"ada apa dengan mu?kenapa kau ketakutan seperti itu" seseorang bertanya panjang lebar setelah membukakan pintu untuk seseorang yang mengetuk pintu rumahnya dengan cukup keras!
"Maafkan aku guru! Maaf..bukan maksud ku mengganggu guru" pemuda itu terus memohon
"Minumlah agar kau tenang "
Kakek tua itu memberikan minuman pada pemuda yang memanggil nya guru
"Sebenarnya kau ini kenapa hah,kelihatanya ketakutan sekali?"
Dia kembali bertanya hal yang sama kali ini lebih serius
"Aku..aku bertemu seseorang gadis dari alas kemuning guru" pungkas nya
"Astaga..lalu apa dia mengejar mu ,apa dia tau tempat ini" dia begitu panik mendengar penjelasan pemuda itu
"Maaf guru,aku tidak tau,aku langsung berlari negitu melihat tanda di kening nya"
"Kening nya?"
"Iya guru tepat di ujung kanan kening nya,aku melihat lambang kerajaan itu "
pemuda itu ingat sekali tadi ketika dia bertatap dengan Rania tanda itu menyala membuat nya kaget dan langsung berlari
Namun ia tak sadar reaksi wajah sang guru
"Gadis?aku benar-benar baru mendengar ada gadis dari keturunan mereka "
"Aku benar-benar melihat nya guru,tapi ada yang aneh kurasakan"katanya lagi
"Apa??"
"Gadis itu seperti kebingungan melihat ku dan kurasa dia tak mengejarku tadi " sambungnya lagi menambah ketegangan wajah kakek tua itu
"Apa mungkin dugaan ku benar" lirihnya
"Dugaan?dugaan tentang apa guru"
Kakek tua itu terlihat berfikir namun wajahnya tak bisa dipungkiri bahwa ia terlihat begitu panik dan menegang
"Kau awasi gadis itu,apakah dia benar keturunan dari alas kemuning atau yang lain"
"Tapi tanda itu guru,bukankah hanya bagian dari kerajaan lah yang punya tanda itu"
"Ada hal yang tidak kau ketahui jadi ikuti perintah ku awasi dia,apapun yang kau lihat segera laporkan padaku "katanya tegas
"Baiklah guru,akan ku laksanakan perintah guru"
"Ingat jangan sampai dia tau kau mengawasi nya " pungkas nya lagi
"Baik guru" .*
Raman termenung di kamarnya memikirkan apa yang harus di perbuat nya sekarang
disisi lain ia ingin selalu bersama Rania tapi disisi lain tugas nya sebagai pangeran belum juga bisa ia selesai,dia tak mau terus membuatnya ayah dan ibunya tidak tenang karena belum menemukan pedang itu , terlebih lagi para Ken yang di kirim untuk membantu nya mencari pedang itu belum juga memberikan kabar baik
"Apa yang harus ku lakukan"
"Dimana sebenarnya kakek itu, kenapa sulit sekali mencarinya"
Raman mencoba menarawang keberadaan orang yang dicarinya sebelum ketukan pintu menyadarkan
"Ramandata.."
Raman segera bangkit membukakan pintu kamarnya nya dan menemukan
Sri kumbang disana dengan segera ia memberi penghormatan
" Ada apa bunda" tanyanya dengan senyuman
"Kau sedang apa nak"
"Tak ada bunda.."
Sri kumbang masuk ke kamar putranya dan duduk di tepi Ranjang
"Bunda tau kamu lagi mikirin sesuatu kan,ayo cerita sama bunda"
Sri kumbang memberikan menepuk kasur di samping nya dan Raman langsung mengerti maksud ibunya ,ia duduk disamping ibunda tercinta
Sri kumbang membela lembuti Rambut putranya
"Raman mikirin apa nak,bunda liat kamu dari tadi murung terus"
Raman tersenyum manis pada ibunya yang selalu memberikan rasa tenang padanya setiap hubungan saat, seseorang yang selalu dicintai nya
Ia menghela nafas berat tidak mungkin ia ceritakan apa yang sebenarnya di fikirkan
"Raman hanya bingung bunda, bagaimana untuk menemukan pedang itu sementara sedikit pun tak ada petunjuk tentang keberadaan nya "
"Bunda juga khawatir tentang hal itu nak,jangan sampai orang yang ingin berbuat jahat pada kerajaan kita tau tentang kelemahan mu" Raman sadar selama ini dialah alasan kenapa ayahnya bersikeras untuk meminta nya mencari pedang itu,dia satu-satunya orang yang bisa menjadi kekuatan dalam menjaga istana dan kerajaan nya namun ia sampai detik ini belum bisa menemukan pedang yang hilang itu,hanya pedang itu yang bisa mengalahkan Ramandata,di dalam bangsanya makhluk Bunian dan golongan jin manapun tidak akan berani mengganggu siapapun dari keturunan keluarga nya dan juga rakyat nya Karena mereka sangat tau bagaimana kekuatan seorang Ramandata dan hal itu membuat iri seorang raja jahat dari alas winduri yang selalu ingin merebut tahta kerajaan alas kemuning ,hanya dia yang berani menyerang kerajaan alas kemuning meskipun ia tau pasti akan kalah namun tetap saja ia tak jera
"Raman janji bunda, Raman pasti bisa menemukan nya "
"Bunda selalu mendoakan nya untuk mu"
"Kau tak pernah temui gadis itu nak?" Tanyanya membuat Raman kikuk dan bingung harus jawab apa
"Ti..tidak bunda" jawaban nya gugup
"Bunda harap kamu bisa berhenti mencinta manusia itu"Raman terdiam seribu bahasa ,hal yang paling disesali nya adalah tak ada dukungan dari orang tuanya untuk Raman "Kenapa bunda" lirihnya
"kamu sama halnya melawan perbedaan mu nak,kamu harus ingat kamu ini seorang pangeran dari bangsa jin, bunda tak ingin kamu terluka karena manusia ,kalian tidak akan bisa bersama"
"Bundaa,Raman mohon bunda...jangan larang Raman untuk mencintai Rania,Raman sangat menyayangi nya"
"Tapi nak,kalian tidak akan bisa bersama ,dia akan menjauhi mu setelah tau siapa kamu ,dan bahkan meninggal kan kamu dan takut padamu "
"Raman janji, Raman akan baik-baik saja" jawabnya dan mendengar Sri kumbang menghela nafas berat karena dirinya Ia merenung memikirkan kata-kata ibunya tadi
"Apa benar Rania akan menolak diriku nanti,apa dia akan takut padaku Aku benar-benar tidak sanggup jika hal itu terjadi " batinnya
"Aku harus lakukan sesuatu " batinya lagi
Ia sama sekali tak ingat disana masih ada ibunya yang menggelengkan kepala melihat putra melamun,ia tak pernah melihat putranya sebagai orang yang keras kepala Sebelum mengenal Rania , Apapun titah orang tuanya Raman selalu turuti dari dulu kecuali yang satu ini Hal apapun yang berhubungan dengan Ranianya bisa membuat nya jadi orang yang sangat tidak nurut Dimata Raja dan Ratu*
Malamnya Rania tidur lebih awal selain berharap pria itu datang di mimpinya lagi Besok ia harus kuliah pagi, sebenarnya Rania ingin libur tapi Adit melarang nya Adit tak ingin karena dia adiknya tidak belajar
"Kakak disini kan masih lama ,bukan balik sekarang Masa iya kamu ga mau ngampus sampe kakak pulang "
"Tapi kak.."
"Kalau gitu kakak pulang sekarang nih" ancamnya
"Eh iya deh iya Rania berangkat sekarang" jawabnya langsung dan langsung ke kamarnya untuk membersihkan diri sementara Amel dan Diandra menunggu di ruang tengah,mereka sangat faham bagaimana manjanya Rania pada Raditya
"Kalian ga sarapan dulu " tanya Adit yang melihat keduanya asik dengan ponsel masing-masing
"Kakak udah buatin nasi goreng tuh " sambungnya membuat kedua gadis itu melongo bagaimana mungkin mereka yang disana cewek membiarkan seorang pria membuatkan sarapan untuk mereka
"Kak..maaf ya ,kita biasa sarapan nanti di kantin jadi lupa masak buat kakak" sungut Amel menyesal
"Ga papa kali ,sana sarapan dulu biar kuliah nya semangat,, di sarapan dulu sana " ujarnya menawarkan Diandra yang kikuk
"I..iya kak,makasi ya "
"Sama-sama"
Adit langsung menuju teras rumah dimana Zul sudah duduk menikmati kopi sambil melihat orang-orang yang lewar di jalan raya.
"Cie yang makan masakan codam nya " goda Amel "Codam apaan?" Tanya Rania yang sudah langsung menuju meja makan di dapur setelah disuruh Adit
"Cowok idaman" jawabnya sambil terkekeh membuat Rania tertawa terbahakSementara Diandra sudah seperti kepiting rebus karena malu
"Apaan sih..hustt diem" sungutnya malu-maluSementara dalam hati dia bahagia bukan kepalang karena makan masakan Raditia cowok yang selama ini dicintai dalam diam nya dari masa SMP . Dia sama sekali tidak tau kalau Adit juga menaruh rasa pada nya sejak ia kenal lebih dekat dengan sahabat adiknya itu
"Semoga suatu saat nanti kakak bisa tau perasaan ku " batinya sambil menikmati nasi goreng ala Raditya pria idamannya