“Main lo kurang mulus, makanya gue sampe tahu siapa dalang sialan yang ngirim preman-preman itu ke rumah gue.” Sherin masih menengadah pongah saat menatap tajam Belinda. Perempuan yang menjadi pelarian Barra itu hanya bisa terdiam tak berkutik. “Preman lo nyebut nama lo, jadi gue dengan mudah bisa nebak lo adalah sutradara gadungan di belakang mereka.” Sherin melangkah pelan, membuat Belinda yang aroma tubuhnya tak karuan mundur perahan hingga punggungnya terbentur dinding rumahnya. “Ma- mau apa lo?” Sherin mengeluarkan kertas yang terlipat di tasnya dengan tangan kiri karena tangan kanannya masih sulit digerakkan leluasa. “Gue udah visum,” ujar Sherin membuka lembaran tersebut dan menunjukkannya pada Belinda. “Gue juga udah ambil rekaman cctv waktu preman itu nyebut nama lo sebelum ha

