bc

Amor : Tahanan Cinta Sang CEO

book_age18+
288
IKUTI
5.4K
BACA
HE
playboy
arrogant
boss
drama
bxg
bold
office/work place
friends with benefits
assistant
like
intro-logo
Uraian

Spin off dari cerita 'Terjerat Pesona Bodyguard '

"Jadilah kekasihku selama 6 bulan, setelah lulus kita akan berpisah."

Itulah permintaan Miles Xavier, pria tampan yang muak karena banyak wanita munafik yang mendekatinya hanya untuk keuntungan pribadi.

Amor, gadis yatim piatu penerima beasiswa di kampus elite itu terdiam sesaat sebelum menyetujuinya.

"Baiklah, tapi hanya 6 bulan. Tidak lebih," putus Amor, berharap dengan begitu pembully-nya takut karena sekarang Miles adalah 'kekasihnya'.

"Deal! Aku juga tidak suka dengan gadis penakut sepertimu!"

Hingga akhirnya beberapa tahun kemudian mereka kembali bertemu, dengan status dan kondisi yang berbeda.

Sikap Amor tidaklah penakut seperti dulu membuat Miles tertarik, namun siapa yang menyangka kalau gadis itu ternyata sudah memiliki tunangan!

Apakah Miles akan menyerah? Atau berusaha keras mendapatkan hati gadis itu?

chap-preview
Pratinjau gratis
Pertemuan Pertama
Miles Xavier menatap sekeliling dengan malas. Sejak dulu, lebih tepatnya sejak dirinya beranjak dewasa, Miles paling malas menyandang nama besar keluarga Xavier. Bukannya apa, karena setiap orang pasti mendekatinya karena ada maksud terselubung! Bukan karena tulus ingin berteman dengannya! Tapi mau bagaimana lagi? Miles tidak mungkin bisa memilih mau lahir di keluarga mana kan? Tuhan lah yang menentukan! Dan lagi bukannya Miles tidak bersyukur bisa menjadi bagian dari keluarga Xavier, hanya saja Miles merasa bebannya terlalu berat! Begitu juga sekarang saat semua teman kuliah menatap ke arahnya dengan tatapan memuja, penuh kepalsuan. Miles benci melihatnya! Tapi mau bagaimana lagi? Papanya, Axel Xavier, memintanya untuk kuliah di sini! Di Jakarta! Sebagai anak, Miles hanya bisa menurutinya kan? Miles tidak ingin menjadi putra pembangkang! Miles tidak ingin membuat mama Aura sedih. Miles mengabaikan sekitar, enggan berinteraksi. Biarkan saja orang mengiranya sombong, itu jauh lebih baik daripada berteman dengan orang yang tidak tulus! Lagipula satu hal yang Miles yakini, orang tidak akan berani mendekatinya jika dirinya bersikap dingin! Semoga saja itu benar! Ditambah lagi dengan kehadiran Griffin, bodyguard yang khusus menjaga dirinya. Berbadan tinggi besar membuat siapapun berpikir dua kali untuk mendekatinya, meski tetap saja ada yang nekat dan berpura-pura baik padanya! Menyebalkan! Miles sungguh muak jika harus berhadapan dengan orang seperti itu! Miles berjalan menuju perpustakaan, tempat sunyi yang paling disukainya. Tempat yang bisa membuatnya tenang. Membaca adalah hobinya, tidak heran kalau perpustakaan selalu menjadi tempat pertama yang dirinya cari jika sedang suntuk. Seperti sekarang! Miles duduk di sudut ruangan dengan salah satu buku di tangan, fokus membaca setiap tulisan yang ada. Ingin berkonsentrasi, tidak ingin diganggu siapapun. Kebetulan ini adalah jam kuliah dimana kebanyakan mahasiswa sedang berada di ruang kelas masing-masing. Namun ketenangan yang diinginkan Miles harus buyar saat pemuda itu mendengar pekik kekagetan seorang gadis dan tanpa aba-aba, gadis itu tersungkur jatuh menubruk tubuhnya! Damn! Miles menatap gadis yang menubruk tubuhnya bagaikan banteng itu dengan garang. Kesal karena ketenangan yang diinginkannya harus pupus! Hancur sudah moodnya! Miles merasa harinya semakin kacau dengan kehadiran gadis itu! “Maaf!” cicit gadis tersebut, menatap Miles dengan takut. Apalagi pemuda di hadapannya mendelik ganas, seolah hendak menerkamnya! Mengerikan! Refleks, gadis itu langsung menunduk, enggan menatap lagi! “Kalau jalan yang bener donk! Gue kan udah duduk di sudut, masa masih harus diganggu juga sih sama lo?!” omel Miles dengan suara menggelegar membuat sang gadis semakin meringkuk ketakutan bagai anak kecil! Kasihan! Petugas perpustakaan menoleh ke sumber keributan, hendak menegur, tapi melihat siapa yang mengamuk barusan membuat petugas itu mundur teratur. Tidak ingin cari masalah dengan anggota keluarga Xavier. Takut kena pecat! Biarkan saja, lebih baik pura-pura tidak mendengar dan melanjutkan pekerjaannya! “Maaf!” Lagi, hanya kata itu, seolah gadis di hadapannya tidak bisa mengucapkan kata lain lagi. Seolah gadis itu baru belajar bicara dan hanya bisa mengucapkan kata maaf! Dasar gadis menyebalkan! Bikin emosi aja! “Udahlah, mending gue balik! Dasar nyebelin!” ketus Miles. Gadis itu tidak berani menatap Miles, tetap menunduk. Dan sekarang sibuk berjongkok merapikan begitu banyak buku yang berserakan di lantai. Ya, dirinya memang sedang membawa banyak buku tadi. Perintah dari kakak senior yang sering membullynya setiap hari. Gadis itu, Amorita Amadea, hanya bisa pasrah. Tidak berani melawan. Dirinya hanyalah penerima beasiswa, tidak memiliki kekuatan untuk berontak. Apalagi si pembully merupakan anak dari salah seorang pejabat penting. Dirinya takut jika beasiswanya dicabut kalau nekat melawan. Tidak ada yang tidak bisa dilakukan oleh orang kaya kan? Setiap orang kaya yang memiliki uang selalu berkuasa! Amor, nama panggilannya, mendesah lirih. Menyesali kesialannya karena harus bertemu dengan para pembully itu. Tapi sudahlah, mau bagaimana lagi? Amor tidak mungkin kabur karena dirinya masih harus berkuliah di sini! Dan itu setidaknya memakan waktu 2 tahun lagi! Setelah itu Amor baru akan memikirkan rencana hidup selanjutnya. Jika memungkinkan, Amor hendak pergi meninggalkan Jakarta dan beralih ke negara lain, siapa tau bisa mengubah kehidupannya menjadi lebih baik! Korea, itu adalah negara tujuannya. Semoga saja impiannya tercapai! “Jangan berpikir terlalu jauh, Amor! Sekarang lebih baik rapikan buku ini dan taruh di rak!” gumam Amor, berharap kali ini tubuhnya tidak akan oleng karena membawa sekian banyak buku hingga menutupi pandangan matanya! Tidak heran kalau tadi jalannya seperti orang kehilangan arah! Karena Amor memang tidak bisa melihat apapun saking banyaknya buku yang harus dibawa! Miles berbalik dan melihat gadis yang menubruknya itu sedang berjongkok, menumpuk buku satu persatu, berjuang hendak membawanya kembali. Pemuda itu berdecak sebal. ‘Bagaimana mungkin gadis seperti dia bisa membawa tumpukan buku segitu banyak? Tadi saja oleng seperti layangan putus!’ batin Miles. Miles hendak pergi, tapi nuraninya tidak mengizinkan. Bagaimanapun juga dirinya dididik dengan baik oleh orangtuanya. Sejak kecil papa Axel dan mama Aura selalu menanamkan contoh yang baik. Dan sekarang di saat ada seorang gadis yang sedang kesulitan, Miles tidak mungkin menutup mata kan? Bagaimana kalau Aurora, adiknya yang manja itu, mengalami hal yang sama? Pasti kasihan jika tidak ada yang membantu! Dengan pemikiran itu, Miles kembali menghampiri gadis tersebut. Membantunya tanpa kata membuat gadis tersebut tersentak kaget. “Eh?” “Gue cuma bantuin, lo nggak akan bisa bawa buku sebanyak ini sendirian! At least gue nggak mau ada orang lain yang lo tabrak lagi. Kasihan mereka!” ketus Miles membuat Amor mengangguk paham dan membiarkan pria yang tidak dikenalnya ini membantunya. “Buku-buku ini mau dibawa kemana?” tanya Miles. “Rak di sudut sana. Rak nomor 1285,” tunjuk Amor yang dijawab anggukan Miles. Dirinya tau dimana rak yang dimaksud karena perpustakaan adalah rumah pertamanya di kampus ini, jadi Miles sudah hafal setiap nomor dan letak rak di dalam sini! Miles berjalan lebih dulu, Amor memperhatikan pemuda di depannya. Tidak mengenali siapa pemuda yang membantunya, maklum, Amor tidak memiliki teman dan jarang berbaur dengan yang lain. Tidak ada murid kaya di sini yang sudi berteman dengannya karena Amor hanya seorang mahasiswi penerima beasiswa. Wajar kalau dirinya kuper alias kurang pergaulan! Hanya asyik dengan dunianya sendiri! “Thanks,” ucap Amor, memberanikan diri menatap pria yang bersedia membantunya. Setidaknya meski galak, tapi Amor cukup yakin kalau pria ini sebenarnya baik. Jika tidak, mana mungkin mau membantunya? Benarkan? ‘Tampan, sayangnya ketus!’ batin Amor. ‘Ahh, tapi wajar aja kan gue nubruk dia! Wajarlah kalau dia marah!’ tambah Amor. Miles baru saja berbalik hendak meninggalkan Amor, saat gadis itu memanggil. Entah keberanian darimana, Amor sendiripun tidak tau! “Boleh gue tau nama lo?” tanya Amor membuat kening Miles mengernyit. Apa gadis ini tidak salah pertanyaan? Menanyakan namanya? Apakah gadis ini berasal dari gua? Suku primitive? Di seluruh kampus rasanya tidak ada yang tidak mengenal seorang Miles Xavier! Atau gadis ini juga berpura-pura seperti yang lain? Berpura-pura menubruk Miles untuk menarik perhatiannya? Alarm tanda bahaya muncul di benak Miles membuat sikapnya bertambah dingin. “Lo nggak perlu tau!” ketus Miles dan langsung pergi tanpa menoleh lagi, meninggalkan Amor yang terdiam kaget melihat keketusan Miles. Tidak tau apa salahnya hingga pria itu bersikap ketus padanya, selain karena telah menabraknya. Apakah Amor salah pertanyaan? Rasanya tidak! Wajarkan kalau hanya bertanya nama? ‘Sudahlah! Mungkin dia alergi wanita? Bukankah sekarang banyak pria tampan yang justru menyukai sesamanya?’ batin Amor menghibur dirinya sendiri dan bergegas keluar dari perpustakaan setelah menyusun buku tersebut sesuai urutan, lebih baik pulang ke rumah secepatnya! Masih banyak pekerjaan yang harus Amor lakukan di rumah! Amor bersenandung lirih, tidak menyadari kalau Miles masih berada di depan perpustakaan, memperhatikan dirinya. Miles menatap gadis yang dibantunya tadi dan berkata pelan, “Selidiki gadis itu. Laporkan semua informasi yang kamu dapatkan padaku!” perintah Miles yang dijawab anggukan tegas Griffin. “Baik, Tuan muda!” ‘Aku ingin tau apa kamu sama seperti yang lain? Berpura-pura polos hanya untuk mendekatiku? Jika benar begitu, maka aku akan membuat perhitungan denganmu!’

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Revenge

read
17.7K
bc

BELENGGU

read
64.9K
bc

After That Night

read
8.9K
bc

Hasrat Istri simpanan

read
8.8K
bc

The CEO's Little Wife

read
629.7K
bc

Aku ingin menikahi ibuku,Annisa

read
55.2K
bc

Istri Lumpuh Sang CEO

read
3.7K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook