*TAHUN 2012*
“Dasar wanita tidak tahu malu!”
Keenan Ivander Nelson yang baru saja melihat dengan mata kepalanya sendiri sosok wanita yang sangat dicintainya, merasa sangat murka dan langsung menghambur ke arah pria yang tak lain adalah sahabatnya sendiri.
Dengan sangat murka, ia mengarahkan tinjunya ke arah wajah sahabat yang sudah dianggapnya sebagai saudara sendiri. “Aku akan membunuhmu!”
Sementara itu, pria yang saat ini merasa sangat bersalah karena tidak bisa mengendalikan diri, hanya diam saja dengan meringis kesakitan begitu pukulan bertubi-tubi mendarat di wajahnya.
Di sisi lain, wanita yang tak lain adalah kekasih dari pria berwajah murka tersebut, merasa sangat ketakutan melihat pemandangan di depannya. Ia terlihat histeris saat melihat pria yang yang menghabiskan waktu dengannya sudah bersimbah darah.
“Keenan, hentikan!” teriak Casandra Faranisa dengan menangis tersedu-sedu. “Dia bisa mati!”
Keenan sama sekali tidak memperdulikan teriakan dari wanita yang tak lain adalah kekasihnya dan sudah menjalin hubungan dengannya selama satu tahun. Bahkan ia sangat mencintai wanita yang memiliki wajah cantik dan selalu terlihat anggun itu. Namun, ia sama sekali tidak pernah menyangka jika wanita yang sangat dicintainya itu berselingkuh dengan sahabatnya sendiri.
Awalnya, ia sengaja datang ke apartemen sahabatnya untuk mengajak pergi menemaninya membeli cincin yang rencananya akan diberikan pada sang kekasih demi memberikan sebuah kejutan. Akan tetapi, ia sama sekali tidak pernah menyangka jika ternyata yang menerima kejutan adalah dirinya sendiri. Keenan sangat marah dan murka, ia sudah mengarahkan tangannya untuk menghancurkan wajah sahabatnya tersebut hingga berlumuran darah.
“Aku akan membunuhmu!”
Setelah merasa puas membuat babak belur sahabatnya bernama Aldo Wicaksana, Keenan bangkit dari atas tubuh sahabatnya dan berjalan mendekati sosok wanita cantik terbalut selimut tebal tersebut. Tatapan penuh kilatan api tampak jelas dari sorot matanya. Merasa sangat jijik melihat sosok wanita yang sangat dicintainya, ia membuang salivanya seolah ingin memberikan sebuah penghinaan yang mewakili perasaannya saat ini.
“Wanita yang sangat menjijikkan! Sebenarnya aku sangat ingin mencekik lehermu. Akan tetapi, aku tidak akan bodoh menyentuh tubuhmu yang sangat menjijikkan. Mulai hari ini, jangan pernah muncul di hadapanku lagi karena jika kamu berani menampakkan wajahmu di hadapanku bersama pria berengsek ini, aku akan benar-benar membunuhmu!”
Casandra yang merasa sangat ketakutan, hanya diam membisu dengan tubuhnya yang bergetar hebat. Tanpa berniat untuk mengeluarkan suara, ia hanya diam melihat siluet pria yang baru saja berbalik badan meninggalkan apartemen.
"Keenan, ini tidak seperti yang kamu pikirkan! Aku bisa menjelaskannya, Keenan!" teriak Casandra yang merasa sangat frustasi karena ketahuan berbuat serong dengan sahabat baik dari kekasihnya.
Ia yang masih mengenakan selimut tebal sebagai pelindung diri, sama sekali tidak pernah menyangka akan berakhir tragis hidupnya. Sebuah kesalahan karena semalam mabuk, membuatnya tidak sadar melakukan hal diluar kendali bersama sahabat sang kekasih.
"Keenan, maafkan aku. Aku sangat mencintaimu. Aku dan Aldo benar-benar tidak sadar karena banyak minum."
Bulir kesedihan kini menghiasi wajah pucat Casandra. Di saat bersamaan, ia mendengar suara rintihan kesakitan dari sosok pria yang bersimbah darah di lantai. "Aldo, kamu akan baik-baik saja! Tenanglah. Aku akan menghubungi ambulans. Bertahanlah, Aldo! Kenapa semuanya jadi begini," lirih Casandra yang benar-benar merasa sangat menyesali perbuatannya.
Casandra buru-buru mengambil ponsel miliknya yang ada di atas nakas dan langsung menghubungi nomor darurat, agar mengirimkan ambulans ke apartemen.
Sementara itu, sosok pria yang kini merasakan kesakitan teramat sangat, benar-benar terlihat merintih kesakitan pada kepala dan juga wajahnya. Bahkan ia tidak bisa bangun ataupun sekedar membuka mata sekali pun. Lama-kelamaan, ia pun kehilangan kesadaran.
Casandra buru-buru memakai kembali bajunya agar bisa menolong pria yang tak lain adalah sahabat baik dari sang kekasih. Bahkan karena sudah menganggap sebagai saudara, sang kekasih menyuruh Aldo untuk tinggal di apartemen yang merupakan milik keluarga Nelson.
Selama merutuki kebodohannya, Casandra tidak berhenti menangis tersedu-sedu karena merasa hidupnya hancur saat kehilangan sosok pria yang menurutnya sangat sempurna. Satu-satunya pria sempurna yang memiliki segalanya dan dalam satu malam, hidupnya hancur karena minuman beralkohol.
Sementara itu di tempat lain, terlihat sosok pria dengan tubuh tinggi tegap dan rahang tegas yang wajahnya memerah, seolah menunjukkan sedang digulung gairah. Pria yang tak lain bernama Keenan Ivander Nelson, merupakan anak tunggal dari salah satu konglomerat di Jakarta, mengibaskan tangannya yang terasa nyeri saat berkali-kali meninju wajah sahabatnya hingga sekarat.
Ia berjalan masuk ke dalam lift dan meraih ponsel pintar miliknya yang ada di saku celana untuk menghubungi seseorang.
“Halo, Pa. Belikan aku tiket pesawat ke London karena aku ingin melanjutkan kuliahku di negara kakek. Aku sangat muak melihat orang-orang yang berada di sini”
Tanpa menunggu jawaban dari papanya, Keenan langsung mematikan sambungan telepon dan keluar dari lift, lalu berjalan menuju ke arah mobilnya yang terparkir rapi di depan apartemen.
********
*Tahun 2021*
Suara dering alarm dari ponsel keluaran terbaru berwarna purple yang terlihat bersebelahan dengan ponsel berwarna hitam ada di atas nakas sudah berbunyi dan membuat sosok wanita yang masih bersembunyi di balik selimut tebalnya, membuka kain penutup tubuhnya tersebut.
Dengan rambut yang tergerai panjang di bawah bahu, terlihat sedikit berantakan. Wanita dengan nama Freya Zhafira itu menjulurkan tangannya ke atas nakas untuk menggerayangi benda pipih yang mengeluarkan bunyi memekakkan telinga setiap pagi
Begitu ia berhasil mematikan alarm pada ponsel Android miliknya, Freya kembali memejamkan kedua matanya. Meskipun saat ini di otaknya tengah tersimpan semua jadwal yang merupakan rutinitas sehari-harinya.
“Lima menit lagi,” lirih Fasya yang sudah melanjutkan kegiatannya untuk menyambung mimpi.
Namun, belum sempat ia tertidur, suara bariton dari sosok pria yang sangat dicintainya tersebut sudah menggagalkan rencana untuk beberapa menit lagi memejamkan kedua mata.
“Bangun, My lovely.”
“Lima menit lagi, jangan ganggu aku!” lirih Freya yang enggan membuka netranya. Meskipun begitu, saat ini pikirannya sudah sibuk dengan jadwal rutinitas dengan satu aturan sederhana yang sudah mencakup keseluruhan hidupnya. Mengurus semua yang menyangkut tentang dirinya dan pria yang berada di sebelahnya.
Daftar yang terlihat sederhana, tetapi membuatnya tidak berkutik ataupun bisa menolak. Mulai dari ujung kaki hingga ujung kepala, dimulai dari kuku, rambut, rias wajah, pakaian, sepatu.
Pria yang tidur di sebelahnya selalu menyuruhnya untuk memperhatikan penampilan. Meskipun sebenarnya, ia dari dulu kurang suka berdandan, tetapi karena sangat mencintai pria yang masih memejamkan kedua mata tersebut, membuatnya memilih mengalah dan menuruti perintah dari pria yang masih memeluknya sangat erat dan menunjukkan sifat over posesif .
To be continued...