“Nyesek itu pas tau kalau saingan terberat lo itu adik sendiri.” Dewa meminum kopi di teras rumahnya sambil menatap Qilla yang sedang menyiram rumput di halaman rumahnya. Sama seperti pagi-pagi sebelumnya, dia akan duduk di teras rumah dengan ditemani kopi kesukaannya tapi kali ini sepertinya kopi yang dia minum kemanisan, kerena Qilla yang membuatnya. Selama 2 hari ini, hidup Dewa bergantung pada keluarga Qilla. Jika tidak ada mereka, Dewa tidak akan tahu nasibnya akan seperti apa saat dia harus mengurus dirinya sendiri dalam kondisi seperti ini. "Mas!" Duk! Duk! Qilla terkejut dan menjatuhkan selangnya ketika mendengar suara pagar yang dipukul dengan keras. Qilla melirik Dewa yang sudah berdiri dari duduknya. Qilla diam untuk kembali mendengarkan suara itu. "Mas bukain pa

