"Silakan duduk, Pak Anara." Anandhito mempersilakan aku duduk begitu kami sampai di ruangannya. Aku hanya segera duduk, karena aku begitu ingin segera tahu di mana keberadaan Ardina sekarang. Anandhito pun duduk di kursi kekuasaannya, kursi sang lurah desa Pule. Jujur laki - laki muda ini nampak begitu berwibawa dan karismatik. Wajar jika di usia yang masih sangat muda, masyarakat sudah menaruh percaya padanya untuk memimpin desa. "Kita bicara sebagai teman lama aja, ya, Pak. Supaya kita nggak dianggap menyalahi aturan. Lagi pula saya nggak bongkar data desa juga. Justru kalau kita bongkar data desa, Pak Anara malah akan makin lama ketemu sama Bu Ardina." Penjelasan Anandhito membuat aku mengernyit dahi. Bingung apa maksud laki - laki itu. "Maksudnya apa, Pak Anandhito?" Aku segera b

