Part 3

994 Kata
Sean menghela nafas berusaha meredam emosinya yang kembali bergejolak saat menemukan Tori dengan wajah tanpa dosanya menyambut Sean dimeja makan yang sialnya dipenuhi berbagai hidangan menggiurkan hingga ia nyaris melupakan kekesalannya. "Selamat malam, sebaiknya kau mandi lalu kita makan malam!" Sean mendengus kesal seraya berkecak pinggang. "Memang kau siapa bisa memerintahku seperti itu?" Peeempuan itu menoleh mengerjapkan matanya sekali saat menatap Sean. "Kau tidak suka? Baiklah, aku akan memanggil Tony, Orland dan Remi untuk makan malam." Sean menggeram rendah sebelum berteriak kesal memilih menyerah. Brengsek. "Baiklah, aku mandi dan kau tetap disini. Kita bicara!" Ucap Sean dengan serius namun hanya disambut cengiran tanpa dosa dari perempuan itu. "Siap!" Sean mengangguk dan bergegas berbalik menuju kamarnya sebelum ponselnya bergetar menunjukkan nama Paris disana. "Apa?" Sahut Sean saat mendengar suara rengekan manja dari sebrang sana. "Sean, aku merindukanmu. Kenapa kau semakin dingin padaku?" Sean menutup pintu kamarnya sebelum menyalakan lampu yang menerangi sebuah ruangan luas dengan ranjang berkanopi ditengah ruangan. "Jangan ganggu aku, aku sibuk." Dan tanpa perasaan seperti biasa Sean mengakhiri sambungan dan melempar ponselnya keatas tempat tidur. Sean benar benar pusing. ** "Jadi?" "Jadi?" "Jangan mengulangi ucapanku!" Sean melotot kesal seraya meraih sendok dan mencicipi masakan Tori. "Apa yang terjadi sebenarnya?" Tanya Sean melirik Tori disebrang mejanya sebelum mengedikkan bahunya. Enak! "Aku hanya memberinya pelajaran karna menarik rambutku sembarangan." Jawabnya dengan tenang membuat Sean mengangangkat wajahnya dengan alis berkerut. "Well, tidak mungkin bukan kau diserang tanpa alasan?" "Aku tidak tahu, dia hanya bertanya 'kau siapa?' Dan aku menjawab 'tidak tahu'. Tapi dia tidak percaya padaku dan menarik rambutku. Mengataiku mata mata atau apapun itu, aku tidak mengingatnya." Sean menaikkan alisnya, jika memang Tori ini tidak bisa dipercaya perempuan itu mungkin sudah mengatakan hal yang tidak tidak. Sean cukup beruntung tinggal dirumah ini mengingat orang orang yang tinggal dilingkungannya sangat menjunjung tinggi privasi. -meskipun ada beberapa asisten mereka yang tidak- "Kau ingin bekerja?" Tanya Sean, perempuan itu mengangkat wajahnya dan menatap Sean seolah ia baru saja menawarkan sebuah berlian pada gadis itu. "Apapun!" "Jadi Asisten pribadiku." Mata bulat itu mendadak menghilang, seolah ia tidak mendengar apapun dari Sean. "Kenapa? Kau tidak mau? Kalau begitu silahkan angkat kaki dari rumahku." Sean menajamkan matanya membuat Tori menegang ditempat duduknya. "Aku lebih suka bekerja dirumah, aku mohon!" Sean memutar bola matanya malas dan kembali melanjutkan acara makan malamnya. Benar benar. Sebenarnya siapa yang sangat membutuhkan pekerjaan disini? "Jadi Asistenku." Ucap Sean tidak ingin kembali dibantah membuat Tori menjerit tertahankan tidak dapat berbuat apapun selain menurut. Sean akan berpikir ribuan kali membiarkan perempuan itu berkeliaran dirumahnya seharian mengingat ada beberapa Asisten dari tetangganya seringkali membuat masalah. "Kenapa kau harus seorang Entertainer?" Gerutunya membuat Sean mendelik menatap gadis itu dengan tajam. "Apa yang salah?" "Aku hanya tidak suka." "Kenapa?" Sean nyaris membentak membuat Tori meringis pelan sebelum tersenyum dengan manis berharap pria dihadapannya tidak memolotinya lagi seolah ia adalah mahluk yang tersesat dari belahan semesta lain. "M-mereka aneh?" "Apa?" "Tidak tidak! Bukan bukan! Aku-aku tidak bermaksud! Sungguh!" "Lalu apa?" Tori gelagapan mendapat tatapan membunuh Sean yang benar benar ingin menendangnya dari sini sesegera mungkin. Tori merutuk dalam hati. Mulutnya benar benar. "Maksudku-" "Keluar!" Tori terperanjat, ia menyatukan kedua telapak tangannya tepat didepan wajahnya memohon. "Maafkan aku! Aku tidak bermaksud! Aku mohon!" "Aku bilang keluar!" "Aku akan melakukan apapun! Aku mohon! Aku tidak peduli kau ingin membayarku berapa asal jangan mengusirku dari sini." Sean bersidekap dengan dagu terangkat, menatap Tori dengan angkuh. Sepertinya Sean bisa sedikit memanfaatkan perempuan itu untuk sementara, suatu keberuntungan karna ia terlihat tidak suka terlibat dengan orang orang sepertinya. "Kau serius?" "Iya!" Sahut Tori dengan cepat membuat Sean diam diam menyunggingkan senyum liciknya. "Apapun?" "Apapun!" Sean mengangguk mengerti sebelum menarik kedua sudut bibirnya membentuk sebuah seringaian penuh kemenagan. "Baiklah, Tori. Selamat kau akan jadi Asisten pribadiku. Tidak ada jam kerja karna kau akan bekerja 24 jam!" "Ha?" "Setiap hari dan sampai aku memecatmu." "Ha!?"" "Mari kita bicarakan tentang peraturan dan tugasmu." "Tunggu tunggu!" "Jika kau keberatan kau tentu tahu dimana pintu keluar." "Sial!" ** Sean terperangah menatap Tori yang menuruni tangga dengan santai, seingatnya ia sudah meminta Bram untuk membawakan pakaian 'wanita' untuk gadis itu. "Apa yang kau kenakan?" "Apa?" Sean mendengus, memijat pelan pangkal hidungnya dengan jemarinya yang terasa berdenyut menyakitkan. "Kenapa kau mengenakan pakaian seperti itu?" Sean menunjuk Tori yang menunduk menatap pakaian yang ia kenakan. Celana pendek selutut, kaos lengan panjang berwarna abu abu yang sedikit kebesaran mengingat itu adalah pakaian lama milik Sean yang sepertinya sudah tidak lagi digunakan. Apa yang aneh? Rambutnya bahkan hanya dikuncir dengan rapih. "Kenapa? Bukankah semua barang yang ada didalam kamar itu bisa aku gunakan?" Sean menggeram rendah, sebelum menghela nafasnya. Perempuan aneh ini benar benar, ia hanya ingin setidaknya asisten barunya itu terlihat 'sedikit' bagus saat memperkenalkannya pertama kali. "Persetan, aku sudah terlambat!" Sean berbalik mengenakan kacamata hitamnya dan melangkah lebar dengan Tori yang mengekorinya. Gadis Aneh yang ternyata bernama lengkap Victoria Annabella, ada banyak nama yang layak disana tapi entah kenapa gadis itu memiliki panggilan Tori yang sangat aneh itu. Dan hal yang paling membuat Sean terkejut adalah usia peeempuan itu yang ternyata seumuran dengannya. 27 tahun! Oh, Man! Sean yang terlihat terlalu tua atau dia yang memang terlihat begitu muda? Benar benar. Tidak ada satupun hal yang bisa membuktikan jika dia seumuran dengan Sean. Setidaknya.. Setidaknya.. Well, Tori memang cukup tinggi meskipun tanpa menggunakan alas kakinya. Tapi.. Brengsek! Sebenarnya apa yang Sean pikirkan hingga membuat kontrak dengan orang tidak jelas sepertinya? Apa Sean sedang bosan? Baiklah baiklah.. Mungkin satu satunya alasan karna Tori terlihat tidak nyaman atau bahkan tidak suka dengan orang orang yang bekerja diindustri yang sama dengannya. Tiba tiba hal menarik terlintas dikepala Sean. "Ingat! Aku tidak ingin kau berkeliaran!" "Iya!" "Aku belum selasai bicara!" Tori menepuk bibirnya seraya mengangguk patuh. "Aku ingin kau membawakanku air minum dua jam sekali me-" "Aku sudah ingat." "Tori!" Sean menatap Tori dengan tatapan membunuh namun perempuan itu hanya menunjukkan cengiran khasnya. "Maaf." "Awas saja jika kau membuat masalah." ".." "Kau mendengarku tidak?" "Iya, aku dengar." ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN