5

1097 Kata
Anna mendengus kesal. Baru saja ia mengalami masalah, eh, masalah yang lainnya datang di saat yang tidak tepat. Kalau saja ada Iron man di sini. Pasti ia sudah meminta di bawa ke mana saja. Tetapi, itu mustahil you know? Anna berharap, semoga saja kehadiran lelaki itu di dekat rumahnya ngak jadi beban yang harus ia lalui. Tetapi Anna tidak tahu, mampukah ia menghadapi Andi atau tidak. ''Kakak ini temannya Andi ya?'' Anna menautkan alisnya. Binggung siapa yang berbicara, dari tadi ia berdiri hanya sendirian saja di balkon kamarnya. Tetapi Anna menyadarinya, pasti tetangga barunya. Anna memutar kepalanya, melihat berdiri gadis cantik di sebrang sana. Kok pacarnya Andi cantik gitu sih? Mau emangnya dia sama Andi? ''Eh-i-iya, gue temannya Andi, lo pacarnya ya?'' Tanya Anna kikuk. Tetapi gadis itu malah tertawa cekikikan, ''Ya ampun kak, aku ini adiknya Andi. Andi mah jones kali,'' Anna hanya ber-oh-ria. Sambil menganggukan kepalanya. ''Nama kamu siapa?'' ''Dersa kak, kakak siapa?'' ''Anna,'' ''Kak, diam di situ ya, aku mau loncat,'' ucap Dersa sambil mengambil ancang-ancang untuk melompat. Anna melebarkan matanya, mulutnya terbuka, tangannya mengisyaratkan agar Dersa tidak melompat. Ini anak gangguan jiwa ya? Masa abis tau nama gue langsung mau loncat. Mau mati dia? Beberapa detik kemudian Dersa sudah mendarat mulus dengan bokongnya menyentuh lantai balkon Anna. Anna dengan reflek mengulurkan tangannya untuk membantu Dersa berdiri. ''Aku kira kamu mau loncat ke bawah. Ternyata kamu mau ke balkon ku, ngomong dulu kalau gitu Dersa, jangan buat aku panik,'' ucap Anna sambil berdecak. Dersa berusaha menahan tawanya, ''Ya ampun kak, mana mungkin aku mau nyelakain diri aku sendiri. Oh ya, boleh kan aku main ke rumah kakak?'' Anna mengangguk antusias, ''Kebetulan, aku anak cewek sendiri di sini. Jadi mungkin kalau kamu mau, kita bisa berteman?'' Dersa mengangguk, lalu tersenyum, ''Baru pindah udah dapat teman yang asik. Makin betah deh,'' Anna hanya cengegesan. ''Tapi, aku kayak ngak pernah ngeliat kamu ya?'' ''Yaiyalah. Kita aja baru bertemu sekarang,'' Anna menepuk dahinya, ''Maksud aku, aku ngak pernah ngeliat kamu pas Andi masih kecil.'' ''Jadi kakak ini temennya Andi waktu kecil ya?'' Dia menaikan alisnya. ''Ya, dulu kami sahabat,'' Anna menundukan kepalanya. Mencegah Dersa bertanya yang aneh-aneh kepadanya. Apa lagi menyangkut masa lalu. Dersa ber-oh-ria, ''Aku ini baru pindah dari Amerika, mama nyuruh aku balik ke Jakarta. Katanya biar Andi ada temennya,'' ''Oh ya, Der--'' ''DERSA, PULANG!!! MAKAN DULU!'' teriakan itu lantas membuat Dersa cengegesan. ''Kak, aku pulang dulu ya, nanti kapan-kapan aku main lagi deh. Dah,'' Dersa melambaikan tangannya, membalikan badannya lalu loncat ke balkon rumanya, selang beberapa detik tubuhnya sudah menjauh menghilang. Anna membuang napasnya kasar, ''Huft, baru aja pengen curhat, eh, pengacauan terjadi.'' * ''Tok! Tok! Tok!'' Suara ketukan itu membuat Anna terjaga dari tidurnya, membuatnya terpaksa harus pergi ke sumber suara. Mengambil ponselnya yang tergeletak di meja belajarnya saja ia sudah malas sekali bergerak, apa lagi pergi ke pintu balkon yang jaraknya lebih jauh dari keberadaan meja belajar. ''Tok! Tok! Tok!'' Suara ketukan itu kian mengeras, Anna menghempaskan kakinya kasar ke lantai. Lalu berjalan lunglai, di bukanya pintu balkon. Mata Anna yang tadinya sayu, sekarang menjadi terbuka lebar, rasa kantuk yang berat ia rasakan hilang seketika, hilang karena munculnya makhluk ciptaan Tuhan yang sangat tidak dia ingin lihat. ''LO GILA YA! NGAPAIN KE RUMAH GUE MALAM-MALAM! MAU MALING LO!'' Teriak Anna reflek. Banyak orang bilang sih, kalau malam-malam lelaki pergi ke rumah teman perempuannya itu bahaya, bisa saja ia ingin maling, atau menginginkan hal berharga yang lainnya. ''Sst, lo bisa diam ngak sih! Gue lagi kabur, numpang di kamar lo sebentar ya,'' bujuknya, sambil sesekali melirik ke arah balkon kamarnya. ''Enak aja lo! Lo pikir gue ini cewek apaan? Ngak! Lo ngak boleh masuk ke kamar cewek seenaknya!'' Anna berkacak pinggang. Menatap Andi dengan tajam. ''Udah deh. Ini tuh antara hidup dan mati. Kalau nanti gue jadi bangkai di kamar adik gue sendiri kan ngak seru, mending jadi bangkai di kamar lo,'' Anna semakin memelototkan matanya, ''Demi dewa, lo harus pergi sekarang. Atau gue ter--'' Ucapannya terputus ketika Andi menariknya masuk dengan paksa, lalu menutup pintu balkon dengan cepat. Andi mengelus dadanya, sudah berasa aman sekarang. ''Lo tuh, di bilang ngak bagus ke kamar cewek malam-malam, ngak bisa di bilangin banget sih! Lo mau ngapain gue hah?'' Ucap Anna menantang. Menjauhkan dirinya dari Andi. Apalagi di dalam kamar berdua, bisa saja kalau Andi di rasuki hantu kuning, dia berbuat yang ngak-ngak. Lebih baik berjaga-jaga sebelum musuh datang. Andi menatap Anna yang sedang ketakutan, menampilkan senyum iblis khasnya, berjalan mendekat ke arah Anna. Anna berjalan semakin mundur, ketika ia rasa Andi berjalan mendekat ke arahnya. Semakin mendekat, sampai Anna tak tahu harus ke mana lagi. Tubuhnya sudah menabrak dinding di belakangnya. Ia hanya menutup matanya berdoa kepada Tuhan agar Tuhan mau membantunya. ''Andi, jangan kayak gitu deh. Lo pasti kerasukan hantu kuning kan?'' Tanya Anna takut-takut. Matanya masih ia pejamkan. Bulu kuduknya ikut berdiri, merasakan hembusan nafas seseorang mengenai kulit wajahnya. ''Kata lo ngak baik kan, kalau cowok main ke rumah teman perempuannya, tapi kalau menurut gue baik gimana?'' Suara bariton itu berhembus di telinganya. Hebusan nafas itu semakin dekat, membuat Anna semakin memejamkan matanya kuat-kuat. Berharap ada yang membantunya sekarang. Amit-amit deh gue, kalau sampai di cium sama hantu kuning ini. Ya Tuhan tolong anakmu ini. ''LO MAU NGAPAIN ANAK ORANG ANDI!'' Anna menghembuskan nafasnya lega, ketika tubuh Andi berhasil menjauh darinya. Dia membuka matanya, dan melihat di ujung balkon sana ada Dersa yang sedang berkacak pinggang sambil menatap Andi sangar. ''Eh, Der, lo-lo kok tau gue di sini sih?'' Tanya Andi gugup sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Dersa berjalan mendekat, ''Gue hafal banget bau parfum gue. Dan lo ngabisin parfum mahal gue. Gue ngak mau tau, gantiin Parfum gue!'' Andi cengegesan, lalu berlari kabur ke luar. ''Kak, maafin kakak gue yang satu itu ya, memang terkadang tingkahnya suka aneh gitu, abis di rasukin hantu kuning dia soalnya. Maaf juga yang soal itu tadi,'' ucap Dersa kepada Anna. Anna berusaha menahan tawanya, ''Memangnya ada hantu kuning ya Der?'' ''Tau tuh. Dia sendiri yang bilang.'' Jawabnya, ''kok lo mau sih temenan sama dia. Otaknya kan sinting gitu, parfum gue aja sebotok habis sama dia. Padahal bau cewek loh,'' ''Pantesan. Tadi pas Andi ke sini, gue kira itu bukan Andi. Tapi ada yang nyamar jadi Andi, soalnya bau parfumnya cewek banget,'' Anna terkekeh. ''Yaudah deh kak. Gue cabut dulu ya, mau menyelesaikan masalah ini berdua dengan kakak kesayangan,'' Anna mengangguk. ''Kak, jangan mau ya di cium sama Andi. Nanti rabies,'' ucapnya lalu pergi. Anna menggelengkan kepalanya, tangannya terulur memegang dadanya. Dan tak Anna sadari dari tadi. Selama ia berdekatan dengan Andi, jantungnya dag-dig-dug ser... ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN