bc

Single Mom

book_age16+
1.9K
IKUTI
12.8K
BACA
family
friends to lovers
goodgirl
others
single mother
drama
comedy
bxg
others
shy
like
intro-logo
Uraian

Wendy seorang ibu muda yang juga seorang janda harus menjalani hidupnya yang masih berumur dua puluh enam tahun dengan anaknya, Lino yang berumur lima tahun. Traumanya akan cinta seakan membuat Wendy menjauhi semua laki-laki yang akan mendekatinya.

Tapi, Lucas berbeda. Dia laki-laki lajang berusia sama dengannya yang mengejar cinta Wendy terus menerus. Lucas adalah laki-laki ceria yang selalu tersenyum dan memberi semangat lebih kepada Wendy, Lucas juga punya seribu satu cara agar Wendy dapat menyukainya, hal itu lah membuat Wendy luluh kepada Lucas

Tapi, maukah Lucas menerima Wendy yang bahkan sudah memiliki anak?

chap-preview
Pratinjau gratis
Chapter 1. Andai Waktu Bisa Terulang Kembali
Aku dulu selalu berpikir, jika kita menikah, hidup kita akan bahagia selalu. Dan dahulu aku merasakan menikah muda adalah hal yang sangat menyenangkan, di mana aku bisa melihat pasanganku saat aku terbangun di pagi hari, tidak khawatir lagi dia akan jauh, dan lain-lain, faktor yang membuatku ingin cepat-cepat menikah muda. Namun, jika dipikirkan lagi, semua pernikahan itu butuh persiapan, bukan hanya semata ingin melihat pasangan di pagi hari, atau karena tidak ingin jauh dari dirinya. Tapi, pernikahan harus mempunyai bekal, pikiran yang matang, juga materi yang mencukupi. Dan rasanya, aku ingin mengulang masa lalu, mengulang untuk tidak menikah di usia ku yang berusia dua puluh tahun, kira-kira seperti apa hidupku saat ini jika aku berhasil mengulangnya? -Wendy *** Chapter 1 : Andai Waktu Bisa Terulang Kembali Tiga tahun yang lalu.... "Nama saya Wendy Agatha, umur saya dua puluh tiga tahun, saya akan sangat senang jika saya lolos dan mendapat pekerjaan ini, karena saya bingung harus mencari pekerjaan kemana lagi untuk menghidupi anak saya." Seorang gadis duduk dengan cemas dia menggenggam kedua tangannya cemas, ini adalah tempat terakhir bagi gadis itu untuk berjuang, karena sudah semua tempat dia kunjungi untuk mencari pekerjaan dan semuanya menolak Wendy karena alasan tidak ada lowongan yang pas untuknya, dan ini harapan satu-satunya bagi gadis itu untuk mendapat pekerjaan. "Hmm," Bibi di hadapannya tampak ragu dan meneliti Wendy lebih dalam, dia mendesis pelan dan kemudian menopang dagunya, melihat Wendy secara intens. Wendy menjadi gelisah saat ditatap seperti itu, tentu saja dia tampak tidak tenang dan merasa tidak nyaman. "Kamu serius udah punya anak?" "I-iya." "Kamu masih muda." Wendy hanya diam saat mendengar apa yang bibi itu katakan, karena memang benar apa adanya dia sudah memiliki anak yang berusia dua tahun yang dia tinggal di rumah. Bibi itu tersenyum dan kemudian mengangguk, "Baik, kamu saya terima." Wendy langsung mengangkat kepalanya saat bibi perpustakaan mengucapkan itu, senyum lebar langsung merekah di wajahnya bahkan dia hampir meloncat saat itu juga karena terlalu senang. "Se-serius?" "Iya, kamu bisa mulai bekerja besok." Wendy menghela nafas lega, dia hampir ingin menangis sekarang, matanya sudah berkaca-kaca dan dia sudah sangat senang, seperti ada sesuatu yang akan meledak di dalam hatinya karena dirinya terlalu senang. Bibi perpustakaan yang menyadari kalau Wendy akan segera menangis langsung mengelus bahu Wendy dan hal itu semakin membuatnya ingin menangis, karena Wendy sudah tidak tahan dengan rasa bahagia yang kini menyelimuti hatinya. "Sebenarnya saya sudah memperhatikan kamu saat kamu sering berkunjung ke sini, tapi saya tidak tau kalau kamu memiliki seorang anak yang harus kamu perjuangkan." Wendy menghapus air matanya dan kembali menyimak bibi perpustakaan yang sedang tersenyum sambil melihatnya. Sudah menjadi kebiasaan untuk Wendy berkunjung ke perpustakaan, karena dia sangat suka baca buku. "Kamu anak yang baik, saya percaya dengan kamu. Oh ya, anak kamu usianya berapa tahun?" "Dua tahun." "Ya ampun, pasti sangat lucu, kapan-kapan bawa dia ke sini." Wendy tertawa dan kemudian mengangguk sambil mengusap air matanya yang terus jatuh. Sejujurnya dia dengan bibi perpustakaan ini sudah cukup dekat karena Wendy sering berkunjung ke perpustakaan untuk membaca sesuai dia pulang paruh waktu dari supermarket. Paruh waktu tentunya hanya membantu sedikit dalam masalah keuangannya, dia harus mendapatkan uang yang banyak untuk menghidupi anaknya dan juga dirinya, belum untuk makan dan keperluan anak usia dua tahun lainnya, maka dari itu Wendy berniat mencari pekerjaan lagi dan ternyata bibi perpustakaan membutuhkan seseorang untuk menjaga perpustakaan ini. "Kamu bisa mulai bekerja besok." "Baik, saya akan berusaha keras!" Bibi perpustakaan tersenyum melihat semangat Wendy yang sangat menggebu-gebu, beliau mengangguk dan kemudian beranjak dari kursi untuk mengurus beberapa hal lain. Wendy langsung bernafas dengan lega, segala beban yang ada di punggungnya langsung hilang saat dia mendapatkan pekerjaan di sini. Dia suka perpustakaan, dia suka buku, dan kini dia mendapat pekerjaan dengan apa yang disukainya, maka itu akan menyenangkan. *** Wendy berlari dengan semangat untuk sampai rumah, dari halte bus dia berlari menuju rumahnya. Dia akan mengambil anaknya dari tetangga yang bersedia menjaga Lino ketika dia bekerja, tak mungkin Lino dia tinggalkan sendiri di dalam rumah apalagi usia anaknya masih berusia dua tahun. "Oh, Wendy kamu sudah pulang?" Bibi Viana membuka pintu saat mendengar ketukan pintu yang menggebu dan langsung tersenyum saat melihat ibu Lino sudah pulang dari kerjanya. Wendy melihat Lino yang berada di dalam gendongan bibi Viana, dia tersenyum lebar melihat Wendy yang memancarkan kebahagiaan di wajahnya. "Gimana hari ini?" "Baik, aku diterima kerja!" Jawab Wendy dengan penuh semangat, di matanya sudah memancarkan kebahagiaan. Bibi Viana yang mendengar itu langsung tersenyum lebar sampai memunculkan kerutan kecil di bagian matanya, Wendy jadi ikut tersenyum dan melihat Lino yang ternyata juga tersenyum seakan dia tau kalau ada sesuatu yang baik untuk disampaikan. "Lino pasti ngerti, dia ngerti kalau ibunya baru aja dapat pekerjaan." Wendy mengangguk dan kemudian memainkan pipi gembul Lino, bibi Viana langsung memberikan Lino dan Wendy langsung menggendongnya, dia memeluk Lino yang berada di dalam gendongannya. "Lino nggak nakal kan?" Katanya berbicara dengan Lino yang sudah pasti tidak akan ada sautan dari anaknya itu. "Lino baik dan nggak nakal, dia juga anak yang patuh dan seisi rumah seakan hidup saat ada Lino." Wendy melihat bibi Viana yang tersenyum menatap Lino dengan tatapan sendu, beliau merasa sangat kesepian di dalam rumahnya yang besar dan kehadiran Lino membuat rumahnya semakin hidup karena ada suara tawa anak kecil. Bibi Viana adalah seorang janda yang ditinggal mati oleh suaminya, anak-anaknya sudah pergi ikut suaminya karena sudah menikah dan anak anak bibi Viana semuanya adalah perempuan, maka dari itu bibi Viana sering merasa kesepian dan selalu senang jika Wendy menitipkan Lino di rumahnya. "Wendy, kalau kamu kesusahan tolong datang ke bibi ya, bibi akan membantu kamu, apapun yang terjadi bibi akan membantu kamu." "Terimakasih banyak bi, bibi terlalu baik untuk aku, kalau aku mengalami kesusahan hal yang pertama aku lakukan adalah menangani masalahnya sendiri dan kalau aku nggak bisa menanganinya lagi baru aku akan datang ke bibi." Bibi Viana tersenyum tipis mendengar kalimat yang keluar dari gadis muda berusia dua puluh tiga tahun yang sudah memahami dunia dengan baik, Wendy mencium kepala Lino dan merasakan bahwa Lino sangat nyaman berada di dalam dekapannya. *** Wendy masuk ke dalam rumahnya dan kemudian segera pergi ke dalam kamar. "Iyaa sayang." Lino tidak bisa diam di gendongannya, sepertinya dia ingin berbaring maka dari itu Wendy segera membaringkan Lino di atas ranjang dan diapun ikut berbaring di samping Lino. Wendy melihat langit-langit kamarnya, hari ini dia sangat lelah karena berjalan ke sana dan kemari untuk mencari pekerjaan, bahkan saat dia tadi menghempaskan tubuhnya di atas kasur langsung terasa nyeri pada punggungnya. "Aduh." Wendy sedikit mengangkat kepalanya saat merasakan ada sesuatu yang menimpa perutnya. Dia tersenyum saat melihat Lino yang merangkak naik ke atas perutnya sambil melihat Wendy dengan mata bulat yang dia punya. "Lino sayang." Wendy bangkit dan duduk di atas kasur, membiarkan Lino yang duduk di pangkuannya, Wendy mengelus kepala anaknya itu dan tersenyum, "Hari ini, bunda dapat pekerjaan, walaupun jalan capek kesana-kemari, rasanya seneng banget kalau udah dapat pekerjaan. Hati ini, suasana hati bunda lagi baik, Lino tau itu kan?" Lino terkikik sepertinya dia tau kalau Wendy mengatakan hal yang baik, Lino menepuk-nepuk kasur dengan tangan kirinya dan mengigit jari-jari tangan kanannya gemas. Wendy yang melihat itu langsung menarik tangan kanan Lino dan melihat banyaknya air liur yang membanjiri jari tangan kanan anaknya itu, "Jangan digigitin, gigi Lino mau tumbuh ya? Wahh hebatt, nanti bunda beli sesuatu yang bisa digigit ya." Wendy tersenyum dan langsung mengusap air liur yang ada di tangan anaknya itu, sesekali dia mencium Lino gemas karena anak itu selalu mengoceh tidak jelas yang Wendy pun tidak mengerti apa yang anaknya katakan. Hidupnya sudah sangat sempurna karena kehadiran Lino, dia tidak perlu seorang suami yang hanya akan menyakiti dirinya serta menyakiti Lino, setiap Wendy merasa rapuh dia akan bangkit dan melihat Lino. Hidupnya bukan sepenuhnya miliknya lagi, dia sudah menjadi seorang ibu dan kini separuh hidupnya, atau seluruh hidupnya akan dia berikan kepada anaknya, karena itulah seorang ibu yang akan selalu menyayangi anaknya sampai kapanpun.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

KISSES IN THE RAIN

read
58.1K
bc

Accidentally Married

read
110.1K
bc

Suamiku Bocah SMA

read
2.6M
bc

DIA UNTUK KAMU

read
39.9K
bc

FINDING THE ONE

read
34.5K
bc

Aira

read
93.1K
bc

Dear Pak Dosen

read
434.1K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook