bc

Kentara Dimas

book_age18+
31
IKUTI
1K
BACA
billionaire
age gap
goodgirl
CEO
drama
comedy
sweet
bxg
highschool
office/work place
like
intro-logo
Uraian

Natasha Jane Black, tujuh belas tahun yang hidupnya biasa-biasa saja menjadi berantakan jungkir balik karena di kejar-kejar pria yang jauh lebih tua darinya, Kentara Dimas, tiga puluh empat tahun pria setengah bule.

chap-preview
Pratinjau gratis
Bab - 1
"Na, NANA!'' Teriak ibu dari lantai bawah. Aku bisa merasakan gerutuannya dari sini. Aku bisa dengar kok, bu, jadi jangan teriak-teriak. Aku harus segera turun sebelum ibu marah-marah lagi. Apalagi nanti selama perjalanan omelannya tidak akan berhenti. Oke. Aku turun. Hari ini kita sekeluarga Black akan menghadiri pernikahan kakak sepupuku yang cantik dan super baik, Kak Alana, Sebetulnya umur kita tidak jauh berbeda. Jadi kami cukup dekat apalagi aku yang notabane anak tunggal merasa tidak terlalu kesepian memiliki Kak Alana dan Kak Gea, sepupuku yang lain. “Nana, bisa cepet?” Tanya ibu dibawah anak tangga. Aku yang baru keluar kamar setelah mengecek untuk terakhir kalinya. Agak sayang meninggalkan kamar yang baru selesai kubereskan. Tapi berita pernikahan Kak Alana yang terlalu mendadak dan cepat ini sedikit membuatku curiga. Kok bisa, Kak Alana, menikah? Bukan apa-apa, hanya saja Kak Alana yang kutahu, dia akan menikah setelah menyelesaikan kuliahnya. Toh dia sendiri yang cerita. Tapi, whyyy? dia menikah secepat ini. Apa Kak Alana… Stop!! Aku nggak harus mikir aneh. Mana mungkin Kak Alana sampai begitu, dia terlalu fokus belajar untuk mengejar cita-citanya. Diantara semua sepupu, Kak Alana, yang paling sempurna. Pasti ada alasan dibalik pernikahannya yang membuat duniaku bergunjang. ''Lama sekali keburu macet." Tegor ibu dengan mata elangnya saat aku tepat depannya. “Ya, Maaf, Bu.” Kataku sambil tersenyum manis. "Lama amat, ngapain toh?" Tanya ibu yang sembari membereskan beberapa barang bawaan yang akan dibawa ke Bandung lalu di angkut, Mang Didin, ke bagasi mobil. "Luluran bu, biar gak kalah sama penganten," Jawabku enteng. "Hmmm.. Pantes aja tercium aroma kurang sedap. Nana luluran pakai aroma apa?" Ibu mengendus-ngendus hidungnya kearahku. Aku yang berdiri didepannya langsung mundur beberapa langkah kebelakang, "Aku pakai lulur yang ada dikamar mandi ibu, tadi nggak sengaja main kesana." Bisa kulihat tubuh ibuku menegang, otot-ototnya yang ada dalam tubuhnya kelihatan bereaksi tidak normal. Wah ada sesuatu nih, tampak berat untuk dikatakan. "Bu?" Baik-baik saja bukan? Aku jadi takut. "Na, coba deketan sini?" Perintah ibuku sambil menggerak-gerakan tangannya memintaku untuk mendekat. “Bu, apaan sih? Jangan buat takut.” Aku mendekat kearahnya dengan ragu-ragu. Kepala ibu menunduk sampai ujung hidungnya menyentuh daun telingaku, hembusan napasnya yang hangat menggelitik. Aku bisa mencium wangi ibu yang menenangkan. Wangi tubuh ibu yang khas tidak akan pernah tergantikan dengan parfumku, wong parfumnya Dior. ‘’Kamu sudah check?'' Tanya Ibu pelan di telingaku. “Chek apa bu? Barang-barangku? Semuanya sudah masuk koper kok, tenang aja nggak akan ada yang ketinggalan.” “Itu bulu kamu rontok nggak?" Pertanyaan macam apa ini? “Bu, tolong yang jelas. Nggak ngerti ini.” “Itu lulur yang kamu pake, khusus buat rontokin bulu” Jelasnya pelan agar tidak terdengar Mang Didin. "Lulur itu buat perontok bulu," Kata-katanya begitu pelan namun membuatku merinding. ''Kamu pakai di area mana saja? Jangan bilang di pakai di.. " Kata-kata ibu menggantung di udara. Wajah ibuku yang cantik menggambarkan rasa khawatir dan geli. “Bu, jangan bercanda ah.. Nggak lucu tau. Aku sudah pakai di seluruh badan termasuk di bagian ini." Tunjukku pada area bawah perutku. HAHAHAHAHA Tawa ibu meledak. Sampai tas jinjing mahalnya yang dipegang jatuh ke lantai. Ya ampun, rasanya malu sekali.. Membahas sesuatu seperti ini. Ini akan menjadi bahan perbincangan seminggu lebih di keluarga. “Bu, apa yang lucu sampai kedengaran lho ketawa ibu ke kantor ayah?” Tanya Ayah menghampiri kita berdua. Dia merangkul Ibu dan mencium pipinya. “Ini, putrimu dia hab-” ‘’Bu, nggak boleh!!" Aku memicingkan mataku. “Rahasia kita.” “Bu, bisikin dong. Ayah juga mau tahu,” Rengek Ayah ditelinga ibu. Aku kadang geli melihat tingkat keromantisan mereka yang terkadang tidak tahu tempat dan waktu. “Ayah, udah ih. Mending bantuin mang Didin masukin barang ke bagasi.” Tunjukku pada Mang didin yang sibuk angkutin barang ke mobil. “Tapi ayah penasaran apa yang bikin istri Ayah senang begini.” Aku memutar kedua bola mataku saat mendengarnya. “Ayah mau tahu?” Tanya Ibu pelan di telinga ayahku. “Nant-” “IBUUU!!” *** “Bu, boleh tanya?” Aku sudah berusaha menahannya dari pertama kali mendengar beritanya. Serius, aku terlalu ingin tahu alasan dibalik pernikahan mendadak Kak Alana. Apa mungkin Kak Alana selama ini punya pacar dan hubungan mereka di sembunyikan. Takut nggak di beri restu sama, Om Raffa. Mobil yang dibawa Mang Didin sudah memasuki tol. Sepertinya perjalanan kali ini dipenuhi banyak pertanyaan. “Ibu tahu kok, kamu penasaran dengan pernikahan Alana. Tapi ingat, jangan sampai mikir aneh. Ada alasan yang untuk saat ini kamu tidak perlu tahu.” Ibu tercantikku menepuk jidatku dengan lembut. “Jadi kapan aku diberitahu?” Aku tidak akan menyerah untuk mencari tahu. “Nanti. Saat kamu sudah siap dengan kehidupan yang sebenarnya.” Aku melihat ayah mendongak dari tabletnya uuntuk tersenyum pada ibu. “Bu, aku sama Kak Alana cuma beda setahun jadi apa bedanya. Aku juga sudah siap dengan kehidupan didepanku yang setahun lagi masuk kuliah.” Ibu tersenyum. “Bedanya Alana sudah dapat yang cocok. Dari pada tunggu mending langsung nikah. Betul, Bu?” Timpal Ayah sambil memberi senyum cintanya pada ibu. Mereka dimana-mana selalu terlihat saling mencintai. “Betul kata, Ayah.” Ibu balas tersenyum pada Ayah lalu mencium pipi nya. Biar kalian tidak bingung, kami bertiga duduk dibelakang dengan ibu di tengah. Aku masih tidak percaya! Alasan yang tidak masuk akal. Hanya karena cocok saja langsung menikah dan mengorbankan masa muda. Lagi juga, Kak Alana, termasuk orang yang pernuh pertimbangan. Masa iya mau diajak nikah secepat itu. Aku juga dapat info dari orang terdalam, Kak Gea. Kalau Kak Alana kenal dengan calonn suaminya hanya tiga bulan saja. “Kalau nanti aku diajak nikah, aku nggak bakal langsung terima sebelum aku pastiin kalau lelaki itu lebih cinta.” Aku sudah membuat standar untuk calon suamiku nanti. “Iya, kamu harus cari suami yang lebih sayangnya melebihi ayah.” Badan ayah maju kedapan untuk bisa melihatku. Dia mengedipkan sebelah matanya padaku. Aku tersenyum. “Ibu berharap calon suami, Nana, nanti pria yang baik dan sehat dan kaya raya.” Tiga persyaratan tidak langsung dari ibu. “Dan cinta.” Tambahku. “Boleh-boleh, itu juga harus masuk.” Ayah menimpali. ''Sst.. Nana masih kecil untuk bahas ini." Ibu melirikku. Aku tidak terima dikatakan masih kecil. “Bu, aku sudah tujuh belas tahun, sebenntar lagi delapan belas tahun dan masuk kuliah juga.” Belaku. “Tujuh belas tahun? Masa iya, tapi kok masih pipis di kasur sih." Kata ibu cekikikan diikuti Ayah dan kekehan Mang Didin di depan kami yang fokus menyetir. “Ih, Ibu kenapa dibahas lagi sih..” Rengetku. Mereka bertiga semakin kenceng ketawanya. Di sana aku sudah lemas dan memilih untuk menutup mata selama sisa perjalanan. Tiga jam kemudian kami tiba di perumahan Om Rafa, keadaan rumah sudah sangat ramai dipenuhi orang-orang yang membantu jalannya pesta. Setelah salam kangen dengan keluarga besar yang sedang berkumpul di ruang tamu aku langsung menuju kamar Kak Alana yang berada dilantai dua. Berbeda dengan keadaan lantai satu yang rame, lantai dua lumayan sepi hanya ada beberapa orang yang lalu lalang. Aku mengetuk kamar Kak Alana beberapa kali, ''Kak Alana, boleh aku masuk?'' Tanyaku pelan. ''Nana?'' Tanya Kak Alana dari dalam kamar. ''Huuh.. Buka dong! Aku sudah pegel berdiri terus Kak!'' Jawabku dengan kejujuran. ''Iya sebentar,'' Dan terbukalah pintu kamar Kak Alana, aroma melati langsung tercium dari dalam kamar Kak Alana. Aduh, serem sekali. Kondisi kamar Kak Alana sama seperti terakhir aku kesini, hanya saja aroma melatinya kuat sekali. ''Kak, bau banget nih.. '' Gerutuku kesal, Kak Alana hanya tersenyum lembut. Ini kakak sepupu paling perfect dari semua sepupu aku yang cantik, tapi tetap aku nomor satu dari semuanya. Hahaha "Cantiknya Kak Alana, udah lembut, penuh kasih sayang, pinter, mandiri lagi. Beruntung banget yang dapet Kak Alana. Aku jadi penasaran banget pengen tahu calonnya, apa dia ganteng atau jelek ya? Rasanya harus lelaki tampan yang pantas untuk Kak Alana. "Jepit aja hidung mancung kamu, Na." Aku meringis saat Kak Alana dengan tiba-tiba menjepit hidungku, Yeah. Aku termasuk hidung paling mancung di antara sepupu. Maklum ada darah luar negeri bercampur dengan darah sunda. "Sakit Kak, " Rengekku pura-pura menangis. "Kakak tidak akan ketipu sama kamu, Nana sayang." Kak Alana makin keras menjepit hidungku. “Idih.. siapa yang nipu Kak Alana? Hidungku beneran sakit. Yang ada awas kakak ketipu sama calon suaminya.” Kataku. Kak Alana langsung berhenti menjepit Hidung ku, tubuhnya berubah tegang. Dan dengan cepat Kak Alana menangis. "Kak, Maafin ak yaaa? Aku salah ngomong ya?" Aku panik sekali. Baru kali ini aku lihat Kak Alana sperti ini dan ini semua gara-gara mulutku yang belum pernah dijamah bibir orang lain. "Aku nggak ada maksud untuk buat Kak-" "Ini bukan salah. Nana, Kakak hanya bahagia saja." Jawab Kak Alana sambil tersenyum. Bahagia? "Sudah jangan di pikirin, Gea sudah datang belum?" Tanya Kak Alana berusaha mengalihkan pembicaraan. Dan itu sukses banget. "Aku belum liat Kak," Jawabku. Sambil tunggu, Kak Gea, datang mending aku tanya-tanya deh soal calon kakak Alana. "Kak, calon suami Kakak itu kaya apa?" Mulai lagi penyakit Keponya. Rasanya aku harus mulai ikut terapi agar penyakit rasa tahuku tidak semakin parah di waktu yang akan datang. "Kaya cowok" Sebel deh kalo jawabnya kaya begini. Iyalah sama cowok alias laki, masa iya sama mahluk berjenis kelamin sama. Gimana nanti mau memproduksi bayi kalau semuanya ulekan. "Aku serius nih Kak," Gerutuku. Kak Alana berkacak pinggang, menampilkan gaya serius. "Kakak juga serius malah sangat serius, Nana." "Aku ulang ya.. Pertanyaannya! Calon Kak Alana itu seperti apa?" Aku harus ekstra sabar menghadapi ini, sabar. Kak Alana terlalu lembut. "Seperti cowok pada umumnya, pakai baju dan celana dan tak lupa alas kakinya." "Kak Alana, dimana-mana juga orang yang waras mah berpakaian lengkap. Kecuali orang yang suka dipinggir jalan, mereka mah masa bodoh mau berpakaian atau nggak." "Ih, aku beneran sebel ma Kakak nih." "Jangan sebel, Nana sayang. Kakak kasih tau ya!" Goda Kak Alana yang sukses membuatku tersenyum. Aku mengangguk senang. "Namanya.. " "Taraaaaaaaaa… ?" Kak Gea datang seenaknya. Menghentikan pembicaraan kita. Ini sepupu harusnya datangnya nanti aja, bukan disaat penting begini. Disaat rasa penasaranku sudah diatas ubun-ubun kepalaku. "Serius banget sih? Ada apaan sih?" Tanya Kak Gea sesantai mungkin. Dia langsung tiduran di ranjang Kak Alana. Dasar. "Sorry ya, Lan, aku tiduran di sini." katanya nyengir. Telat banget bilangnya huh. "Santai aja, kenapa harus minta maaf segala?" "Abis aku ngerasa gerogi tidur di ranjang penganten." Blush. Pipi Kak Alana memerah. Kak Ghea? Dia ketawa ngakak. "Aku masih di bawah umur lho?" Kataku memancing kehadiranku agar diketahui mereka. "Iya, yang masih dibawah umur sampe ngopol segala ya?" Goda Kak Ghea. Astagfirulloh. Siapa yang bocorin nih kasus mengopolku? "Nana?" Kak Alana melirikku. "Itu nggak bener.. Masa aku ngopol? Kagaklah." belaku setengah mati. "Yakin?" Tanya Kak Alana dan Kak Ghea berbarengan. *** Sedih itu saat melihat Kak Alana sungkeman sama Om Rafa dan Tante Dian, mereka menangis tersedu-sedu. Apa aku juga bakal mengalami momen seperti itu nanti? Apalagi aku anak satu-satunya mereka yang tercantik dan terbaik hatinya. Ya ampun, aku nggak bisa bayangin harus pisah sama orangtuaku nanti. Tapi akhirnya terjawab sudah rasa penasaranku tentang calon suami Kak Alana. Dia orang yang tampan dan serasi dengan kakak sepupunya, dan aku dengar dari Kak Ghea, kalo nggak salah namanya, Leopard Kusuma, masuk sepuluh besar pengusaha muda yang sukses di Indonesia. Kak Alana yang beruntung. Aku sedikit memperhatikan bagaimana dari tadi Kak Alana bersikap, Kak Alana seperti ketakutan dan senyum cuma sekilas. Apa perasaanku saja kalau sebenarnya Kak Alana ini nggak mau menikah, jadi ini pernikahan paksa. Aku semakin bingung dengan suasana hati dan pesta ini. Ada yang tidak beres, aku harus mencari tahu. Tapi aku butuh waktu dulu untuk menjauh dari kerumunan orang. Aku pergi ke belakang rumah Om rafa yang kebetulan menjadi taman dan menemukan beberapa orang yang bersantai, termasuk Om permadi. "Na, kesini sebentar?" Pinta Om Permadi, ayahnya Kak Ghea dan Kakak dari ibuku. Aku mengangguk, lalu mendekat ke arah berkumpulnya beberapa orang. Ada apa sih? "Na, Ada yang mau kenalan nih?" Katanya menunjuk seseorang di sampingnya. Whatttttt????? Seorang pria yang mau mendekati Om-om. Tinggi sekali ini orang. Ada kali 180 cm, nah aku yang hanya 162 cm harus mendongak ke atas untuk melihat wajahnya, tubuhnya berotot dan kulitnya putih sekali. Mengingatkanku pada salah satu tokoh di film vampire. "Hallo?" Katanya tersenyum. Suaranya berat dan menggoda. "I-Iya?" Kenapa aku jadi gugup begini? Apa efek pertama kali mengobrol dengan pria yang lebih tua di luar lingkup keluarga. "Kentara Dimas," Dia memberikan telapak tangannya yang besar untuk di jabat olehku. "Na, Om tinggal dulu ya?" Kemana Om Permadi pergi? Jangan tinggalin aku Om. Aku sedikit takut dengan orang ini. "Ak-" "Natasha Rift Black." Potongnya penuh percaya diri. "Aku belum kasih tahu nam-" "Aku tanya dan Om mu jawab." Dia memotong lagi omonganku. "Oh. Ok-ke." Aku mau pergi dari sini, dari orang ini. Aku merasa akan terjadi sesuatu kalau terus bersamanya. Pertama, leherku pegel harus naik ke atas mulu untuk liat wajahnya dan aku bisa encok leher nih. Kedua, Cowok ini rapi sekali dengan Kemeja putih yang membalut tubuhnya yang besar dan Jeans abu yang pas di bagian pinggang. "Kamu sekolah dimana?" Tanyanya lagi. "Di Jakarta," Dia mengangguk sambil tersenyum. Apa dia nggak merasa malu ya? Pengen kenalan sama ABG. Nggak takut apa nanti di kira Lolita? "Kayaknya aku harus kembali ke dalam deh." Kataku basa basi, aku takut di apa-apain sama dia, apalagi kita berdua ada di taman belakang yang cukup sepi. "Baik dan sampai ketemu lagi, Natasha." Katanya setengah berbisik. Aku pergi tanpa melihat kebelakang. Tidak mau bertemu dengannya lagi.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Perfect Revenge (Indonesia)

read
5.1K
bc

Oh, My Boss

read
386.9K
bc

GADIS PELAYAN TUAN MUDA

read
486.9K
bc

The Naughty Girl

read
101.3K
bc

Because Alana ( 21+)

read
364.3K
bc

Aira

read
93.1K
bc

Way Back Into Love || Indonesia

read
13.1K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook