

read
2.6M
bc

KISSES IN THE RAIN

read
58.1K
bc

Sak Wijining Dino

read
162.0K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook