*****
Moizha menemani nenek Giarti duduk di karpet, asyik mengamati foto-foto dalam album yang berserakan
Jam yang sibuk buat restaurant sudah berakhir. Siang ini, Ranu berkutat di depan mejanya yang berada di lantai lima. Godong Jati memang belum lama dia pegang manajemennya, tapi dari jaman kuliah Ranu sudah membantu dengan memberi masukan-masukannya yang inovatif.
Restaurant yang awalnya pakai manajemen warung, dimana uang masuk dan keluar berasal dari satu laci yang sama. Sekarang sudah diubah menjadi lebih profesional dengan badan hukum yang jelas.
Setelah sukses dengan tiga cabang Godong Jati di Malaysia. Cabang di Hongkong dan Taiwan sebentar lagi akan menyusul, hal ini membuatnya tersenyum puas.
Melihat bosnya lagi senang, Elroi beranjak dari tempat duduknya sambil membawa tumpukan kertas dan bon.
"Pak, kita udah dapat Humas baru lho." Kata Elroi dengan gembira, sembari meletakkan kertas yang dia bawa ke atas meja Ranu buat diperiksa sebelum dibubuhi tanda tangan untuk proses pembayaran ke suplier.
"Cepet banget, bukannya baru kemarin diiklanin." Kata Ranu. Dia gak ikut campur masalah pemilihan karyawan baru karena percaya penuh dengan bawahannya.
"Bukan dari iklan kok dapetnya."
Ujung pena Ranu berhenti bergerak di atas kertas seperti tertancap di sana. Matanya beralih ke wajah Elroi yang masih tegak di depannya.
"Mas Rayyan yang kasih rekomendasi," kata Elroi lagi.
Ahhh, pantas.
Kalau Rayyan yang kasih rekomendasi, Ranu yakin banget pasti orang baru ini, salah satu gebetan playboy busuk itu.
"Karena pekerjaannya mendesak, selesai tanda tangan kontrak nanti, karyawan barunya langsung saya suruh mulai kerja hari ini." Elroi melirik cemas, berharap atasannya ini tak menyalahkan keputusannya yang terkesan buru-buru.
"Boleh juga," sahut Ranu setelah berpikir sebentar. "Biar cepet adaptasinya."
Ranu kembali menekuni pekerjaannya, lupa bertanya nama dan latar belakang pendidikan calon karyawan barunya. Rayyan 'kan suka error asal cantik, gak peduli dari mana jurusannya pasti dia bawa.
Saat Ranu mengangkat kepala untuk memanggil Elroi, pandangannya terpaku pada wanita berambut cokelat disebelah pria itu. Bukankah perempuan yang sedang tertawa tanpa dosa itu...
Heidi?
Tiba-tiba saja mulut yang baru saja menggumamkan nama itu terasa kering.
Sudah tiga tahun... akhirnya dia ingat pulang.
"Pak, perkenalkan. Ini Humas yang baru, namanya Natasha Hediati. Cantik ya? Kata mas Rayyan kalian dulu sekampus?"
Ranu memandang perempuan yang berdiri dan tersenyum di depannya dengan tatapan terkejut, selang semenit kemudian tatapannya berubah dingin.
"Gak penting punya muka cantik di sini, yang penting kemampuannya kerja." Ranu berkata sinis dan membuat Elroi kaget.
Gak biasanya Ranu bersikap begitu. Elroi jadi bingung kenapa ekspresi Ranu dari yang awalnya cuma kaget langsung berubah bertampang galak begitu. Padahal, kemarin Rayyan bilang, kalau Natasha bisa isi posisi Humas yang lagi kosong, pasti bosnya bakal senang. Kenyataannya kok malah gini?
Berbeda dengan Ranu, Natasha mengulurkan tangannya dengan penuh percaya diri, kerinduan kelihatan jelas di bola matanya yang cokelat terang.
"Apa kabar, Kak? Udah lama ya kita gak..."
"Elroi, bawa dia kenalan sama yang lain!" Ranu memotong ucapan Natasha dengan dingin, lalu bergegas beranjak dari kursinya.
Natasha cuma bisa melihat punggung Ranu dengan ekspresi murung di wajahnya. Sesak rasanya diabaikan begitu saja.
Elroi merasa kasihan juga sama perempuan itu. Meskipun Ranu sering cuek dan bersikap dingin sama orang, tapi ini yang ini sih menurutnya keterlaluan. Natasha 'kan karyawan baru, masa dijutekin. Kalau gak betah, terus minta resign gimana? Alamat berkurang vitamin mata yang bening-bening.
Gak bisa dibiarin nih.
"Pasti karena kalian udah lama gak ketemu, makanya canggung." Hibur Elroi.
Sadar Elroi masih ada di sampingnya, Natasha memaksakan diri tersenyum manis. Perempuan langsing itu mengangkat kedua bahu dan berkata ringan, "mungkin dia kesal karena Rayyan gak ngomong aku masuk ke sini. Tahu dong mereka itu..."
Sebelum Natasha melanjutkan ucapannya, Elroi mengangguk-angguk. Sekarang dia paham situasinya, Rayyan pasti mau mengakhiri hubungan terlarangnya sama Ranu dengan menyodorkan Natasha, tapi Ranu gak terima makanya tampangnya tegang begitu.
Pasti sekarang bosnya lagi ke tempat Rayyan marah-marah gak mau diputusin. Tebak Elroi sok tahu. Tanpa sadar pria itu bergumam. "Kasihan Rayyan, abis ini pasti dihajar."
"Gak juga, niat Rayyan baik kok. Ke depannya kami pasti bakal deket lagi, bahkan lebih akrab dari yang dulu."
Tebersit satu senyuman di bibir Natasha yang pulas warna merah. Entah bagaiman caranya, dia dan Ranu pasti bisa kembali.
Pasti!